Alif
Lām Rā. (Inilah) Kitab yang ayat-ayatnya telah disusun dengan rapi
kemudian dijelaskan secara terperinci (dan diturunkan) dari sisi (Allah)
Yang Maha Bijaksana lagi Maha Teliti.
Allā ta‘budū illallāh(a), innanī lakum minhu nażīruw wa basyīr(un).
(Katakanlah
Nabi Muhammad,) “Janganlah kamu menyembah (sesuatu), kecuali Allah.
Sesungguhnya aku adalah pemberi peringatan dan pembawa berita gembira
dari-Nya untukmu.
Wa
anistagfirū rabbakum ṡumma tūbū ilaihi yumatti‘kum matā‘an ḥasanan ilā
ajalim musammaw wa yu'ti kulla żī faḍlin faḍlah(ū), wa in tawallau fa
innī akhāfu ‘alaikum ‘ażāba yaumin kabīr(in).
Mohonlah
ampunan kepada Tuhanmu kemudian bertobatlah kepada-Nya, niscaya Dia
akan memberi kesenangan yang baik kepadamu (di dunia) sampai waktu yang
telah ditentukan (kematian) dan memberikan pahala-Nya (di akhirat)
kepada setiap orang yang beramal saleh. Jika kamu berpaling,
sesungguhnya aku takut kamu (akan) ditimpa azab pada hari yang besar
(kiamat).
Ketahuilah
bahwa sesungguhnya mereka menutupi (apa yang ada dalam) dada mereka
untuk menyembunyikan diri dari-Nya. Ketahuilah bahwa ketika mereka
menyelimuti dirinya dengan kain, Dia mengetahui apa yang mereka
sembunyikan dan apa yang mereka nyatakan. Sesungguhnya Dia Maha
Mengetahui (segala) isi hati.
Wa mā min dābbatin fil-arḍi illā ‘alallāhi rizquhā wa ya‘lamu mustaqarrahā wa mustauda‘ahā, kullun fī kitābim mubīn(in).
Tidak
satu pun hewan yang bergerak di atas bumi melainkan dijamin rezekinya
oleh Allah. Dia mengetahui tempat kediamannya dan tempat penyimpanannya.350) Semua (tertulis) dalam Kitab yang nyata (Lauhulmahfuz).
Catatan Kaki
350) Menurut sebagian mufasir, yang dimaksud dengan tempat kediaman adalah dunia dan tempat penyimpanan adalah akhirat. Menurut mufasir lain, maksud tempat kediaman adalah rahim dan tempat penyimpanan adalah tulang sulbi.
Wa
huwal-lażī khalaqas-samāwāti wal-arḍa fī sittati ayyāmiw wa kāna
‘arsyuhū ‘alal-mā'i liyabluwakum ayyukum aḥsanu ‘amalā(n), wa la'in
qulta innakum mab‘ūṡūna mim ba‘dil-mauti layaqūlannal-lażīna kafarū in
hāżā illā siḥrum mubīn(un).
Dialah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa351)
serta (sebelum itu) ʻArasy-Nya di atas air. (Penciptaan itu dilakukan)
untuk menguji kamu, siapakah di antara kamu yang lebih baik amalnya.
Sungguh, jika engkau (Nabi Muhammad) berkata, “Sesungguhnya kamu akan
dibangkitkan setelah mati,” niscaya orang-orang kafir akan berkata, “Ini
(Al-Qur’an) tidak lain kecuali sihir yang nyata.”
Sungguh,
jika Kami tangguhkan azab dari mereka sampai waktu tertentu, niscaya
mereka akan berkata, “Apakah yang menghalanginya?” Ketahuilah, ketika
datang kepada mereka, azab itu tidaklah dapat dipalingkan dari mereka.
Mereka dikepung oleh (azab) yang dahulu mereka selalu
memperolok-olokkannya.
Sungguh,
jika Kami cicipkan kepada manusia suatu rahmat dari Kami kemudian Kami
cabut kembali darinya, sesungguhnya dia menjadi sangat berputus asa lagi
sangat kufur (terhadap nikmat Allah).
Sungguh,
jika Kami cicipkan kepadanya (manusia) suatu nikmat setelah bencana
yang menimpanya, niscaya dia akan berkata, “Telah hilang keburukan itu
dariku.” Sesungguhnya dia sangat gembira lagi sangat membanggakan diri.
Fa
la‘allaka tārikum ba‘ḍa mā yūḥā ilaika wa ḍā'ikum bihī ṣadruka ay
yaqūlū lau lā unzila ‘alaihi kanzun au jā'a ma‘ahū malak(un), innamā
anta nażīr(un), wallāhu ‘alā kulli syai'in wakīl(un).
Boleh
jadi engkau (Nabi Muhammad) hendak meninggalkan sebagian dari apa yang
diwahyukan kepadamu dan dadamu menjadi sempit karena (takut) mereka
mengatakan, “Mengapa tidak diturunkan kepadanya harta (kekayaan) atau
datang malaikat bersamanya?” Sesungguhnya engkau hanyalah seorang
pemberi peringatan dan Allah adalah pemelihara segala sesuatu.
Am yaqūlūnaftarāh(u), qul fa'tū bi‘asyri suwarim miṡlihī muftarayātiw wad‘ū manistaṭa‘tum min dūnillāhi in kuntum ṣādiqīn(a).
Bahkan,
apakah mereka mengatakan, “Dia (Nabi Muhammad) telah membuat-buat
(Al-Qur’an) itu.” Katakanlah, “(Kalau demikian,) datangkanlah sepuluh
surah semisal dengannya (Al-Qur’an) yang dibuat-buat dan ajaklah siapa
saja yang kamu sanggup (mengundangnya) selain Allah, jika kamu
orang-orang yang benar.”
Fa illam yastajībū lakum fa‘lamū annamā unzila bi‘ilmillāhi wa allā ilāha illā huw(a), fahal antum muslimūn(a).
Jika
mereka tidak memenuhi ajakanmu, (katakanlah,) “Ketahuilah sesungguhnya
ia (Al-Qur’an) itu diturunkan dengan ilmu Allah dan (ketahui pula) bahwa
tidak ada tuhan kecuali Dia. Apakah kamu mau berserah diri (masuk
Islam)?”
Man kāna yurīdul-ḥayātad-dun-yā wa zīnatahā nuwaffi ilaihim a‘mālahum fīhā wa hum fīhā lā yubkhasūn(a).
Siapa
yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, pasti Kami berikan
kepada mereka (balasan) perbuatan mereka di dalamnya dengan sempurna dan
mereka di dunia tidak akan dirugikan.
Ulā'ikal-lażīna laisa lahum fil-ākhirati illan-nār(u), wa ḥabiṭa mā ṣana‘ū fīhā wa bāṭilum mā kānū ya‘malūn(a).
Mereka
itulah orang-orang yang tidak memperoleh (sesuatu) di akhirat kecuali
neraka, sia-sialah apa yang telah mereka usahakan (di dunia), dan
batallah apa yang dahulu selalu mereka kerjakan.
Afaman
kāna ‘alā bayyinatim mir rabbihī wa yatlūhu syāhidum minhu wa min
qablihī kitābu mūsā imāmaw wa raḥmah(tan), ulā'ika yu'minūna bih(ī), wa
may yakfur bihī minal-aḥzābi fan-nāru mau‘iduhū falā taku fī miryatim
minhu innahul-ḥaqqu mir rabbika wa lākinna akṡaran-nāsi lā yu'minūn(a).
Apakah orang yang sudah mempunyai bukti yang nyata (Al-Qur’an) dari Tuhannya, diikuti oleh saksi352)
dari-Nya, dan sebelumnya sudah ada pula Kitab Musa yang menjadi pedoman
dan rahmat; mereka beriman kepadanya (sama dengan orang kafir yang
hanya menginginkan kehidupan dunia)? Siapa yang mengingkarinya
(Al-Qur’an) dari golongan-golongan (penentang Rasulullah), nerakalah
tempat kembalinya. Oleh karena itu, janganlah engkau ragu terhadap
Al-Qur’an. Sesungguhnya ia (Al-Qur’an) itu kebenaran dari Tuhanmu,
tetapi kebanyakan manusia tidak beriman.
Catatan Kaki
352) Saksi di sini dapat berarti Jibril a.s., Al-Qur’an, atau Muhammad saw.
Wa
man aẓlamu mimmaniftarā ‘alallāhi każibā(n), ulā'ika yu‘raḍūna ‘alā
rabbihim wa yaqūlul-asyhādu hā'ulā'il-lażīna każabū ‘alā rabbihim, alā
la‘natullāhi ‘alaẓ-ẓālimīn(a).
Siapakah
yang lebih zalim daripada orang yang mengada-adakan suatu kebohongan
terhadap Allah? Mereka itu akan dihadapkan kepada tuhan mereka dan para
saksi353) akan berkata,
“Orang-orang inilah yang telah berbohong terhadap tuhan mereka.”
Ketahuilah, laknat Allah (ditimpakan) kepada orang-orang zalim.
Catatan Kaki
353) Yang dimaksud para saksi di sini adalah malaikat, nabi-nabi, dan anggota badannya sendiri.
Al-lażīna yaṣuddūna ‘an sabīlillāhi wa yabgūnahā ‘iwajā(n), wa hum bil-ākhirati hum kāfirūn(a).
(Yaitu) mereka yang menghalang-halangi dari jalan Allah dan menghendaki agar jalan itu bengkok.354) Mereka itulah orang-orang yang kufur terhadap hari akhir.
Catatan Kaki
354) Maksud ayat ini adalah bahwa mereka berusaha agar orang lain mengingkari agama yang benar.
Ulā'ika
lam yakūnū mu‘jizīna fil-arḍi wa mā kāna lahum min dūnillāhi min
auliyā'(a), yuḍā‘afu lahumul-‘ażāb(u), mā kānū yastaṭī‘ūnas-sam‘a wa mā
kānū yubṣirūn(a).
Mereka tidak mampu menghalangi (siksaan Allah) di bumi dan tidak akan ada bagi mereka penolong355)
selain Allah. Azab itu akan dilipatgandakan kepada mereka (di akhirat
kelak). Mereka tidak mampu mendengar (kebenaran) dan tidak dapat melihat
(kekuasaan Allah).
Innal-lażīna āmanū wa ‘amiluṣ-ṣāliḥāti wa akhbatū ilā rabbihim, ulā'ika aṣḥābul-jannati hum fīhā khālidūn(a).
Sesungguhnya
orang-orang yang beriman dan beramal saleh serta merendahkan diri
kepada Tuhan, mereka itulah para penghuni surga. Mereka kekal di
dalamnya.
Maṡalul-farīqaini kal-a‘mā wal-aṣammi wal-baṣīri was-samī‘(i), hal yastawiyāni maṡalā(n), afalā tażakkarūn(a).
Perumpamaan
kedua golongan (kafir dan mukmin) seperti orang buta dan orang tuli
dengan orang yang dapat melihat dan yang dapat mendengar. Samakah kedua
golongan itu? Apakah kamu tidak mengambil pelajaran?
Fa
qālal-mala'ul-lażīna kafarū min qaumihī mā narāka illā basyaram miṡlanā
wa mā narākattaba‘aka illal-lażīna hum arāżilunā bādiyar-ra'y(i), wa mā
narā lakum ‘alainā min faḍlim bal naẓunnukum kāżibīn(a).
Maka,
berkatalah para pemuka yang kufur dari kaumnya, “Kami tidak melihat
engkau, melainkan hanyalah seorang manusia (biasa) seperti kami. Kami
tidak melihat orang yang mengikuti engkau, melainkan orang-orang yang
hina dina di antara kami yang lekas percaya begitu saja. Kami tidak
melihat kamu memiliki suatu kelebihan apa pun atas kami, bahkan kami
menganggap kamu adalah para pembohong.”
Qāla
yā qaumi ara'aitum in kuntu ‘alā bayyinatim mir rabbī wa ātānī raḥmatam
min ‘indihī fa ‘ummiyat ‘alaikum, anulzimukumūhā wa antum lahā
kārihūn(a).
Dia
(Nuh) berkata, “Wahai kaumku, apa pendapatmu jika aku mempunyai bukti
yang nyata dari Tuhanku dan Dia menganugerahiku rahmat dari sisi-Nya,
tetapi (rahmat itu) disamarkan bagimu? Apakah kami akan memaksamu untuk
menerimanya, padahal kamu tidak menyukainya?
Wa
yā qaumi lā as'alukum ‘alaihi mālā(n), in ajriya illā ‘alallāhi wa mā
ana biṭāridil-lażīna āmanū, innahum mulāqū rabbihim wa lākinnī arākum
qauman tajhalūn(a).
Wahai
kaumku, aku tidak meminta kepadamu harta (sedikit pun sebagai imbalan)
atas seruanku. Imbalanku hanyalah dari Allah dan aku sekali-kali tidak
akan mengusir orang-orang yang beriman. Sesungguhnya mereka akan bertemu
dengan Tuhannya (di akhirat), tetapi aku memandangmu sebagai kaum yang
bodoh.
Wa yā qaumi may yanṣurunī minallāhi in ṭarattuhum, afalā tażakkarūn(a).
Wahai
kaumku, siapakah yang akan menolongku dari (azab) Allah jika aku
mengusir mereka (orang-orang yang beriman itu)? Apakah kamu tidak
mengambil pelajaran?
Wa
lā aqūlu lakum ‘indī khazā'inullāhi wa lā a‘lamul-gaiba wa lā aqūlu
innī malakuw wa lā aqūlu lil-lażīna tazdarī a‘yunukum lay
yu'tiyahumullāhu khairā(n), allāhu a‘lamu bimā fī anfusihim, innī iżal
laminaẓ-ẓālimīn(a).
Aku
tidak mengatakan kepadamu bahwa aku mempunyai perbendaharaan (rezeki)
Allah. Aku tidak mengetahui yang gaib dan tidak (pula) mengatakan bahwa
sesungguhnya aku adalah malaikat. Aku tidak (juga) mengatakan kepada
orang-orang yang dipandang hina oleh penglihatanmu bahwa Allah tidak
akan memberikan kebaikan kepada mereka. Allah lebih mengetahui apa yang
ada pada diri mereka. Jika demikian, sesungguhnya aku benar-benar
termasuk orang-orang yang zalim.”
Qālū yā nūḥu qad jādaltanā fa akṡarta jidālanā fa'tinā bimā ta‘idunā in kunta minaṣ-ṣādiqīn(a).
Mereka
berkata, “Wahai Nuh, sungguh engkau telah berbantah dengan kami dan
engkau telah memperpanjang bantahanmu terhadap kami. Maka, datangkanlah
kepada kami azab yang engkau ancamkan jika kamu termasuk orang-orang
yang benar.”
Qāla innamā ya'tīkum bihillāhu in syā'a wa mā antum bimu‘jizīn(a).
Dia
(Nuh) menjawab, “Sesungguhnya hanya Allah yang akan mendatangkannya
(azab) kepadamu jika Dia menghendaki dan sekali-kali kamu tidak akan
dapat melepaskan diri (darinya).
Wa lā yanfa‘ukum nuṣḥī in arattu an anṣaḥa lakum in kānallāhu yurīdu ay yugwiyakum, huwa rabbukum, wa ilaihi turja‘ūn(a).
Nasihatku
tidak akan bermanfaat bagimu sekalipun aku ingin menasihatimu,
sekiranya Allah hendak menyesatkan kamu. Dia adalah Tuhanmu dan hanya
kepada-Nyalah kamu dikembalikan.”
Am yaqūlūnaftarāh(u), qul iniftaraituhū fa ‘alayya ijrāmī wa ana barī'um mimmā tujrimūn(a).
Bahkan,
mereka (orang kafir Makkah) berkata, “Dia cuma mengada-adakannya
(Al-Qur’an).” Katakanlah (Nabi Muhammad), “Jika aku mengada-adakannya,
akulah yang akan memikul dosanya dan aku berlepas diri dari dosa yang
kamu perbuat.”
Wa ūḥiya ilā nūḥin annahū lay yu'mina min qaumika illā man qad āmana falā tabta'is bimā kānū yaf‘alūn(a).
Diwahyukan
(oleh Allah) kepada Nuh, “(Ketahuilah) bahwa tidak akan beriman di
antara kaummu, kecuali orang yang benar-benar telah beriman. Maka,
janganlah engkau bersedih atas apa yang selalu mereka perbuat.
Waṣna‘il-fulka bi'a‘yuninā wa waḥyinā wa lā tukhāṭibnī fil-lażīna ẓalamū, innahum mugraqūn(a).
Buatlah
bahtera dengan pengawasan dan petunjuk wahyu Kami dan janganlah engkau
bicarakan (lagi) dengan-Ku tentang (nasib) orang-orang yang zalim.
Sesungguhnya mereka itu akan ditenggelamkan.”
Wa
yaṣna‘ul-fulk(a), wa kullamā marra ‘alaihi mala'um min qaumihī sakhirū
minh(u), qāla in taskharū minnā fa innā naskharu minkum kamā
taskharūn(a).
Mulailah
dia (Nuh) membuat bahtera itu. Setiap kali para pemuka kaumnya berjalan
melewatinya, mereka mengejeknya. Dia (Nuh) berkata, “Jika kamu mengejek
kami, sesungguhnya kami pun akan mengejekmu sebagaimana kamu mengejek
(kami).
Ḥattā
iżā jā'a amrunā wafārat-tannūr(u), qulnaḥmil fīhā min kullin
zaujainiṡnaini wa ahlaka illā man sabaqa ‘alaihil-qaulu wa man āman(a),
wa mā āmana ma‘ahū illā qalīl(un).
(Demikianlah,)
hingga apabila perintah Kami datang (untuk membinasakan mereka) dan
tanur (tungku) telah memancarkan air, Kami berfirman, “Muatkanlah ke
dalamnya (bahtera itu) dari masing-masing (jenis hewan)
sepasang-sepasang (jantan dan betina), keluargamu kecuali orang yang
telah terkena ketetapan terdahulu (akan ditenggelamkan), dan (muatkan
pula) orang yang beriman.” Ternyata tidak beriman bersamanya (Nuh),
kecuali hanya sedikit.
Wa qālarkabū fīhā bismillāhi majrêhā wa mursāhā, inna rabbī lagafūrur raḥīm(un).
Dia
(Nuh) berkata, “Naiklah kamu semua ke dalamnya (bahtera) dengan
(menyebut) nama Allah pada waktu berlayar dan berlabuhnya! Sesungguhnya
Tuhanku benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
Wa
hiya tajrī bihim fī maujin kal-jibāl(i), wa nādā nūḥunibnahū wa kāna fī
ma‘ziliy yā bunayyarkam ma‘anā wa lā takum ma‘al-kāfirīn(a).
Bahtera
itu berlayar membawa mereka dalam gelombang laksana gunung-gunung. Nuh
memanggil anaknya, sedang dia (anak itu) berada di tempat (yang jauh)
terpencil, “Wahai anakku, naiklah (ke bahtera) bersama kami dan
janganlah engkau bersama orang-orang kafir.”
Qāla
sa'āwī ilā jabaliy ya‘ṣimunī minal-mā'(i), qāla lā ‘āṣimal-yauma min
amrillāhi illā ma raḥim(a), wa ḥāla bainahumal-mauju fa kāna
minal-mugraqīn(a).
Dia
(anaknya) menjawab, “Aku akan berlindung ke gunung yang dapat
menyelamatkanku dari air (bah).” (Nuh) berkata, “Tidak ada penyelamat
pada hari ini dari ketetapan Allah kecuali siapa yang dirahmati
oleh-Nya.” Gelombang menjadi penghalang antara keduanya, maka jadilah
dia (anak itu) termasuk orang-orang yang ditenggelamkan.
Wa
qīla yā arḍubla‘ī mā'aki wa yā samā'u aqli‘ī wa gīḍal-mā'u wa
quḍiyal-amru wastawat ‘alal-jūdiyyi wa qīla bu‘dal
lil-qaumiẓ-ẓālimīn(a).
Difirmankan
(oleh Allah), “Wahai bumi, telanlah airmu dan wahai langit, berhentilah
(mencurahkan hujan).” Air pun disurutkan dan urusan (pembinasaan para
pendurhaka) pun diselesaikan dan (kapal itu pun) berlabuh di atas gunung
Judiy,356) dan dikatakan, “Kebinasaanlah bagi kaum yang zalim.”
Catatan Kaki
356) Gunung Judiy terletak di Armenia sebelah selatan dan berbatasan dengan Mesopotamia.
Wa nādā nūḥur rabbahū fa qāla rabbi innabnī min ahlī, wa inna wa‘dakal-ḥaqqu wa anta aḥkamul-ḥākimīn(a).
Nuh
memohon kepada Tuhannya seraya berkata, “Ya Tuhanku, sesungguhnya
anakku adalah termasuk keluargaku dan sesungguhnya janji-Mu itu pasti
benar. Engkau adalah hakim yang paling adil.”
Dia
(Allah) berfirman, “Wahai Nuh, sesungguhnya dia bukanlah termasuk
keluargamu karena perbuatannya sungguh tidak baik. Oleh karena itu,
janganlah engkau memohon kepada-Ku sesuatu yang tidak engkau ketahui
(hakikatnya). Sesungguhnya Aku menasihatimu agar engkau tidak termasuk
orang-orang bodoh.”
Qāla rabbi innī a‘ūżu bika an as'alaka mā laisa lī bihī ‘ilm(un), wa illā tagfir lī wa tarḥamnī akum minal-khāsirīn(a).
(Nuh)
berkata, “Ya Tuhanku, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu untuk
memohon sesuatu yang aku tidak mengetahui (hakikatnya). Kalau Engkau
tidak mengampuniku dan (tidak) menaruh belas kasihan kepadaku, niscaya
aku termasuk orang-orang yang merugi.”
Qīla
yā nūḥuhbiṭ bisalāmim minnā wa barakātin ‘alaika wa ‘alā umamim mimmam
ma‘ak(a), wa umamun sanumatti‘uhum ṡumma yamassuhum minnā ‘ażābun
alīm(un).
Dikatakan
(melalui wahyu), “Wahai Nuh, turunlah (dari bahteramu) dengan penuh
keselamatan dari Kami dan penuh keberkahan atasmu serta umat-umat
(mukmin) yang bersamamu. Ada pula umat-umat (kafir) yang Kami beri
kesenangan (dalam kehidupan dunia), kemudian mereka akan ditimpa azab
dari Kami yang sangat pedih.”
Tilka
min ambā'il-gaibi nūḥīhā ilaik(a), mā kunta ta‘lamuhā anta wa lā
qaumuka min qabli hāżā, faṣbir, innal-‘āqibata lil-muttaqīn(a).
Itu
adalah sebagian dari berita-berita gaib yang Kami wahyukan kepadamu
(Nabi Muhammad). Tidak pernah engkau mengetahuinya dan tidak (pula)
kaummu sebelum ini. Maka, bersabarlah. Sesungguhnya kesudahan (yang
baik) adalah bagi orang-orang yang bertakwa.
Wa ilā ‘ādin akhāhum hūdā(n), qāla yā qaumi‘budullāha mā lakum min ilāhin gairuh(ū), in antum illā muftarūn(a).
Kepada
(kaum) ‘Ad (Kami utus) saudara mereka, Hud. Dia berkata, “Wahai kaumku,
sembahlah Allah! Sekali-kali tidak ada tuhan bagimu selain Dia. (Selama
ini) kamu hanyalah mengada-ada (dengan mempersekutukan Allah).
(Hud
berkata,) “Wahai kaumku, aku tidak meminta kepadamu imbalan (sedikit
pun) atas (seruanku) ini. Imbalanku hanyalah dari (Tuhan) yang telah
menciptakanku. Apakah kamu tidak mengerti?
Wa
yā qaumistagfirū rabbakum ṡumma tūbū ilaihi yursilis-samā'a ‘alaikum
midrāraw wa yazidkum quwwatan ilā quwwatikum wa lā tatawallau
mujrimīn(a).
Wahai
kaumku, mohonlah ampunan kepada Tuhanmu kemudian bertobatlah
kepada-Nya! Niscaya Dia akan menurunkan untukmu hujan yang sangat deras,
menambahkan kekuatan melebihi kekuatanmu, dan janganlah kamu berpaling
menjadi orang-orang yang berdosa.”
Qālū yā hūdu mā ji'tanā bibayyinatiw wa mā naḥnu bitārikī ālihatinā ‘an qaulika wa mā naḥnu laka bimu'minīn(a).
Mereka
(kaum ‘Ad) berkata, “Wahai Hud, engkau tidak mendatangkan suatu bukti
yang nyata kepada kami dan kami tidak akan (pernah) meninggalkan
sembahan kami karena perkataanmu serta kami tidak akan (pernah) percaya
kepadamu.
Kami
hanya mengatakan bahwa sebagian sembahan kami telah menimpakan penyakit
gila atas dirimu.” Dia (Hud) menjawab, “Sesungguhnya aku menjadikan
Allah (sebagai) saksi dan saksikanlah bahwa aku berlepas diri dari apa
yang kamu persekutukan
Innī
tawakkaltu ‘alallāhi rabbī wa rabbikum, mā min dābbatin illā huwa
ākhiżum bināṣiyatihā, inna rabbī ‘alā ṣirāṭim mustaqīm(in).
Sesungguhnya
aku bertawakal kepada Allah Tuhanku dan Tuhanmu. Tidak satu pun makhluk
yang bergerak (di atas bumi) melainkan Dialah yang memegang
ubun-ubunnya (menguasainya). Sesungguhnya Tuhanku di jalan yang lurus
(adil).
Fa
in tawallau faqad ablagtukum mā ursiltu bihī ilaikum, wa yastakhlifu
rabbī qauman gairakum, wa lā taḍurrūnahū syai'ā(n), inna rabbī ‘alā
kulli syai'in ḥafīẓ(un).
Maka,
jika kamu berpaling, sungguh aku telah menyampaikan kepadamu apa yang
menjadi tugasku sebagai rasul kepadamu. Tuhanku akan mengganti kamu
dengan kaum yang lain, sedangkan kamu tidak dapat mendatangkan mudarat
kepada-Nya sedikit pun. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pemelihara segala
sesuatu.”
Wa lammā jā'a amrunā najjainā hūdaw wal-lażīna āmanū ma‘ahū biraḥmatim minnā, wa najjaināhum min ‘ażābin galīẓ(in).
Ketika
keputusan (azab) Kami datang, Kami selamatkan Hud dan orang-orang yang
beriman bersamanya dengan rahmat Kami. Kami selamatkan (pula) mereka (di
akhirat) dari azab yang dahsyat.
Wa tilka ‘ādun jaḥadū bi'āyāti rabbihim wa ‘aṣau rusulahū wattaba‘ū amra kulli jabbārin ‘anīd(in).
Itulah
(kaum) ‘Ad. Mereka mengingkari tanda-tanda (kekuasaan) Tuhan,
mendurhakai rasul-rasul-Nya, dan menuruti perintah semua penguasa yang
sewenang-wenang lagi keras kepala.
Wa utbi‘ū fī hażihid-dun-yā la‘nataw wa yaumal-qiyāmah(ti), alā inna ‘ādan kafarū rabbahum, alā bu‘dal li‘ādin qaumi hūd(in).
Mereka
selalu diikuti dengan laknat di dunia ini dan (begitu pula kelak) di
hari Kiamat. Ingatlah, sesungguhnya (kaum) ‘Ad itu kufur kepada Tuhan
mereka. Ingatlah bahwa (kaum) ‘Ad, yakni (kaum) Hud, benar-benar telah
binasa.
Wa
ilā ṡamūda akhāhum ṣālihā(n), qāla yā qaumi‘budullāḥa mā lakum min
ilāhin gairuh(ū), huwa ansya'akum minal-arḍi wasta‘marakum fīhā
fastagfirūhu ṡumma tūbū ilaih(i), inna rabbī qarībum mujīb(un).
Kepada
(kaum) Samud (Kami utus) saudara mereka, Saleh. Dia berkata, “Wahai
kaumku, sembahlah Allah! Sekali-kali tidak ada tuhan bagimu selain Dia.
Dia telah menciptakanmu dari bumi (tanah) dan menjadikanmu pemakmurnya.357)
Oleh karena itu, mohonlah ampunan kepada-Nya, kemudian bertobatlah
kepada-Nya. Sesungguhnya Tuhanku sangat dekat lagi Maha Memperkenankan
(doa hamba-Nya).”
Catatan Kaki
357) Manusia dijadikan penghuni dunia untuk menguasai dan memakmurkannya.
Qālū
yā ṣāliḥu qad kunta fīnā marjuwwan qabla hāżā atanhānā an na‘buda mā
ya‘budu ābā'unā wa innanā lafī syakkim mimmā tad‘ūnā ilaihi murīb(in).
Mereka
(kaum Samud) berkata, “Wahai Saleh, sebelum ini engkau benar-benar
merupakan orang yang diharapkan di tengah-tengah kami. Apakah engkau
melarang kami menyembah apa yang disembah oleh nenek moyang kami?
Sesungguhnya kami benar-benar dalam keraguan yang menggelisahkan
terhadap apa (agama) yang engkau serukan kepada kami.”
Qāla
yā qaumi ara'aitum in kuntu ‘alā bayyinatim mir rabbī, wa ātānī minhu
raḥmatan famay yanṣurunī minallāhi in ‘aṣaituh(ū), famā tazīdūnanī gaira
takhsīr(in).
Dia
(Saleh) berkata, “Wahai kaumku, jelaskan pendapatmu jika aku mempunyai
bukti yang nyata dari Tuhanku dan Dia memberikan kepadaku rahmat
(kenabian). Siapa yang akan menolongku dari (azab) Allah jika aku
mendurhakai-Nya? Kamu tidak akan pernah menambah apa pun untukku selain
kerugian.
Wa
yā qaumi hāżihī nāqatullāhi lakum āyatan fa żarūhā ta'kul fī arḍillāhi
wa lā tamassūhā bisū'in fa ya'khużakum ‘ażābun qarīb(un).
Wahai
kaumku, inilah unta betina dari Allah sebagai mukjizat untukmu. Oleh
karena itu, biarkanlah dia makan di bumi Allah dan janganlah kamu
memperlakukannya dengan buruk yang akan menyebabkan kamu segera ditimpa
azab.”
Fa ‘aqarūhā fa qāla tamatta‘ū fī dārikum ṡalāṡata ayyām(in), żālika wa‘dun gairu makżūb(in).
Mereka lalu menyembelih unta itu. Maka, dia (Saleh) berkata, “Bersukarialah kamu semua di rumahmu selama tiga hari.358) Itu adalah janji yang tidak dapat didustakan.”
Catatan Kaki
358) Perbuatan mereka membunuh unta itu adalah suatu pelanggaran terhadap larangan Nabi Saleh a.s. Oleh sebab itu, Allah Swt. menjatuhkan kepada mereka hukuman dengan membatasi sisa hidup mereka tiga hari saja. Maka, sebagai ejekan, mereka disuruh bersuka ria selama tiga hari itu.
Falammā
jā'a amrunā najjainā ṣāliḥaw wal-lażīna āmanū ma‘ahū biraḥmatim minnā
wa min khizyi yaumi'iż(in), inna rabbaka huwal-qawiyyul-‘ażīz(u).
Ketika
keputusan Kami datang, Kami menyelamatkan Saleh dan orang-orang yang
beriman bersamanya berkat rahmat dari Kami serta (Kami menyelamatkannya
juga) dari kehinaan hari itu. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah Yang Maha
Kuat lagi Maha Perkasa.
(Negeri itu tampak tanpa bekas sama sekali) seakan-akan mereka belum pernah tinggal359) di sana. Ingatlah sesungguhnya (kaum) Samud telah mengingkari Tuhan mereka. Ingatlah, bahwa (kaum) Samud telah binasa.
Catatan Kaki
359) Demikian cepatnya mereka dihancurkan oleh guntur itu sehingga mereka hancur lebur, seolah-olah mereka tidak pernah ada.
Wa laqad jā'at rusulunā ibrāhīma bil-busyrā qālū salāmā(n), qāla salāmun famā labiṡa an jā'a bi‘ijlin ḥanīż(in).
Sungguh,
utusan Kami (malaikat) benar-benar telah datang kepada Ibrahim dengan
membawa kabar gembira. Mereka mengucapkan, “Selamat.” Dia (Ibrahim)
menjawab, “Selamat.” Tidak lama kemudian, Ibrahim datang dengan membawa
(suguhan) daging anak sapi yang dipanggang.
Ketika
(Ibrahim) melihat tangan mereka tidak menjamahnya, dia mencurigai dan
memendam rasa takut kepada mereka. Mereka (malaikat) berkata, “Jangan
takut! Sesungguhnya kami diutus kepada kaum Lut (untuk menghancurkan
mereka).”
Qālat yā wailatā a'alidu wa ana ‘ajūzuw wa hāżā ba‘lī syaikhā(n), inna hāżā lasyai'un ‘ajīb(un).
Dia
(istrinya) berkata, “Sungguh mengherankan! Mungkinkah aku akan
melahirkan (anak) padahal aku sudah tua dan suamiku ini sudah renta?
Sesungguhnya ini benar-benar sesuatu yang ajaib.”
Qālū ata‘jabīna min amrillāhi raḥmatullāhi wa barakātuh(ū), ‘alaikum ahlal-bait(i), innahū ḥamīdum majīd(un).
Mereka
(para malaikat) berkata, “Apakah engkau merasa heran dengan ketetapan
Allah? (Itu adalah) rahmat dan berkah Allah (yang) dicurahkan kepada
kamu, wahai ahlulbait! Sesungguhnya Dia Maha Terpuji lagi Maha Mulia.”
Maka,
ketika rasa takut telah hilang dari Ibrahim dan kabar gembira telah
datang kepadanya, dia pun bermujadalah (berdiskusi) dengan (malaikat)
Kami tentang kaum Lut.
75
اِنَّ اِبْرٰهِيْمَ لَحَلِيْمٌ اَوَّاهٌ مُّنِيْبٌ
Inna ibrāhīma laḥalīmun awwāhum munīb(un).
Sesungguhnya Ibrahim benar-benar penyantun, pengiba, lagi suka kembali (kepada Allah).
Yā ibrāhīmu a‘riḍ ‘an hāżā, innahū qad jā'a amru rabbik(a), wa innahum ātīhim ‘ażābun gairu mardūd(in).
(Malaikat
berkata,) “Wahai Ibrahim, berpalinglah dari (mujadalah) ini!
Sesungguhnya ketetapan Tuhanmu benar-benar telah datang. Sesungguhnya
mereka akan ditimpa azab yang tidak dapat ditolak.”
Wa lammā jā'at rusulunā lūṭan sī'a bihim wa ḍāqa bihim żar‘aw wa qāla hāżā yaumun ‘aṣīb(un).
Ketika
para utusan Kami (malaikat) itu datang kepada Lut, dia merasa gundah
dan dadanya terasa sempit karena (kedatangan) mereka. Dia (Lut) berkata,
“Ini hari yang sangat sulit.”360)
Catatan Kaki
360) Nabi Lut a.s. merasa gundah akan kedatangan para utusan Allah Swt. itu karena mereka berwujud pemuda yang rupawan, sedangkan kaum Lut sangat menyukai pemuda-pemuda yang rupawan untuk diajak berhubungan seksual sesama jenis. Dia merasa tidak sanggup melindungi mereka dari gangguan kaumnya.
Wa
jā'ahū qaumuhū yuhra‘ūna ilaih(i), wa min qablu kānū
ya‘malūnas-sayyi'āt(i), qāla yā qaumi hā'ulā'i banātī hunna aṭharu lakum
fattaqullāha wa lā tukhzūni fī ḍaifī, alaisa minkum rajulur rasyīd(un).
Kaumnya
bergegas datang menemuinya. Sejak dahulu mereka selalu melakukan
perbuatan-perbuatan keji. Lut berkata, “Wahai kaumku, inilah putri-putri
(negeri)-ku. Mereka lebih suci bagimu (untuk dinikahi). Maka,
bertakwalah kepada Allah dan janganlah kamu mencemarkan (nama)-ku di
hadapan tamuku ini. Tidak adakah di antaramu orang yang berakal sehat?”
Qālū laqad ‘alimta mā lanā fī banātika min ḥaqq(in), wa innaka lata‘lamu mā nurīd(u).
Mereka
menjawab, “Sungguh, engkau pasti tahu bahwa kami tidak mempunyai
keinginan (syahwat) terhadap putri-putrimu dan engkau tentu mengetahui
apa yang (sebenarnya) kami inginkan.”
Qāla lau anna lī bikum quwwatan au āwī ilā ruknin syadīd(in).
Dia
(Lut) berkata, “Sekiranya aku mempunyai kekuatan untuk menghalangi
(perbuatan)-mu atau aku dapat berlindung kepada kerabat yang kuat (tentu
aku lakukan).”
Mereka
(para malaikat) berkata, “Wahai Lut, sesungguhnya kami adalah para
utusan Tuhanmu. Mereka tidak akan dapat mengganggumu (karena mereka akan
dibinasakan). Oleh karena itu, pergilah beserta keluargamu pada
sebagian malam (dini hari) dan jangan ada seorang pun di antara kamu
yang menoleh ke belakang, kecuali istrimu (janganlah kamu ajak pergi
karena telah berkhianat). Sesungguhnya dia akan terkena (siksaan) yang
menimpa mereka dan sesungguhnya saat (kehancuran) mereka terjadi pada
waktu subuh. Bukankah subuh itu sudah dekat?”
Falammā jā'a amrunā ja‘alnā ‘āliyahā sāfilahā wa amṭarnā ‘alaihā ḥijāratam min sijjīlim manḍūd(in).
Maka,
ketika keputusan Kami datang, Kami menjungkirbalikkannya (negeri kaum
Lut) dan Kami menghujani mereka dengan batu dari tanah yang terbakar
secara bertubi-tubi.
Wa
ilā madyana akhāhum syu‘aibā(n), qāla yā qaumi‘budullāha mā lakum min
ilāhin gairuh(ū), wa lā tanquṣul-mikyāla wal-mīzāna innī arākum
bikhairiw wa innī akhāfu ‘alaikum ‘ażāba yaumim muḥīṭ(in).
Kepada
(penduduk) Madyan (Kami utus) saudara mereka, Syuʻaib. Dia berkata,
“Wahai kaumku, sembahlah Allah! Tidak ada tuhan bagimu selain Dia.
Janganlah kamu kurangi takaran dan timbangan! Sesungguhnya Aku melihat
kamu dalam keadaan yang baik (makmur). Sesungguhnya aku khawatir kamu
akan ditimpa azab pada hari yang meliputi (dan membinasakanmu, yaitu
hari Kiamat).
Wa yā qaumi auful-mikyāla wal-mīzāna bil-qisṭi wa lā tabkhasun-nāsa asy-yā'ahum wa lā ta‘ṡau fil-arḍi mufsidīn(a).
Wahai
kaumku, penuhilah takaran dan timbangan dengan adil! Janganlah kamu
merugikan manusia akan hak-hak mereka dan janganlah kamu membuat
kejahatan di bumi dengan menjadi perusak!
Baqiyyatullāhi khairul lakum in kuntum mu'minīn(a), wa mā ana ‘alaikum biḥafīẓ(in).
Apa
yang tersisa (dari keuntungan yang halal) yang dianugerahkan Allah
lebih baik bagimu jika kamu orang-orang beriman. Aku bukanlah pengawas
atas dirimu.”
Qālū
yā syu‘aibu aṣalātuka ta'muruka an natruka mā ya‘budu ābā'unā au an
naf‘ala fī amwālinā mā nasyā'(u), innaka la'antal-ḥalīmur-rasyīd(u).
Mereka
berkata, “Wahai Syuʻaib, apakah salatmu (agamamu) yang menyuruhmu agar
kami meninggalkan apa yang disembah nenek moyang kami atau melarang kami
mengelola harta menurut cara yang kami kehendaki? (Benarkah demikian,
padahal) sesungguhnya engkau benar-benar orang yang sangat penyantun
lagi cerdas?”361)
Catatan Kaki
361) Perkataan ini mereka ucapkan untuk mengejek Nabi Syuʻaib a.s.
Qāla
yā qaumi ara'aitum in kuntu ‘alā bayyinatim mir rabbī wa razaqanī minhu
rizqan ḥasanaw wa mā urīdu an ukhālifakum ila mā anhākum ‘anh(u), in
urīdu illal-iṣlāḥa mastaṭa‘t(u), wa mā taufīqī illā billāh(i), ‘alaihi
tawakkaltu wa ilaihi unīb(u).
Dia
(Syuʻaib) berkata, “Wahai kaumku, jelaskan pendapatmu jika aku
mempunyai bukti yang nyata dari Tuhanku dan Dia menganugerahiku rezeki
yang baik (pantaskah aku menyalahi perintah-Nya). Aku (sebenarnya) tidak
ingin berbeda sikap denganmu (lalu melakukan) apa yang aku sendiri
larang. Aku hanya bermaksud (mendatangkan) perbaikan sesuai dengan
kesanggupanku. Tidak ada kemampuan bagiku (untuk mendatangkan perbaikan)
melainkan dengan (pertolongan) Allah. Kepada-Nya aku bertawakal dan
kepada-Nya (pula) aku kembali.
Wa
yā qaumi lā yajrimannakum syiqāqī ay yuṣībakum miṡlu mā aṣāba qauma
nūḥin au qauma hūdin au qauma ṣāliḥ(in), wa mā qaumu lūṭim minkum
biba‘īd(in).
Wahai
kaumku, janganlah sekali-kali pertentanganku (denganmu) menyebabkan apa
yang menimpa kaum Nuh, kaum Hud, atau kaum Saleh juga menimpamu,
sedangkan (tempat dan masa kebinasaan) kaum Lut tidak jauh dari kamu.
Qālū
yā syu‘aibu mā nafqahu kaṡīram mimmā taqūlu wa innā lanarāka fīnā
ḍa‘īfā(n), wa lau lā rahṭuka larajamnāk(a), wa anta ‘alainā bi‘azīz(in).
Mereka
berkata, “Wahai Syuʻaib, Kami tidak banyak mengerti apa yang engkau
katakan itu, sedangkan kami sesungguhnya memandang engkau sebagai
seorang yang lemah di antara kami. Kalau tidak karena keluargamu, tentu
kami telah melemparimu (dengan batu), sedangkan engkau pun bukan seorang
yang berpengaruh atas kami.”
Dia
(Syuʻaib) menjawab, “Wahai kaumku, apakah keluargaku kamu pandang lebih
terhormat daripada Allah sehingga kamu menempatkan-Nya di belakangmu
(menyepelekan-Nya)? Sesungguhnya (pengetahuan) Tuhanku meliputi apa yang
kamu kerjakan.
Wa
yā qaumi‘malū ‘alā makānatikum innī ‘āmil(un), saufa ta‘lamūn(a), may
ya'tīhi ‘ażābuy yukhzīhi wa man huwa kāżib(un), wartaqibū innī ma‘akum
raqīb(un).
Wahai
kaumku, berbuatlah apa yang bisa kamu lakukan! Sesungguhnya aku pun
berbuat (hal yang sama). Kelak kamu mengetahui siapa yang akan ditimpa
azab yang menghinakannya dan siapa yang pendusta. Tunggulah (akibat
perbuatanmu), sesungguhnya aku pun akan menunggu bersamamu!”
Wa
lammā jā'a amrunā najjainā syu‘aibaw wal-lażīna amanū ma‘ahū biraḥmatim
minnā, wa akhażatil-lażīna ẓalamuṣ-ṣaiḥatu fa aṣbaḥū fī diyārihim
jāṡimīn(a).
Ketika
keputusan Kami (untuk menghancurkan mereka) datang, Kami selamatkan
Syuʻaib dan orang-orang yang beriman bersamanya dengan rahmat Kami.
Adapun orang-orang yang zalim, mereka dibinasakan oleh suara yang
menggelegar sehingga mati bergelimpangan di rumah-rumah mereka.
Ilā fir‘auna wa mala'ihī fattaba‘ū amra fir‘aun(a), wa mā amru fir‘auna birasyīd(in).
kepada
Fir‘aun dan para pemuka kaumnya, tetapi (justru) mereka mengikuti
perintah Fir‘aun, padahal perintah Fir‘aun sama sekali bukanlah
(perintah) yang benar.
Żālika min ambā'il-qurā naquṣṣuhū ‘alaika minhā qā'imuw wa ḥaṣīd(un).
Itu
adalah sebagian berita tentang negeri-negeri (yang telah dibinasakan)
yang Kami ceritakan kepadamu (Nabi Muhammad). Di sebagian negeri-negeri
itu masih berdiri peninggalan-peninggalannya dan ada (pula) yang telah
musnah.
Wa
mā ẓalamnāhum wa lākin ẓalamū anfusahum famā agnat ‘anhum
ālihatuhumul-latī yad‘ūna min dūnillāhi min syai'il lammā jā'a amru
rabbik(a), wa mā zādūhum gaira tatbīb(in).
Kami
tidak menzalimi mereka, tetapi merekalah yang menzalimi diri sendiri.
Maka, tidak bermanfaat sedikit pun bagi mereka sembahan yang mereka
sembah selain Allah saat siksaan Tuhanmu datang. (Sembahan) itu tak lain
(justru) hanya menambah kebinasaan bagi mereka.
Inna fī żālika la'āyatal liman khāfa ‘ażābal-ākhirah(ti), żālika yaumum majmū‘(un), lahun-nāsu wa żālika yaumum masyhūd(un).
Sesungguhnya
pada yang demikian itu terdapat pelajaran bagi orang yang takut pada
azab akhirat. Itu adalah hari ketika semua manusia dikumpulkan (untuk
dihisab) dan itu adalah hari yang disaksikan (oleh semua makhluk).
104
وَمَا نُؤَخِّرُهٗٓ اِلَّا لِاَجَلٍ مَّعْدُوْدٍۗ
Wa mā nu'akhkhiruhū illā li'ajalim ma‘dūd(in).
Kami tidak akan menundanya, kecuali sampai waktu yang sudah ditentukan.
Mereka kekal di dalamnya selama masih ada langit dan bumi,362) kecuali jika Tuhanmu menghendaki (yang lain). Sesungguhnya Tuhanmu Maha Melaksanakan apa yang Dia kehendaki.
Catatan Kaki
362) Kalimat ini adalah kiasan yang dimaksudkan untuk menjelaskan kekekalan mereka di neraka. Alam akhirat juga mempunyai langit dan bumi tersendiri.
Wa
ammal-lażīna su‘idū fa fil-jannati khālidīna fīhā mā dāmatis-samāwātu
wal-arḍu illā mā syā'a rabbuk(a), ‘aṭā'an gaira majżūż(in).
Adapun
orang-orang yang berbahagia, maka (ia berada) di dalam surga. Mereka
kekal di dalamnya selama masih ada langit dan bumi, kecuali jika Tuhanmu
menghendaki (yang lain) sebagai karunia yang tidak putus-putusnya.
Maka,
janganlah engkau (Nabi Muhammad) ragu-ragu tentang (kebatilan) apa yang
mereka sembah. Mereka tiada lain hanya menyembah sebagaimana nenek
moyang mereka dahulu. Kami pasti akan menyempurnakan balasan mereka
tanpa dikurangi sedikit pun.
Wa
laqad ātainā mūsal-kitāba fakhtulifa fīh(i), wa lau lā kalimatun
sabaqat mir rabbika laquḍiya bainahum, wa innahum lafī syakkim minhu
murīb(in).
Sungguh,
Kami benar-benar telah menganugerahkan Kitab (Taurat) kepada Musa, lalu
ia (kitab itu) diperselisihkan. Seandainya tidak ada ketetapan yang
terdahulu dari Tuhanmu (bahwa orang-orang yang mendustakan Al-Qur’an
akan ditunda penyiksaannya), niscaya telah dilaksanakan hukuman di
antara mereka.363) Sesungguhnya mereka benar-benar dalam kebimbangan dan keraguan terhadapnya.
Catatan Kaki
363) Sekiranya tidak ada ketetapan penundaan azab terhadap mereka sampai hari Kiamat, tentulah mereka dibinasakan pada waktu itu juga.
Sesungguhnya
kepada setiap (yang berselisih itu) Tuhanmu pasti akan memberi balasan
secara penuh atas perbuatan mereka. Sesungguhnya Dia Maha Teliti
terhadap apa yang mereka kerjakan.
Fastaqim kamā umirta wa man tāba ma‘aka wa lā taṭgau, innahū bimā ta‘malūna baṣīr(un).
Maka,
tetaplah (di jalan yang benar), sebagaimana engkau (Nabi Muhammad)
telah diperintahkan. Begitu pula orang yang bertobat bersamamu.
Janganlah kamu melampaui batas! Sesungguhnya Dia Maha Melihat apa yang
kamu kerjakan.
Wa lā tarkanū ilal-lażīna ẓalamū fa tamassakumun-nār(u), wa mā lakum min dūnillāhi min auliyā'a ṡumma lā tunṣarūn(a).
Janganlah
kamu cenderung kepada orang-orang yang zalim sehingga menyebabkan api
neraka menyentuhmu, sedangkan kamu tidak mempunyai seorang penolong364) pun selain Allah, kemudian kamu tidak akan diberi pertolongan.
Wa aqimiṣ-ṣalāta ṭarafayin-nahāri wa zulafam minal-lail(i), innal-ḥasanāti yużhibnas-sayyi'āt(i), żālika żikrā liż-żākirīn(a).
Dirikanlah
salat pada kedua ujung hari (pagi dan petang) dan pada bagian-bagian
malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan baik menghapus
kesalahan-kesalahan. Itu adalah peringatan bagi orang-orang yang selalu
mengingat (Allah).
Fa
lau lā kāna minal-qurūni min qablikum ulū baqiyyatiy yanhauna
‘anil-fasādi fil-arḍi illā qalīlam mimman anjainā minhum,
wattaba‘al-lażīna ẓalamū mā utrifū fīhi wa kānū mujrimīn(a).
Maka,
mengapa tidak ada di antara generasi sebelum kamu sekelompok orang yang
mempunyai keutamaan yang melarang (berbuat) kerusakan di bumi, kecuali
sebagian kecil, yaitu orang yang telah Kami selamatkan di antara mereka?
Orang-orang yang zalim hanya mementingkan kenikmatan dan kemewahan dan
mereka adalah orang-orang yang berdosa.
Illā
mar raḥima rabbuk(a), wa liżālika khalaqahum, wa tammat kalimatu
rabbika la'amla'anna jahannama minal-jinnati wan-nāsi ajma‘īn(a).
kecuali
orang yang dirahmati oleh Tuhanmu. Menurut (kehendak-Nya) itulah Allah
menciptakan mereka. Kalimat (keputusan) Tuhanmu telah tetap, “Aku pasti
akan memenuhi (neraka) Jahanam (dengan pendurhaka) dari kalangan jin dan
manusia semuanya.”
Wa
kullan naquṣṣu ‘alaika min ambā'ir-rusuli mā nuṡabbitu bihī fu'ādaka wa
jā'aka fī hāżihil-ḥaqqu wa mau‘iẓatuw wa żikrā lil-mu'minīn(a).
Semua
kisah rasul-rasul Kami ceritakan kepadamu (Nabi Muhammad), yaitu
kisah-kisah yang dengannya Kami teguhkan hatimu. Di dalamnya telah
diberikan kepadamu (segala) kebenaran, nasihat, dan peringatan bagi
orang-orang mukmin.
Wa qul lil-lażīna lā yu'minūna‘malū ‘alā makānatikum, innā ‘āmilūn(a).
Katakanlah
(Nabi Muhammad) kepada orang-orang yang tidak beriman, “Berbuatlah
menurut kemampuanmu. Kami pun benar-benar akan berbuat (seperti
demikian)
Wa
lillāhi gaibus-samāwāti wal-arḍi wa ilaihi yurja‘ul-amru kulluhū
fa‘budhu wa tawakkal ‘alaih(i), wa mā rabbuka bigāfilin ‘ammā
ta‘malūn(a).
Milik
Allahlah (pengetahuan tentang) yang gaib (di) langit dan (di) bumi.
Kepada-Nyalah segala urusan dikembalikan. Maka, sembahlah Dia dan
bertawakallah kepada-Nya. Tuhanmu tidak akan lengah terhadap apa yang
kamu kerjakan.
Traktir creator minum kopi dengan cara memberi sedikit donasi. Silahkan Pilih Metode Pembayaran