Maha
Suci (Allah) yang telah memperjalankan hamba-Nya (Nabi Muhammad) pada
malam hari dari Masjidilharam ke Masjidilaqsa yang telah Kami berkahi
sekelilingnya425) agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat.
Catatan Kaki
425) Masjidilaqsa dan daerah sekitarnya diberkahi Allah Swt., di antaranya, dengan diutusnya banyak nabi di sana dan dengan kesuburan tanahnya.
Wa qaḍainā ilā banī isrā'īla fil-kitābi latufsidunna fil-arḍi marrataini wa lata‘lunna ‘uluwwan kabīrā(n).
Kami
wahyukan kepada Bani Israil di dalam Kitab (Taurat) itu, “Kamu
benar-benar akan berbuat kerusakan di bumi ini dua kali dan benar-benar
akan menyombongkan diri dengan kesombongan yang besar.”
Fa
iżā jā'a wa‘du ūlāhumā ba‘aṡnā ‘alaikum ‘ibādal lanā ulī ba'sin
syadīdin fa jāsū khilālad-diyār(i), wa kāna wa‘dam maf‘ūlā(n).
Apabila
datang saat (kerusakan) yang pertama dari keduanya, Kami datangkan
kepadamu hamba-hamba Kami yang perkasa, lalu mereka merajalela di
kampung-kampung. Itulah janji yang pasti terlaksana.
Ṡumma radadnā lakumul-karrata ‘alaihim wa amdadnākum bi'amwāliw wa banīna wa ja‘alnākum akṡara nafīrā(n).
Kemudian,
Kami memberikan kepadamu giliran untuk mengalahkan mereka, membantumu
dengan harta kekayaan dan anak-anak, dan menjadikanmu kelompok yang
lebih besar.
In
aḥsantum aḥsantum li'anfusikum, wa in asa'tum fa lahā, fa iżā jā'a
wa‘dul-ākhirati liyasū'ū wujūhakum wa liyadkhulal-masjida kamā dakhalūhu
awwala marratiw wa liyutabbirū mā ‘alau tatbīrā(n).
Jika
berbuat baik, (berarti) kamu telah berbuat baik untuk dirimu sendiri.
Jika kamu berbuat jahat, (kerugian dari kejahatan) itu kembali kepada
dirimu sendiri. Apabila datang saat (kerusakan) yang kedua, (Kami
bangkitkan musuhmu) untuk menyuramkan wajahmu, untuk memasuki masjid
(Baitulmaqdis) sebagaimana memasukinya ketika pertama kali, dan untuk
membinasakan apa saja yang mereka kuasai.
‘Asā rabbukum ay yarḥamakum, wa in ‘uttum ‘udnā, wa ja‘alnā jahannama lil-kāfirīna ḥaṣīrā(n).
Mudah-mudahan
Tuhanmu melimpahkan rahmat kepadamu. Akan tetapi, jika kamu kembali
(melakukan kejahatan), niscaya Kami kembali (mengazabmu). Kami jadikan
(neraka) Jahanam sebagai penjara bagi orang-orang kafir.
Inna hāżal-qur'āna yahdī lil-latī hiya aqwamu wa yubasysyirul-mu'minīnal-lażīna ya‘malūnaṣ-ṣāliḥāti anna lahum ajran kabīrā(n).
Sesungguhnya
Al-Qur’an ini memberi petunjuk ke (jalan) yang paling lurus dan memberi
kabar gembira kepada orang-orang mukmin yang mengerjakan kebajikan
bahwa bagi mereka ada pahala yang sangat besar
Wa yad‘ul-insānu bisy-syarri du‘ā'ahū bil-khair(i), wa kānal-insānu ‘ajūlā(n).
Manusia
(seringkali) berdoa untuk (mendapatkan) keburukan sebagaimana
(biasanya) berdoa untuk (mendapatkan) kebaikan. Manusia itu (sifatnya)
tergesa-gesa.
Wa
ja‘alnal-laila wan-nahāra āyataini fa maḥaunā āyatal-laili wa ja‘alnā
āyatan-nahāri mubṣiratal litabtagū faḍlam mir rabbikum wa lita‘lamū
‘adadas-sinīna wal-ḥisāb(a), wa kulla syai'in faṣṣalnāhu tafṣīlā(n).
Kami
jadikan malam dan siang sebagai dua tanda (kebesaran Kami). Kami
hapuskan tanda malam dan Kami jadikan tanda siang itu terang benderang
agar kamu (dapat) mencari karunia dari Tuhanmu dan mengetahui bilangan
tahun serta perhitungan (waktu). Segala sesuatu telah Kami terangkan
secara terperinci.
Wa kulla insānin alzamnāhu ṭā'irahū fī ‘unuqih(ī), wa nukhriju lahū yaumal-qiyāmati kitābay yalqāhu mansyūrā(n).
Setiap
manusia telah Kami kalungkan (catatan) amal perbuatannya di lehernya.
Pada hari Kiamat Kami keluarkan baginya sebuah kitab yang dia terima
dalam keadaan terbuka.
Manihtadā
fa innamā yahtadī linafsih(ī), wa man ḍalla fa innamā yaḍillu ‘alaihā,
wa lā taziru wāziratuw wizra ukhrā, wa mā kunnā mu‘ażżibīna ḥattā
nab‘aṡa rasūlā(n).
Siapa
yang mendapat petunjuk, sesungguhnya ia mendapat petunjuk itu hanya
untuk dirinya. Siapa yang tersesat, sesungguhnya (akibat) kesesatannya
itu hanya akan menimpa dirinya. Seorang yang berdosa tidak akan memikul
dosa orang lain. Kami tidak akan menyiksa (seseorang) hingga Kami
mengutus seorang rasul.
Wa iżā aradnā an nuhlika qaryatan amarnā mutrafīhā fa fasaqū fīhā fa ḥaqqa ‘alaihal-qaulu fa dammarnāhā tadmīrā(n).
Jika
Kami hendak membinasakan suatu negeri, Kami perintahkan orang-orang
yang hidup mewah di negeri itu (agar menaati Allah). Lalu, mereka
melakukan kedurhakaan di negeri itu sehingga pantaslah berlaku padanya
perkataan (azab Kami). Maka, Kami hancurkan (negeri itu)
sehancur-hancurnya.
Man
kāna yurīdul-‘ājilata ‘ajjalnā lahū fīhā mā nasyā'u liman nurīdu ṡumma
ja‘alnā lahū jahannam(a), yaṣlāhā mażmūmam madḥūrā(n).
Siapa
yang menghendaki kehidupan sekarang (duniawi) Kami segerakan baginya di
(dunia) ini apa yang Kami kehendaki bagi siapa yang Kami kehendaki.
Kemudian, Kami sediakan baginya (neraka) Jahanam. Dia akan memasukinya
dalam keadaan tercela lagi terusir (dari rahmat Allah).
Wa man arādal-ākhirata wa sa‘ā lahā sa‘yahā wa huwa mu'minun fa ulā'ika kāna sa‘yuhum masykūrā(n).
Siapa
yang menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha ke arah itu dengan
sungguh-sungguh, dan dia adalah mukmin, mereka itulah orang yang
usahanya dibalas dengan baik.
Kullan numiddu hā'ulā'i wa hā'ulā'i min ‘aṭā'i rabbik(a), wa mā kāna ‘aṭā'u rabbika maḥẓūrā(n).
Tiap-tiap
(golongan), baik (golongan) ini (yang menginginkan dunia) maupun
(golongan) itu (yang menginginkan akhirat) Kami berikan anugerah dari
kemurahan Tuhanmu dan kemurahan Tuhanmu tidak dapat dihalangi.
Unẓur kaifa faḍḍalnā ba‘ḍahum ‘alā ba‘ḍ(in), wa lal-ākhiratu akbaru darajātiw wa akbaru tafḍīlā(n).
Perhatikanlah
bagaimana Kami melebihkan sebagian mereka atas sebagian (yang lain).
Sungguh kehidupan akhirat lebih tinggi derajatnya dan lebih besar
keutamaannya.
Wa
qaḍā rabbuka allā ta‘budū illā iyyāhu wa bil-wālidaini iḥsānā(n), immā
yabluganna ‘indakal-kibara aḥaduhumā au kilāhumā falā taqul lahumā uffiw
wa lā tanhar humā wa qul lahumā qaulan karīmā(n).
Tuhanmu
telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah
berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang di antara keduanya
atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu,
sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah”
dan janganlah engkau membentak keduanya, serta ucapkanlah kepada
keduanya perkataan yang baik.426)
Catatan Kaki
426) Sekadar mengucapkan kata ah (atau kata-kata kasar lainnya) kepada orang tua tidak dibolehkan oleh agama, apalagi memperlakukan mereka dengan lebih kasar.
Wakhfiḍ lahumā janāḥaż-żulli minar-raḥmati wa qur rabbirḥamhumā kamā rabbayānī ṣagīrā(n).
Rendahkanlah
dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah,
“Wahai Tuhanku, sayangilah keduanya sebagaimana mereka berdua
(menyayangiku ketika) mendidik aku pada waktu kecil.”
Rabbukum a‘lamu bimā fī nufūsikum, in takūnū ṣāliḥīna fa innahū kāna lil-awwābīna gafūrā(n).
Tuhanmu
lebih mengetahui apa yang ada dalam dirimu. Jika kamu adalah
orang-orang yang saleh, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun bagi
orang-orang yang bertobat.
Wa āti żal-qurbā ḥaqqahū wal-miskīna wabnas-sabīli wa lā tubażżir tabżīrā(n).
Berikanlah
kepada kerabat dekat haknya, (juga kepada) orang miskin, dan orang yang
dalam perjalanan. Janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara
boros.
Wa immā tu‘riḍanna ‘anhumubtigā'a raḥmatim mir rabbika tarjūhā faqul lahum qaulam maisūrā(n).
Jika
(tidak mampu membantu sehingga) engkau (terpaksa) berpaling dari mereka
untuk memperoleh rahmat dari Tuhanmu yang engkau harapkan, ucapkanlah
kepada mereka perkataan yang lemah lembut.
Wa lā taj‘al yadaka maglūlatan ilā ‘unuqika wa lā tabsuṭhā kullal-basṭi fa taq‘uda malūmam maḥsūrā(n).
Janganlah
engkau jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu (kikir) dan jangan
(pula) engkau mengulurkannya secara berlebihan sebab nanti engkau
menjadi tercela lagi menyesal.
Sesungguhnya
Tuhanmu melapangkan rezeki bagi siapa yang Dia kehendaki dan
menyempitkan (-nya bagi siapa yang Dia kehendaki). Sesungguhnya Dia Maha
Teliti lagi Maha Melihat hamba-hamba-Nya.
Wa lā taqtulū aulādakum khasy-yata imlāq(in), naḥnu narzuquhum wa iyyākum, inna qatlahum kāna khiṭ'an kabīrā(n).
Janganlah
kamu membunuh anak-anakmu karena takut miskin. Kamilah yang memberi
rezeki kepada mereka dan (juga) kepadamu. Sesungguhnya membunuh mereka
itu adalah suatu dosa yang besar.
Wa
lā taqtulun-nafsal-latī ḥarramallāhu illā bil-ḥaqq(i), wa man qutila
maẓlūman faqad ja‘alnā liwaliyyihī sulṭānan falā yusrif fil-qatl(i),
innahū kāna manṣūrā(n).
Janganlah kamu membunuh orang yang diharamkan Allah (membunuhnya), kecuali dengan suatu (alasan) yang benar.427) Siapa yang dibunuh secara teraniaya, sungguh Kami telah memberi kekuasaan428)
kepada walinya. Akan tetapi, janganlah dia (walinya itu) melampaui
batas dalam pembunuhan (kisas). Sesungguhnya dia adalah orang yang
mendapat pertolongan.
Catatan Kaki
427) Lihat catatan kaki surah al-An‘ām (6): 151.
428) Yang dimaksud dengan kekuasaan di sini ialah kewenangan ahli waris korban pembunuhan atau pemerintah yang sah untuk menuntut kisas atau menerima diat (lihat surah al-Baqarah [2]: 178 dan an-Nisā’ [4]: 92).
Wa
lā taqrabū mālal-yatīmi illā bil-latī hiya aḥsanu ḥattā yabluga
asyuddah(ū), wa aufū bil-‘ahd(i), innal-‘ahda kāna mas'ūlā(n).
Janganlah
kamu mendekati harta anak yatim, kecuali dengan (cara) yang terbaik
(dengan mengembangkannya) sampai dia dewasa dan penuhilah janji (karena)
sesungguhnya janji itu pasti diminta pertanggungjawabannya.
Janganlah
engkau mengikuti sesuatu yang tidak kauketahui. Sesungguhnya
pendengaran, penglihatan, dan hati nurani, semua itu akan diminta
pertanggungjawabannya.
Wa lā tamsyi fil-arḍi marahā(n), innaka lan takhriqal-arḍa wa lan tablugal-jibāla ṭūlā(n).
Janganlah
engkau berjalan di bumi ini dengan sombong karena sesungguhnya engkau
tidak akan dapat menembus bumi dan tidak akan mampu menjulang setinggi
gunung.
Żālika
mimmā auḥā ilaika rabbuka minal-ḥikmah(ti), wa lā taj‘al ma‘allāhi
ilāhan ākhara fa tulqā fī jahannama malūmam madḥūrā(n).
Itulah
sebagian hikmah yang diwahyukan Tuhan kepada engkau (Nabi Muhammad).
Janganlah engkau menjadikan tuhan yang lain di samping Allah, yang
menyebabkan engkau dilemparkan ke dalam neraka dalam keadaan tercela
lagi terusir (dari rahmat Allah).
Apakah
(pantas) Tuhanmu memilihkan anak laki-laki untukmu, sedangkan Dia
menjadikan malaikat sebagai anak perempuan? Sesungguhnya kamu (kaum
musyrik) benar-benar mengucapkan perkataan yang (dosanya) sangat besar.
Wa laqad ṣarrafnā fī hāżal-qur'āni liyażżakkarū, wa mā yazīduhum illā nufūrā(n).
Sungguh
telah Kami (jelaskan) berulang-ulang (peringatan) dalam Al-Qur’an ini
agar mereka selalu ingat. Akan tetapi, (peringatan) itu tidak menambah
(apa pun) kepada mereka, kecuali makin lari (dari kebenaran).
Katakanlah
(Nabi Muhammad), “Seandainya ada tuhan-tuhan (lain) di samping-Nya,
sebagaimana yang mereka katakan, niscaya tuhan-tuhan itu mencari jalan
kepada (Tuhan) Pemilik ʻArasy (untuk mengalahkan atau menyaingi-Nya).”
Tusabbiḥu
lahus-samāwātus-sab‘u wal-arḍu wa man fīhinn(a), wa im min syai'in illā
yusabbiḥu biḥamdihī wa lākil lā tafqahūna tasbīḥahum, innahū kāna
ḥalīman gafūrā(n).
Langit
yang tujuh, bumi, dan semua yang ada di dalamnya senantiasa bertasbih
kepada Allah. Tidak ada sesuatu pun, kecuali senantiasa bertasbih dengan
memuji-Nya, tetapi kamu tidak mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya Dia
Maha Penyantun lagi Maha Pengampun.
Wa iżā qara'tal-qur'āna ja‘alnā bainaka wa bainal-lażīna lā yu'minūna bil-ākhirati ḥijābam mastūrā(n).
Apabila
engkau (Nabi Muhammad) membaca Al-Qur’an, Kami adakan suatu tabir yang
tertutup antara engkau dan orang-orang yang tidak beriman pada kehidupan
akhirat.
Wa
ja‘alnā ‘alā qulūbihim akinnatan ay yafqahūhu wa fī āżānihim waqrā(n),
wa iżā żakarta rabbaka fil-qur'āni waḥdahū wallau ‘alā adbārihim
nufūrā(n).
Kami
jadikan di atas hati mereka penutup-penutup (sesuai dengan kehendak dan
sikap mereka) sehingga mereka tidak memahaminya dan di telinga mereka
ada penyumbat (sehingga tidak mendengarnya). Apabila engkau menyebut
(nama) Tuhanmu saja dalam Al-Qur’an, mereka berpaling ke belakang
melarikan diri (karena benci).
Naḥnu
a‘lamu bimā yastami‘ūna bihī iż yastami‘ūna ilaika wa iż hum najwā iż
yaqūluẓ-ẓālimūna in tattabi‘ūna illā rajulam masḥūrā(n).
Kami
lebih tahu bagaimana (sikap) mereka mendengarkan (Al-Qur’an) saat
mereka mendengarkan engkau (Nabi Muhammad) dan berbisik-bisik (sesama
mereka) ketika orang-orang zalim itu berkata, “Kamu tidak mengikuti
(siapa pun), kecuali seorang laki-laki yang kena sihir.”
Unẓur kaifa ḍarabū lakal-amṡāla fa ḍallū falā yastaṭī‘ūna sabīlā(n).
Perhatikanlah
(Nabi Muhammad) bagaimana mereka membuat perumpamaan-perumpamaan (yang
buruk) tentang engkau! Maka, sesatlah mereka sehingga tidak sanggup
(mendapatkan) jalan (untuk menentang kerasulanmu).
Wa qālū a'iżā kunnā ‘iẓāmaw wa rufātan a'innā lamab‘ūṡūna khalqan jadīdā(n).
Mereka
berkata, “Apabila kami telah menjadi tulang-belulang dan
kepingan-kepingan (yang berserakan), apakah kami benar-benar akan
dibangkitkan kembali sebagai makhluk yang baru?”
50
۞ قُلْ كُوْنُوْا حِجَارَةً اَوْ حَدِيْدًاۙ
Qul kūnū ḥijāratan au ḥadīdā(n).
Katakanlah (Nabi Muhammad), “Jadilah kamu batu atau besi,
Au
khalqam mimmā yakburu fī ṣudūrikum, fa sayaqūlūna may yu‘īdunā,
qulil-lażī faṭarakum awwala marrah(tin), fa sayun-giḍūna ilaika
ru'ūsahum wa yaqūlūna matā huw(a), qul ‘asā ay yakūna qarībā(n).
atau
(jadilah) makhluk lain yang tidak mungkin hidup kembali menurut
pikiranmu (maka Allah akan tetap menghidupkannya kembali).” Kemudian,
mereka akan bertanya, “Siapa yang akan menghidupkan kami kembali?”
Katakanlah, “Yang telah menciptakan kamu pertama kali.” Mereka akan
menggeleng-gelengkan kepalanya kepadamu (karena takjub) dan berkata,
“Kapan (kiamat) itu (akan terjadi)?” Katakanlah, “Barangkali waktunya
sudah dekat,”
Katakan
kepada hamba-hamba-Ku supaya mereka mengucapkan perkataan yang lebih
baik (dan benar). Sesungguhnya setan itu selalu menimbulkan perselisihan
di antara mereka. Sesungguhnya setan adalah musuh yang nyata bagi
manusia.
Rabbukum a‘lamu bikum, iy yasya' yarḥamkum au iy yasya' yu‘ażżibkum, wa mā arsalnāka ‘alaihim wakīlā(n).
Tuhanmu
lebih mengetahui tentang kamu. Jika Dia menghendaki, niscaya Dia
merahmatimu dan jika Dia menghendaki, niscaya Dia mengazabmu. Kami
tidaklah mengutusmu (Nabi Muhammad) sebagai penjaga bagi mereka.
Wa rabbuka a‘lamu biman fis-samāwāti wal-arḍ(i), wa laqad faḍḍalnā ba‘ḍan nabiyyīna ‘alā ba‘ḍiw wa ātainā dāwūda zabūrā(n).
Tuhanmu
lebih mengetahui siapa yang di langit dan di bumi. Sungguh, Kami telah
melebihkan sebagian nabi-nabi atas sebagian (yang lain) dan Kami
anugerahkan Zabur kepada Daud.
Qulid‘ul-lażīna za‘amtum min dūnihī falā yamlikūna kasyfaḍ-ḍurri ‘ankum wa lā taḥwīlā(n).
Katakanlah (Nabi Muhammad), “Serulah mereka yang kamu anggap (tuhan)430) selain Dia. Mereka tidak akan mampu menghilangkan bahaya darimu dan tidak (pula) mampu mengalihkannya.”
Catatan Kaki
430) Maksudnya adalah apa yang diyakini mereka sebagai tuhan, yaitu berhala, malaikat, jin, dan sebagainya.
Ulā'ikal-lażīna
yad‘ūna yabtagūna ilā rabbihimul-wasīlata ayyuhum aqrabu wa yarjūna
raḥmatahū wa yakhāfūna ‘ażābah(ū), inna ‘ażāba rabbika kāna maḥżūrā(n).
Orang-orang yang mereka seru itu, mereka (sendiri) mencari jalan kepada Tuhan431)
(masing-masing berharap) siapa di antara mereka yang lebih dekat
(kepada Allah). Mereka juga mengharapkan rahmat-Nya dan takut akan
azab-Nya. Sesungguhnya, azab Tuhanmu itu adalah yang (harus) ditakuti.
Catatan Kaki
431) Nabi Isa a.s., para malaikat, dan Uzair yang mereka sembah selama ini sebenarnya menyeru dan mencari jalan untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt.
Wa
im min qaryatin illā naḥnu muhlikūhā qabla yaumil-qiyāmati au
mu‘ażżibūhā ‘ażāban syadīdā(n), kāna żālika fil-kitābi masṭūrā(n).
Tidak
ada suatu negeri pun (yang durhaka penduduknya), kecuali Kami
membinasakannya sebelum hari Kiamat atau Kami siksa (penduduk)-nya
dengan siksa yang sangat keras. Yang demikian itu telah tertulis di
dalam Kitab (Lauhulmahfuz).
Wa
mā mana‘anā an nursila bil-āyāti illā an każżaba bihal-awwalūn(a), wa
ātainā ṡamūdan-nāqata mubṣiratan fa ẓalamū bihā, wa mā nursilu bil-āyāti
illā takhwīfā(n).
Tidak
ada yang menghalangi Kami untuk mengirimkan (kepadamu) tanda-tanda
(kekuasaan Kami), melainkan karena (tanda-tanda) itu telah didustakan
oleh orang-orang terdahulu. Kami telah berikan kepada kaum Samud unta
betina (sebagai mukjizat) yang jelas, tetapi mereka menganiayanya
(dengan menyembelihnya). Kami tidak mengirimkan tanda-tanda itu kecuali
untuk menakut-nakuti.
Wa
iż qulnā laka inna rabbaka aḥāṭa bin-nās(i), wa mā ja‘alnar-ru'yal-latī
araināka illā fitnatal lin-nāsi wasy-syajaratal mal‘ūnata
fil-qur'ān(i), wa nukhawwifuhum, famā yazīduhum illā ṭugyānan kabīrā(n).
(Ingatlah)
ketika Kami berfirman kepadamu, “Sesungguhnya Tuhanmu (dengan ilmu dan
kekuasaan-Nya) meliputi seluruh manusia.” Kami tidak menjadikan ru’yā432) yang telah Kami perlihatkan kepadamu, melainkan sebagai ujian bagi manusia dan (begitu pula) pohon yang terkutuk433) dalam Al-Qur’an. Kami menakut-nakuti mereka, tetapi yang demikian itu hanyalah menambah besar kedurhakaan mereka.
Catatan Kaki
432) Menurut sebagian mufasir, yang dimaksud ru’yā di sini berkaitan dengan peristiwa Isra Mikraj sehingga maknanya adalah ‘penglihatan Nabi ketika Isra Mikraj’. Adapun menurut sebagian mufasir lainnya, ru’yā ini berkaitan dengan Perang Badar. Maka, maknanya adalah ‘mimpi yang dialami Rasulullah sebelum peristiwa Perang Badar’.
433) Pohon terkutuk itu adalah pohon zaqum (lihat dalam surah aṣ-Ṣāffāt [37]: 62 dan ad-Dukhān [44]: 43).
Wa iż qulnā lil-malā'ikatisjudū li'ādama fa sajadū illā iblīs(a), qāla a'asjudu liman khalaqta ṭīnā(n).
(Ingatlah)
ketika Kami berfirman kepada para malaikat, “Sujudlah kamu semua kepada
Adam.” Mereka pun sujud, tetapi Iblis (enggan). Ia (Iblis) berkata,
“Apakah aku harus bersujud kepada orang yang Engkau ciptakan dari
tanah?”
Ia
(Iblis) berkata, “Terangkanlah kepadaku tentang orang ini yang lebih
Engkau muliakan daripada aku. Sungguh, jika Engkau memberi tenggang
waktu kepadaku sampai hari Kiamat, niscaya aku benar-benar akan
menyesatkan keturunannya, kecuali sebagian kecil.”
Qālażhab faman tabi‘aka minhum fa inna jahannama jazā'ukum jazā'am maufūrā(n).
Dia
(Allah) berfirman, “Pergilah, siapa saja di antara mereka yang
mengikuti kamu, sesungguhnya (neraka) Jahanamlah balasanmu semua sebagai
balasan yang sempurna.
Wastafziz
manistaṭa‘ta minhum biṣautika wa ajlib ‘alaihim bikhailika wa rajilika
wa syārikūhum fil-amwāli wal-aulādi wa ‘idhum, wa mā
ya‘iduhumusy-syaiṭānu illā gurūrā(n).
Perdayakanlah
(wahai Iblis) siapa saja di antara mereka yang engkau sanggup dengan
ajakanmu. Kerahkanlah pasukanmu yang berkuda dan yang berjalan kaki
terhadap mereka. Bersekutulah dengan mereka dalam harta dan anak-anak,
lalu berilah janji kepada mereka.” Setan itu hanya menjanjikan tipuan
belaka kepada mereka.
Inna ‘ibādī laisa laka ‘alaihim sulṭān(un), wa kafā birabbika wakīlā(n).
(Allah
berfirman lagi,) “Sesungguhnya tidak ada kekuasaan bagimu (Iblis) atas
hamba-hamba-Ku (yang mukmin). Cukuplah Tuhanmu sebagai penjaga (mereka
darimu).”
Wa
iżā massakumuḍ-ḍurru fil-baḥri ḍalla man tad‘ūna illā iyyāh(u), falammā
najjākum ilal-barri a‘raḍtum, wa kānal-insānu kafūrā(n).
Apabila
kamu ditimpa bahaya di lautan, niscaya hilang semua yang kamu seru,
kecuali Dia. Akan tetapi, ketika Dia menyelamatkan kamu ke daratan, kamu
berpaling (dari-Nya). Manusia memang selalu ingkar.
Afa amintum ay yakhsifa bikum jānibal-barri au yursila ‘alaikum ḥaṣiban ṡumma lā tajidū lakum wakīlā(n).
Apakah
kamu merasa aman dari kemungkinan Dia akan membenamkan sebagian daratan
bersama kamu atau mengirimkan kerikil, lalu kamu tidak akan mendapati
seorang pun sebagai pelindung?
Am
amintum ay yu‘īdakum fīhi tāratan ukhrā fa yursila ‘alaikum qāṣifam
minar-rīḥi fa yugriqakum bimā kafartum, ṡumma lā tajidū lakum ‘alainā
bihī tabī‘ā(n).
Ataukah
kamu merasa aman bahwa Dia tidak akan mengembalikanmu ke laut sekali
lagi, lalu mengirimkan angin topan kepadamu dan menenggelamkanmu
disebabkan kekufuranmu, kemudian kamu tidak akan mendapati seorang
penolong pun dalam menghadapi (siksaan) Kami?
Wa
laqad karramnā banī ādama wa ḥamalnāhum fil-barri wal-baḥri wa
razaqnāhum minaṭ-ṭayyibāti wa faḍḍalnāhum ‘alā kaṡīrim mimman khalaqnā
tafḍīlā(n).
Sungguh,
Kami telah memuliakan anak cucu Adam dan Kami angkut mereka di darat
dan di laut. Kami anugerahkan pula kepada mereka rezeki dari yang
baik-baik dan Kami lebihkan mereka di atas banyak makhluk yang Kami
ciptakan dengan kelebihan yang sempurna.
Yauma nad‘ū kulla unāsim bi'imāmihim, faman ūtiya katābahū biyamīnihī fa ulā'ika yaqra'ūna kitābahum wa lā yuẓlamūna fatīlā(n).
(Ingatlah)
pada hari (ketika) Kami panggil setiap umat dengan pemimpinnya. Maka,
siapa yang diberi catatan amalnya di tangan kanannya, mereka akan
membaca catatannya (dengan bahagia) dan mereka tidak akan dirugikan
sedikit pun.
Wa in kādū layaftinūnaka ‘anil-lażī auḥainā ilaika litaftariya ‘alainā gairah(ū), wa iżal lattakhażūka khalīlā(n).
Sesungguhnya
mereka hampir memalingkan engkau (Nabi Muhammad) dari (apa) yang telah
Kami wahyukan kepadamu agar engkau mengada-ada yang lain terhadap Kami.
Jika demikian, tentu mereka menjadikan engkau sahabat yang setia.
Iżal-la'ażaqnāka ḍi‘fal-ḥayāti wa ḍi‘fal-mamāti ṡumma lā tajidu laka ‘alainā naṣīrā(n).
Jika
demikian, tentu akan Kami rasakan kepadamu (siksaan) dua kali lipat di
dunia dan dua kali lipat setelah mati. Kemudian, engkau (Nabi Muhammad)
tidak akan mendapati seorang penolong pun terhadap Kami.
Wa in kādū layastafizzūnaka minal-arḍi liyukhrijūka minhā wa iżal lā yalbaṡūna khilāfaka illā qalīlā(n).
Sesungguhnya
mereka hampir membuatmu (Nabi Muhammad) gelisah di negeri (Makkah)
untuk mengusirmu dari negeri itu. Kalau terjadi demikian, niscaya
sepeninggalmu mereka tidak akan tinggal (bertahan), kecuali sebentar
saja.434)
Catatan Kaki
434) Sekiranya Nabi Muhammad saw. benar-benar diusir oleh penduduk Makkah, niscaya mereka tidak akan lama hidup di dunia karena Allah Swt. segera akan membinasakan mereka. Hijrah Nabi Muhammad saw. ke Madinah bukan karena pengusiran kaum Quraisy, melainkan semata-mata karena perintah Allah Swt.
Sunnata man qad arsalnā qablaka mir rusulinā wa lā tajidu lisunnatinā taḥwīlā(n).
(Yang demikian itu) merupakan ketetapan (bagi) para rasul Kami yang benar-benar Kami utus sebelum engkau435) dan tidak akan engkau dapati perubahan atas ketetapan Kami.
Catatan Kaki
435) Maksudnya adalah bahwa setiap umat yang mengusir rasul pasti akan dibinasakan Allah Swt. Demikian itulah sunah (ketetapan) Allah Swt.
Aqimiṣ-ṣalāta lidulūkisy-syamsi ilā gasaqil-laili wa qur'ānal-fajr(i), inna qur'ānal-fajri kāna masyhūdā(n).
Dirikanlah salat sejak matahari tergelincir sampai gelapnya malam dan (laksanakan pula salat) Subuh!436) Sesungguhnya salat Subuh itu disaksikan (oleh malaikat).437)
Catatan Kaki
436) Ayat ini menerangkan waktu salat yang lima. Tergelincirnya matahari menunjukkan waktu salat Zuhur dan Asar, sedangkan gelap malam menunjukkan waktu salat Magrib, Isya’, dan Subuh.
437) Dalam hadis riwayat Ahmad disebutkan bahwa salat Subuh disaksikan oleh para malaikat yang bertugas pada malam dan siang.
Wa qur rabbi adkhilnī mudkhala ṣidqiw wa akhrijnī mukhraja ṣidqiw waj‘al lī mil ladunka sulṭānan naṣīrā(n).
Katakanlah
(Nabi Muhammad), “Ya Tuhanku, masukkan aku (ke tempat dan keadaan apa
saja) dengan cara yang benar, keluarkan (pula) aku dengan cara yang
benar, dan berikanlah kepadaku dari sisi-Mu kekuasaan yang dapat
menolong(-ku).438)
Catatan Kaki
438) Maksud doa ini adalah memohon kepada Allah Swt. agar kita memasuki suatu ibadah dan selesai darinya dengan niat yang baik dan penuh keikhlasan serta bersih dari riya dan dari sesuatu yang merusak pahala. Ayat ini juga mengisyaratkan kepada Nabi agar berhijrah dari Makkah ke Madinah. Ada juga yang memahami bahwa ayat ini berisi permohonan kepada Allah Swt. agar kita memasuki kubur dengan baik dan keluar darinya ketika hari Berbangkit dengan baik pula.
Wa nunazzilu minal-qur'āni mā huwa syifā'uw wa raḥmatul lil-mu'minīn(a), wa lā yazīduẓ-ẓālimīna illā khasārā(n).
Kami
turunkan dari Al-Qur’an sesuatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi
orang-orang mukmin, sedangkan bagi orang-orang zalim (Al-Qur’an itu)
hanya akan menambah kerugian.
Wa iżā an‘amnā ‘alal-insāni a‘raḍa wa na'ā bijānibih(ī), wa iżā massahusy-syarru kāna ya'ūsā(n).
Apabila
Kami menganugerahkan kenikmatan kepada manusia, niscaya dia berpaling
dan menjauhkan diri (dari Allah dengan sombong). Namun, apabila dia
ditimpa kesusahan, niscaya dia berputus asa.
Qul kulluy ya‘malu ‘alā syākilatih(ī), fa rabbukum a‘lamu biman huwa ahdā sabīlā(n).
Katakanlah
(Nabi Muhammad), “Setiap orang berbuat sesuai dengan pembawaannya
masing-masing.” Maka, Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang lebih benar
jalannya.
Wa yas'alūnaka ‘anir-rūḥ(i), qulir-rūḥu min amri rabbī wa mā ūtītum minal-‘ilmi illā qalīlā(n).
Mereka
bertanya kepadamu (Nabi Muhammad) tentang roh. Katakanlah, “Roh itu
termasuk urusan Tuhanku, sedangkan kamu tidak diberi pengetahuan kecuali
hanya sedikit.”
Sungguh,
jika Kami menghendaki, niscaya Kami lenyapkan (apa) yang telah Kami
wahyukan kepadamu (Nabi Muhammad) dan engkau tidak akan mendapatkan
untuk dirimu seorang pembela pun terhadap Kami.
Qul
la'inijtama‘atil-insu wal-jinnu ‘alā ay ya'tū bimiṡli hāżal-qur'āni lā
ya'tūna bimiṡlihī wa lau kāna ba‘ḍuhum liba‘ḍin ẓahīrā(n).
Katakanlah,
“Sungguh, jika manusia dan jin berkumpul untuk mendatangkan yang serupa
dengan Al-Qur’an ini, mereka tidak akan dapat mendatangkan yang serupa
dengannya, sekalipun mereka membantu satu sama lainnya.”
Wa laqad ṣarrafnā lin-nāsi fī hāżal-qur'āni min kulli maṡal(in), fa abā akṡarun-nāsi illā kufūrā(n).
Sungguh,
Kami telah menjelaskan berulang-ulang segala perumpamaan dengan
berbagai macam cara kepada manusia dalam Al-Qur’an ini, tetapi
kebanyakan manusia tidak menginginkan kecuali kekufuran.
Au tusqiṭas-samā'a kamā za‘amta ‘alainā kisafan au ta'tiya billāhi wal-malā'ikati qabīlā(n).
atau
engkau jatuhkan langit berkeping-keping kepada kami, sebagaimana engkau
telah katakan, atau engkau datangkan Allah dan para malaikat berhadapan
muka dengan kami,
Au
yakūna laka baitum min zukhrufin au tarqā fis-samā'(i), wa lan nu'mina
liruqiyyika ḥattā tunazzila ‘alainā kitāban naqra'uh(ū), qul subḥāna
rabbī hal kuntu illā basyarar rasūlā(n).
atau
engkau mempunyai sebuah rumah yang (terbuat) dari emas, atau engkau
naik ke langit dan kami tidak akan mempercayai kenaikanmu itu sebelum
engkau turunkan kepada kami sebuah kitab untuk kami baca.” Katakanlah
(Nabi Muhammad), “Maha Suci Tuhanku. Bukankah aku ini hanya seorang
manusia yang menjadi rasul?”
Wa mā mana‘an-nāsa ay yu'minū iż jā'ahumul-hudā illā an qālū aba‘aṡallāhu basyarar rasūlā(n).
Tidak
ada sesuatu yang menghalangi manusia untuk beriman ketika petunjuk
datang kepadanya, selain perkataan mereka, “Mengapa Allah mengutus
seorang manusia menjadi rasul?”
Katakanlah
(Nabi Muhammad), “Sekiranya di bumi ada para malaikat yang berjalan
(menetap) dengan tenang, niscaya Kami turunkan kepada mereka malaikat
dari langit untuk menjadi rasul.”
Katakanlah
(Nabi Muhammad), “Cukuplah Allah menjadi saksi antara aku dan kamu
sekalian. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui lagi Maha Melihat
hamba-hamba-Nya.”
Wa
may yahdillāhu fa huwal-muhtad(i), wa may yuḍlil falan tajida lahum
auliyā'a min dūnih(ī), wa naḥsyuruhum yaumal-qiyāmati ‘alā wujūhihim
‘umyaw wa bukmaw wa ṣummā(n), ma'wāhum jahannam(u), kullamā khabat
zidnāhum sa‘īrā(n).
Siapa
yang dianugerahi petunjuk oleh Allah (karena kecenderungan dan
pilihannya terhadap kebaikan) dialah yang mendapat petunjuk. Siapa yang
Dia sesatkan, engkau tidak akan mendapatkan penolong-penolong439)
bagi mereka selain Dia. Kami akan mengumpulkan mereka pada hari Kiamat
dengan wajah tersungkur, dalam keadaan buta, bisu, dan tuli. Tempat
kediaman mereka adalah (neraka) Jahanam. Setiap kali nyala api Jahanam
itu akan padam, Kami tambah lagi nyalanya bagi mereka.
Żālika jazā'uhum bi'annahum kafarū bi'āyātinā wa qālū a'iżā kunnā ‘iẓāmaw wa rufātan a'innā lamab‘ūṡūna khalqan jadīdā(n).
Itulah
balasan bagi mereka karena sesungguhnya mereka kufur kepada ayat-ayat
Kami dan (karena mereka) berkata, “Apabila kami telah menjadi
tulang-belulang dan benda-benda yang hancur, apakah kami benar-benar
akan dibangkitkan kembali sebagai makhluk baru?”
Awalam
yarau annallāhal-lażī khalaqas-samāwāti wal-arḍa qādirun ‘alā ay
yakhluqa miṡlahum wa ja‘ala lahum ajalal lā raiba fīh(i), fa
abaẓ-ẓālimūna illā kufūrā(n).
Apakah
mereka tidak memperhatikan bahwa sesungguhnya Allah yang menciptakan
langit dan bumi adalah Maha Kuasa menciptakan yang serupa dengan mereka
dan Maha Kuasa menetapkan ajal (kematian dan kebangkitan) bagi mereka
yang tidak diragukan lagi? Maka, orang-orang zalim itu tidak
menginginkan kecuali kekufuran.
Wa
laqad ātainā mūsā tis‘a āyātim bayyinātin fas'al banī isrā'īla iż
jā'ahum fa qāla lahū fir‘aunu innī la'aẓunnuka yā mūsā masḥūrā(n).
Sungguh, Kami telah menganugerahkan kepada Musa sembilan mukjizat yang nyata.440)
Maka, tanyakanlah kepada Bani Israil ketika dia datang kepada mereka
lalu Fir‘aun berkata kepadanya, “Sesungguhnya aku benar-benar yakin
bahwa engkau, wahai Musa, terkena sihir.”
Catatan Kaki
440) Mukjizat yang sembilan itu ialah tongkat, tangan yang bisa memancarkan cahaya, belalang, kutu, katak, darah, banjir besar, laut yang terbelah, dan gunung (Sinai).
Dia
(Musa) menjawab, “Sungguh, engkau benar-benar telah mengetahui bahwa
tidak ada yang menurunkan (mukjizat-mukjizat) itu kecuali Tuhan langit
dan bumi sebagai bukti-bukti yang nyata. Sesungguhnya aku benar-benar
yakin bahwa engkau, wahai Fir‘aun, terlaknat.”
Fa arāda ay yastafizzahum minal arḍi fa agraqnāhu wa mam ma‘ahū jamī‘ā(n).
Kemudian,
dia (Fir‘aun) hendak mengusir mereka (Musa dan pengikutnya) dari bumi
(Mesir), maka Kami tenggelamkan dia (Fir‘aun) beserta seluruh orang yang
bersamanya.
Wa qulnā mim ba‘dihī libanī isrā'īlaskunul-arḍa fa iżā jā'a wa‘dul-ākhirati ji'nā bikum lafīfā(n).
Setelah
itu Kami berfirman kepada Bani Israil, “Tinggallah di negeri ini!
Apabila janji kebangkitan datang, niscaya Kami kumpulkan kamu dalam
keadaan bercampur baur.”
Wa bil-ḥaqqi anzalnāhu wa bil-ḥaqqi nazal(a), wa mā arsalnāka illā mubasysyiraw wa nażīrā(n).
Kami menurunkannya (Al-Qur’an) dengan sebenarnya441)
dan ia (Al-Qur’an) turun dengan (membawa) kebenaran. Kami mengutus
engkau (Nabi Muhammad) hanya sebagai pembawa berita gembira dan pemberi
peringatan.
Catatan Kaki
441) Al-Qur’an benar-benar diturunkan oleh Allah Swt., bukan oleh selain-Nya.
Wa qur'ānan faraqnāhu litaqra'ahū ‘alan-nāsi ‘alā mukṡiw wa nazzalnāhu tanzīlā(n).
Al-Qur’an
Kami turunkan berangsur-angsur agar engkau (Nabi Muhammad)
membacakannya kepada manusia secara perlahan-lahan dan Kami benar-benar
menurunkannya secara bertahap.
Qul āminū bihī au lā tu'minū, innal-lażīna ūtul-‘ilma min qablihī iżā yutlā ‘alaihim yakhirrūna lil-ażqāni sujjadā(n).
Katakanlah
(Nabi Muhammad), “Berimanlah kamu kepadanya (Al-Qur’an) atau tidak usah
beriman (itu sama saja bagi Allah)! Sesungguhnya orang-orang yang telah
diberi pengetahuan sebelumnya, apabila (Al-Qur’an) dibacakan kepada
mereka, mereka menyungkurkan wajah (dengan) bersujud.”
Qulid‘ullāha
awid‘ur-raḥmān(a), ayyam mā tad‘ū fa lahul-asmā'ul-ḥusnā, wa lā tajhar
biṣalātika wa lā tukhāfit bihā wabtagi baina żālika sabīlā(n).
Katakanlah
(Nabi Muhammad), “Serulah ‘Allah’ atau serulah ‘Ar-Raḥmān’! Nama mana
saja yang kamu seru, (maka itu baik) karena Dia mempunyai nama-nama yang
terbaik (Asmaulhusna). Janganlah engkau mengeraskan (bacaan) salatmu
dan janganlah (pula) merendahkannya. Usahakan jalan (tengah) di antara
(kedua)-nya!”
Wa
qulil-ḥamdu lillāhil-lażī lam yattakhiż waladaw wa lam yakul lahū
syarīkun fil-mulki wa lam yakul lahū waliyyum minaż-żulli wa kabbirhu
takbīrā(n).
Katakanlah,
“Segala puji bagi Allah yang tidak mengangkat seorang anak, tidak
mempunyai sekutu dalam kerajaan-Nya, dan tidak memerlukan penolong dari
kehinaan! Agungkanlah Dia setinggi-tingginya!”
Traktir creator minum kopi dengan cara memberi sedikit donasi. Silahkan Pilih Metode Pembayaran