4) Dalam Al-Qur’an terdapat 29 surah yang dibuka dengan huruf Arab yang muqaṭṭa‘ah (dibaca nama hurufnya), seperti Alif lām mīm, Alif lām rā, dan sebagainya. Hanya Allah Swt. yang mengetahui makna sesungguhnya dari rangkaian huruf-huruf tersebut. Namun, dilihat dari fungsinya, ada yang berpendapat bahwa rangkaian huruf-huruf itu bertujuan untuk menarik perhatian atau untuk menunjukkan kemukjizatan Al-Qur’an.
Wal-lażīna yu'minūna bimā unzila ilaika wa mā unzila min qablik(a), wabil-ākhirati hum yūqinūn(a).
dan
mereka yang beriman pada (Al-Qur’an) yang diturunkan kepadamu (Nabi
Muhammad) dan (kitab-kitab suci) yang telah diturunkan sebelum engkau
dan mereka yakin akan adanya akhirat.
Innal-lażīna kafarū sawā'un ‘alaihim a'anżartahum am lam tunżirhum lā yu'minūn(a).
Sesungguhnya
orang-orang yang kufur itu sama saja bagi mereka, apakah engkau (Nabi
Muhammad) beri peringatan atau tidak engkau beri peringatan, mereka
tidak akan beriman.
Apabila dikatakan kepada mereka, “Janganlah berbuat kerusakan di bumi,”7) mereka menjawab, “Sesungguhnya kami hanyalah orang-orang yang melakukan perbaikan.”
Catatan Kaki
7) Di antara bentuk kerusakan di atas bumi adalah kekufuran, kemaksiatan, menyebarkan rahasia orang mukmin, dan memberikan loyalitas kepada orang kafir. Melanggar nilai-nilai yang ditetapkan agama akan mengakibatkan alam ini rusak, bahkan hancur.
Wa
iżā qīla lahum āminū kamā āmanan nāsu qālū anu'minu kamā
āmanas-sufahā'(u), alā innahum humus-sufahā'u wa lākil lā ya‘lamūn(a).
Apabila
dikatakan kepada mereka, “Berimanlah kamu sebagaimana orang lain telah
beriman,” mereka menjawab, “Apakah kami akan beriman seperti orang-orang
yang picik akalnya itu beriman?” Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah
orang-orang yang picik akalnya, tetapi mereka tidak tahu.
Wa iżā laqul-lażīna āmanū qālū āmannā, wa iżā khalau ilā syayāṭīnihim qālū innā ma‘akum, innamā naḥnu mustahzi'ūn(a).
Apabila
mereka berjumpa dengan orang yang beriman, mereka berkata, “Kami telah
beriman.” Akan tetapi apabila mereka menyendiri dengan setan-setan (para
pemimpin) mereka, mereka berkata, “Sesungguhnya kami bersama kamu, kami
hanya pengolok-olok.”
Ulā'ikal-lażīnasytarawuḍ-ḍalālata bil-hudā, famā rabiḥat tijāratuhum wa mā kānū muhtadīn(a).
Mereka
itulah orang-orang yang membeli kesesatan dengan petunjuk. Maka,
tidaklah beruntung perniagaannya dan mereka bukanlah orang-orang yang
mendapatkan petunjuk.
Perumpamaan
mereka seperti orang yang menyalakan api. Setelah (api itu) menerangi
sekelilingnya, Allah melenyapkan cahaya (yang menyinari) mereka dan
membiarkan mereka dalam kegelapan, tidak dapat melihat.
18
صُمٌّ ۢ بُكْمٌ عُمْيٌ فَهُمْ لَا يَرْجِعُوْنَۙ
Ṣummum bukmun ‘umyun fahum lā yarji‘ūn(a).
(Mereka) tuli, bisu, lagi buta, sehingga mereka tidak dapat kembali.
Au
kaṣayyibim minas-samā'i fīhi ẓulumātuw wa ra‘duw wa barq(un), yaj‘alūna
aṣābi‘ahum fī āżānihim minaṣ-ṣawā‘iqi ḥażaral-maut(i), wallāhu muḥīṭum
bil- kāfirīn(a).
Atau,
seperti (orang yang ditimpa) hujan lebat dari langit yang disertai
berbagai kegelapan, petir, dan kilat. Mereka menyumbat telinga dengan
jari-jarinya (untuk menghindari) suara petir itu karena takut mati.
Allah meliputi orang-orang yang kafir.8)
Catatan Kaki
8) Maksudnya adalah bahwa pengetahuan dan kekuasaan Allah Swt. meliputi orang-orang kafir.
Yakādul-barqu
yakhṭafu abṣārahum, kullamā aḍā'a lahum masyau fīh(i), wa iżā aẓlama
‘alaihim qāmū, wa lau syā'allāhu lażahaba bisam‘ihim wa abṣārihim,
innallāha ‘alā kulli syai'in qadīr(un).
Hampir
saja kilat itu menyambar penglihatan mereka. Setiap kali (kilat itu)
menyinari, mereka berjalan di bawah (sinar) itu. Apabila gelap menerpa
mereka, mereka berdiri (tidak bergerak). Sekiranya Allah menghendaki,
niscaya Dia menghilangkan pendengaran dan penglihatan mereka.
Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Allażī
ja‘ala lakumul-arḍa firāsyaw was-samā'a binā'ā(n), wa anzala
minas-samā'i mā'an fa akhraja bihī minaṡ-ṡamarāti rizqal lakum, falā
taj‘alū lillāhi andādaw wa antum ta‘lamūn(a).
(Dialah)
yang menjadikan bagimu bumi (sebagai) hamparan dan langit sebagai atap,
dan Dialah yang menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia
menghasilkan dengan (hujan) itu buah-buahan sebagai rezeki untuk kamu.
Oleh karena itu, janganlah kamu mengadakan tandingan-tandingan bagi
Allah, padahal kamu mengetahui.
Wa
in kuntum fī raibim mimmā nazzalnā ‘alā ‘abdinā fa'tū bisūratim mim
miṡlih(ī), wad‘ū syuhadā'akum min dūnillāhi in kuntum ṣādiqīn(a).
Jika
kamu (tetap) dalam keraguan tentang apa (Al-Qur’an) yang Kami turunkan
kepada hamba Kami (Nabi Muhammad), buatlah satu surah yang semisal
dengannya dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu
orang-orang yang benar.
Fa'illam taf‘alū wa lan taf‘alū fattaqun-nāral-latī waqūduhan-nāsu wal-ḥijārah(tu), u‘iddat lil-kāfirīn(a).
Jika
kamu tidak (mampu) membuat(-nya) dan (pasti) kamu tidak akan (mampu)
membuat(-nya), takutlah pada api neraka yang bahan bakarnya adalah
manusia dan batu yang disediakan bagi orang-orang kafir.
Wa
basysyiril-lażīna āmanū wa ‘amiluṣ-ṣāliḥāti anna lahum jannātin tajrī
min taḥtihal- anhār(u), kullamā ruziqū minhā min ṡamaratir rizqā(n),
qālū hāżal-lażī ruziqnā min qablu wa utū bihī mutasyābihā(n), wa lahum
fīhā azwājum muṭahharatuw wa hum fīhā khālidūn(a).
Sampaikanlah
kabar gembira kepada orang-orang yang beriman dan beramal saleh bahwa
untuk mereka (disediakan) surga-surga yang di bawahnya mengalir
sungai-sungai. Setiap kali diberi rezeki buah-buahan darinya, mereka
berkata, “Inilah rezeki yang diberikan kepada kami sebelumnya.” Mereka
telah diberi (buah-buahan) yang serupa dan di sana mereka (memperoleh)
pasangan-pasangan yang disucikan. Mereka kekal di dalamnya.
Innallāha
lā yastaḥyī ay yaḍriba maṡalam mā ba‘ūḍatan famā fauqahā, fa'ammal-
lażīna āmanū faya‘lamūna annahul-ḥaqqu mir rabbihim, wa ammal-lażīna
kafarū fayaqūlūna māżā arādallāhu bihāżā maṡalā(n), yuḍillu bihī kaṡīraw
wa yahdī bihī kaṡīrā(n), wa mā yuḍillu bihī illal-fāsiqīn(a).
Sesungguhnya Allah tidak segan membuat perumpamaan seekor nyamuk atau yang lebih kecil daripada itu.9)
Adapun orang-orang yang beriman mengetahui bahwa itu kebenaran dari
Tuhannya. Akan tetapi, orang-orang kafir berkata, “Apa maksud Allah
dengan perumpamaan ini?” Dengan (perumpamaan) itu banyak orang yang
disesatkan-Nya.10)
Dengan itu pula banyak orang yang diberi-Nya petunjuk. Namun, tidak ada
yang Dia sesatkan dengan (perumpamaan) itu, selain orang-orang fasik,11)
Catatan Kaki
9) Makhluk yang kecil yang dikira lemah, seperti nyamuk, semut, lebah, laba-laba, atau lainnya, sebenarnya banyak menyimpan hikmah untuk menjadi pelajaran bagi manusia.
10) Seseorang menjadi sesat karena keingkarannya dan tidak mau memahami petunjuk-petunjuk Allah Swt. Dalam ayat ini dijelaskan bahwa mereka ingkar dan tidak mau memahami mengapa Allah Swt. menjadikan nyamuk sebagai perumpamaan. Akibatnya, mereka menjadi sesat.
11) Orang fasik adalah orang yang melanggar ketentuan-ketentuan agama, baik dengan ucapan maupun perbuatan.
Allażīna
yanquḍūna ‘ahdallāhi mim ba‘di mīṡāqih(ī), wa yaqṭa‘ūna mā amarallāhu
bihī ay yūṣala wa yufsidūna fil-arḍ(i), ulā'ika humul-khāsirūn(a).
(yaitu)
orang-orang yang melanggar perjanjian Allah setelah (perjanjian) itu
diteguhkan, memutuskan apa yang diperintahkan Allah untuk disambungkan
(silaturahmi), dan berbuat kerusakan di bumi. Mereka itulah orang-orang
yang rugi.
Bagaimana
kamu ingkar kepada Allah, padahal kamu (tadinya) mati, lalu Dia
menghidupkan kamu, kemudian Dia akan mematikan kamu, Dia akan
menghidupkan kamu kembali, dan kepada-Nyalah kamu dikembalikan?
Huwal-lażī
khalaqa lakum mā fil-arḍi jamī‘ā(n), ṡummastawā ilas-samā'i
fasawwāhunna sab‘a samāwāt(in), wa huwa bikulli syai'in ‘alīm(un).
Dialah
(Allah) yang menciptakan segala yang ada di bumi untukmu, kemudian Dia
menuju ke langit, lalu Dia menyempurnakannya menjadi tujuh langit.12) Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.
Catatan Kaki
12) Langit yang bermakna ruang di luar bumi dengan segala isinya (bulan, planet, komet, bintang, galaksi) yang jumlahnya tidak berhingga (disimbolkan dengan ungkapan tujuh langit) sesungguhnya terus berevolusi. Banyak bintang yang mati, namun banyak juga bintang yang lahir. Adapun yang dimaksud dengan menyempurnakan adalah terus berlangsungnya proses pembentukan bintang-bintang baru sejak pembentukan alam semesta.
Wa
iż qāla rabbuka lil-malā'ikati innī jā‘ilun fil-arḍi khalīfah(tan),
qālū ataj‘alu fīhā may yufsidu fīhā wa yasfikud-dimā'(a), wa naḥnu
nusabbiḥu biḥamdika wa nuqaddisu lak(a), qāla innī a‘lamu mā lā
ta‘lamūn(a).
(Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Aku hendak menjadikan khalifah13)
di bumi.” Mereka berkata, “Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang
merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih
memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?” Dia berfirman, “Sesungguhnya Aku
mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”
Catatan Kaki
13) Dalam Al-Qur’an, kata khalīfah memiliki makna ‘pengganti’, ‘pemimpin’, ‘penguasa’, atau ‘pengelola alam semesta’.
Wa ‘allama ādamal-asmā'a kullahā ṡumma ‘araḍahum ‘alal-malā'ikati faqāla ambi'ūnī bi'asmā'i hā'ulā'i in kuntum ṣādiqīn(a).
Dia
mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda) seluruhnya, kemudian Dia
memperlihatkannya kepada para malaikat, seraya berfirman, “Sebutkan
kepada-Ku nama-nama (benda) ini jika kamu benar!”
Mereka
menjawab, “Maha Suci Engkau. Tidak ada pengetahuan bagi kami, selain
yang telah Engkau ajarkan kepada kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha
Mengetahui lagi Maha Bijaksana.”
Qāla
yā ādamu ambi'hum bi'asmā'ihim, falammā amba'ahum bi'asmā'ihim, qāla
alam aqul lakum innī a‘lamu gaibas-samāwāti wal-arḍ(i), wa a‘lamu mā
tubdūna wa mā kuntum taktumūn(a).
Dia
(Allah) berfirman, “Wahai Adam, beri tahukanlah kepada mereka nama-nama
benda itu!” Setelah dia (Adam) menyebutkan nama-nama itu, Dia
berfirman, “Bukankah telah Kukatakan kepadamu bahwa Aku mengetahui
rahasia langit dan bumi, dan Aku mengetahui apa yang kamu nyatakan dan
apa yang selalu kamu sembunyikan?”
Wa iż qulnā lil-malā'ikatisjudū li ādama fasajadū illā iblīs(a), abā wastakbara wa kāna minal-kāfirīn(a).
(Ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat, “Sujudlah kamu kepada Adam!” Maka, mereka pun sujud, kecuali Iblis.14) Ia menolaknya dan menyombongkan diri, dan ia termasuk golongan kafir.
Catatan Kaki
14) Iblis, sebagaimana malaikat, juga menerima perintah dari Allah untuk bersujud kepada Adam. Iblis berasal dari golongan jin.
Wa
qulnā yā ādamuskun anta wa zaujukal-jannata wa kulā minhā ragadan ḥaiṡu
syi'tumā, wa lā taqrabā hāżihisy-syajarata fa takūnā minaẓ-ẓālimīn(a).
Kami
berfirman, “Wahai Adam, tinggallah engkau dan istrimu di dalam surga,
makanlah dengan nikmat (berbagai makanan) yang ada di sana sesukamu, dan
janganlah kamu dekati pohon ini,15) sehingga kamu termasuk orang-orang zalim!”16)
Catatan Kaki
15) Setan menipu Nabi Adam a.s. bahwa siapa yang memakan buah pohon itu akan kekal di dalam surga (lihat surah Ṭāhā [20]: 120).
16) Yaitu orang yang berbuat aniaya yang mengakibatkan kerugian bagi dirinya sendiri atau orang lain.
Fa'azallahumasy-syaiṭānu
‘anhā fa akhrajahumā mimmā kānā fīh(i), wa qulnahbiṭū ba‘ḍukum liba‘ḍin
‘aduww(un), wa lakum fil-arḍi mustaqarruw wa matā‘un ilā ḥīn(in).
Lalu, setan menggelincirkan keduanya darinya17)
sehingga keduanya dikeluarkan dari segala kenikmatan ketika keduanya
ada di sana (surga). Kami berfirman, “Turunlah kamu! Sebagian kamu
menjadi musuh bagi yang lain serta bagi kamu ada tempat tinggal dan
kesenangan di bumi sampai waktu yang ditentukan.”
Catatan Kaki
17) Nabi Adam a.s. dan Hawa memakan buah pohon yang dilarang itu sehingga diusir Allah Swt. dari surga dan diturunkan ke dunia.
Fatalaqqā ādamu mir rabbihī kalimātin fatāba ‘alaih(i), innahū huwat-tawwābur- raḥīm(u).
Kemudian, Adam menerima beberapa kalimat18) dari Tuhannya, lalu Dia pun menerima tobatnya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang.
Catatan Kaki
18) Yang dimaksud dengan beberapa kalimat pada ayat ini adalah ucapan untuk memohon ampunan (tobat) dari Allah Swt., seperti disebut dalam surah al-A‘rāf (7): 23.
Kami
berfirman, “Turunlah kamu semua dari surga! Lalu, jika benar-benar
datang petunjuk-Ku kepadamu, siapa saja yang mengikuti petunjuk-Ku tidak
ada rasa takut yang menimpa mereka dan mereka pun tidak bersedih hati.”
Yā banī isrā'īlażkurū ni‘matiyal-latī an‘amtu ‘alaikum wa aufū bi‘ahdī ūfi bi‘ahdikum, wa iyyāya farhabūn(i).
Wahai Bani Israil,19) ingatlah nikmat-Ku yang telah Aku berikan kepadamu dan penuhilah janjimu kepada-Ku,20) niscaya Aku penuhi janji-Ku kepadamu. Hanya kepada-Ku hendaknya kamu takut.
Catatan Kaki
19) Israil adalah nama lain Nabi Ya‘qub a.s. Oleh karena itu, Bani Israil adalah keturunan Nabi Ya‘qub a.s. yang sekarang dikenal sebagai bangsa Yahudi.
20) Di antara janji Bani Israil kepada Allah Swt. ialah hanya menyembah-Nya, tidak menyekutukan-Nya, dan beriman kepada Nabi Muhammad saw. sebagaimana yang tersebut di dalam Taurat.
Wa
āminū bimā anzaltu muṣaddiqal limā ma‘akum wa lā takūnū awwala kāfirim
bih(ī), wa lā tasytarū bi'āyātī ṡamanan qalīlā(n), wa iyyāya
fattaqūn(i).
Berimanlah
kamu kepada apa (Al-Qur’an) yang telah Aku turunkan sebagai pembenar
bagi apa yang ada pada kamu (Taurat) dan janganlah kamu menjadi orang
yang pertama kafir kepadanya. Janganlah kamu menukarkan ayat-ayat-Ku
dengan harga murah dan bertakwalah hanya kepada-Ku.
Ata'murūnan-nāsa bil-birri wa tansauna anfusakum wa antum tatlūnal-kitāb(a), afalā ta‘qilūn(a).
Mengapa
kamu menyuruh orang lain untuk (mengerjakan) kebajikan, sedangkan kamu
melupakan dirimu sendiri, padahal kamu membaca kitab suci (Taurat)?
Tidakkah kamu mengerti?
Wahai
Bani Israil, ingatlah nikmat-Ku yang telah Aku anugerahkan kepadamu dan
sesungguhnya Aku telah melebihkan kamu daripada semua umat di alam ini
(pada masa itu).
Wattaqū
yaumal lā tajzī nafsun ‘an nafsin syai'aw wa lā yuqbalu minhā
syafā‘atuw wa lā yu'khażu minhā ‘adluw wa lā hum yunṣarūn(a).
Takutlah kamu pada suatu hari (kiamat) yang seseorang tidak dapat membela orang lain sedikit pun, syafaat22) dan tebusan apa pun darinya tidak diterima, dan mereka tidak akan ditolong.
Catatan Kaki
22) Syafaat ialah pertolongan yang, antara lain, diberikan oleh malaikat, para nabi, atau orang-orang mukmin pilihan atas izin Allah Swt. untuk meringankan azab seseorang atau bebannya di akhirat.
Wa
iż najjainākum min āli fir‘auna yasūmūnakum sū'al-‘ażābi yużabbiḥūna
abnā'akum wa yastaḥyūna nisā'akum, wa fī żālikum balā'um mir rabbikum
‘aẓīm(un).
(Ingatlah) ketika Kami menyelamatkan kamu dari (Fir‘aun dan) pengikut-pengikut Fir‘aun.23)
Mereka menimpakan siksaan yang sangat berat kepadamu. Mereka
menyembelih anak-anak laki-lakimu dan membiarkan hidup anak-anak
perempuanmu. Pada yang demikian terdapat cobaan yang sangat besar dari
Tuhanmu.
Catatan Kaki
23) Fir‘aun adalah gelar bagi raja-raja Mesir Kuno. Menurut sebagian ahli sejarah, Fir‘aun pada masa Nabi Musa a.s. adalah Menepthan (1232–1224 SM) yang dikenal dengan Ramses II.
Wa iż faraqnā bikumul-baḥra fa'anjainākum wa agraqnā āla fir‘auna wa antum tanẓurūn(a).
(Ingatlah)
ketika Kami membelah laut untukmu, lalu Kami menyelamatkanmu dan
menenggelamkan (Fir‘aun dan) pengikut-pengikut Fir‘aun, sedangkan kamu
menyaksikan(-nya).24)
Catatan Kaki
24) Allah Swt. memberikan mukjizat kepada Nabi Musa a.s. dengan memberinya jalan untuk dilintasi melalui tersibaknya laut. Belum ada penjelasan ilmiah tentang mekanismenya. Bisa jadi, Nabi Musa a.s. dan kaumnya menyeberang melintasi celah teluk yang sempit tepat saat laut surut maksimum akibat purnama atau bulan baru sehingga memunculkan daratan untuk dilintasi. Sekitar 6 jam kemudian, rombongan Fir‘aun mengejar. Saat di tengah, air laut mulai pasang dan menenggelamkan mereka semua.
Wa iż wā‘adnā mūsā arba‘īna lailatan ṡummattakhażtumul-‘ijla mim ba‘dihī wa antum ẓālimūn(a).
(Ingatlah) ketika Kami menjanjikan (petunjuk Taurat) kepada Musa (melalui munajat selama) empat puluh malam.25)
Kemudian, kamu (Bani Israil) menjadikan (patung) anak sapi (sebagai
sembahan) setelah (kepergian)-nya, dan kamu (menjadi) orang-orang zalim.
Catatan Kaki
25) Allah Swt. menjanjikan bahwa waktu munajat Nabi Musa a.s. untuk menerima petunjuk (Taurat) adalah empat puluh malam. Akan tetapi, umatnya tidak sabar menunggunya sehingga mereka menyembah patung anak sapi yang dibuat oleh Samiri.
(Ingatlah)
ketika Musa berkata kepada kaumnya, “Wahai kaumku, sesungguhnya kamu
telah menzalimi dirimu sendiri dengan menjadikan (patung) anak sapi
(sebagai sembahan). Oleh karena itu, bertobatlah kepada Penciptamu dan
bunuhlah dirimu.27) Itu
lebih baik bagimu dalam pandangan Penciptamu. Dia akan menerima
tobatmu. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Penerima Tobat lagi Maha
Penyayang.
Catatan Kaki
27) Menurut sebagian mufasir, perintah untuk membunuh diri pada ayat ini berarti perintah bagi orang yang tidak menyembah patung anak sapi untuk membunuh orang yang menyembahnya. Namun, perintah itu bisa pula dipahami sebagai perintah kepada orang-orang yang menyembah patung anak sapi itu untuk saling membunuh atau membunuh diri mereka sendiri sebagai bentuk tobat kepada Allah.
Wa iż qultum yā mūsā lan nu'mina laka ḥattā narallāha jahratan fa'akhażatkumuṣ-ṣā‘iqatu wa antum tanẓurūn(a).
(Ingatlah)
ketika kamu berkata, “Wahai Musa, kami tidak akan beriman kepadamu
sebelum melihat Allah dengan jelas.” Maka, halilintar menyambarmu dan
kamu menyaksikan(-nya).
Wa
ẓallalnā ‘alaikumul-gamāma wa anzalnā ‘alaikumul-manna was-salwā, kulū
min ṭayyibāti mā razaqnākum, wa mā ẓalamūnā wa lākin kānū anfusahum
yaẓlimūn(a).
Kami menaungi kamu dengan awan dan Kami menurunkan kepadamu manna dan salwa.28)
Makanlah (makanan) yang baik-baik dari rezeki yang telah Kami berikan
kepadamu. Mereka tidak menzalimi Kami, tetapi justru merekalah yang
menzalimi diri sendiri.
Catatan Kaki
28) Manna ialah sejenis madu, sedangkan salwa ialah sejenis burung puyuh.
Wa
iż qulnadkhulū hāżihil-qaryata fakulū minhā ḥaiṡu syi'tum ragadaw
wadkhulul- bāba sujjadaw wa qūlū ḥiṭṭatun nagfir lakum khaṭāyākum, wa
sanazīdul-muḥsinīn(a).
(Ingatlah)
ketika Kami berfirman, “Masuklah ke negeri ini (Baitulmaqdis). Lalu,
makanlah dengan nikmat (berbagai makanan) yang ada di sana sesukamu.
Masukilah pintu gerbangnya sambil membungkuk dan katakanlah,
‘Bebaskanlah kami (dari dosa-dosa kami),’ niscaya Kami mengampuni
kesalahan-kesalahanmu. Kami akan menambah (karunia) kepada orang-orang
yang berbuat kebaikan.”
Lalu,
orang-orang yang zalim mengganti perintah dengan (perintah lain) yang
tidak diperintahkan kepada mereka. Maka, Kami menurunkan malapetaka dari
langit kepada orang-orang yang zalim itu karena mereka selalu berbuat
fasik.
Wa
iżistasqā mūsā liqaumihī faqulnaḍrib bi‘aṣākal-ḥajar(a), fanfajarat
minhuṡnatā ‘asyrata ‘ainā(n), qad ‘alima kullu unāsim masyrabahum, kulū
wasyrabū mir rizqillāhi wa lā ta‘ṡau fil-arḍi mufsidīn(a).
(Ingatlah)
ketika Musa memohon (curahan) air untuk kaumnya. Lalu, Kami berfirman,
“Pukullah batu itu dengan tongkatmu!” Maka, memancarlah darinya (batu
itu) dua belas mata air. Setiap suku telah mengetahui tempat minumnya
(masing-masing). Makan dan minumlah rezeki (yang diberikan) Allah dan
janganlah melakukan kejahatan di bumi dengan berbuat kerusakan.
Wa
iż qultum yā mūsā lan naṣbira ‘alā ṭa‘āmiw wāḥidin fad‘u lanā rabbaka
yukhrij lanā mimmā tumbitul-arḍu mim baqlihā wa qiṡṡā'ihā wa fūmihā wa
‘adasihā wa baṣalihā, qāla atastabdilūnal-lażī huwa adnā bil-lażī huwa
khair(un), ihbiṭū miṣran fa inna lakum mā sa'altum, wa ḍuribat
‘alaihimuż-żillatu wal-maskanatu wa bā'ū bigaḍabim minallāh(i), żālika
bi'annahum kānū yakfurūna bi'āyātillāhi wa yaqtulūnan- nabiyyīna bi
gairil-ḥaqq(i), żālika bimā ‘aṣaw wa kānū ya‘tadūn(a).
(Ingatlah)
ketika kamu berkata, “Wahai Musa, kami tidak tahan hanya (makan) dengan
satu macam makanan. Maka, mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami agar
Dia memberi kami apa yang ditumbuhkan bumi, seperti sayur-mayur,
mentimun, bawang putih, kacang adas, dan bawang merah.” Dia (Musa)
menjawab, “Apakah kamu meminta sesuatu yang buruk sebagai ganti dari
sesuatu yang baik? Pergilah ke suatu kota. Pasti kamu akan memperoleh
apa yang kamu minta.” Kemudian, mereka ditimpa kenistaan dan kemiskinan,
dan mereka (kembali) mendapat kemurkaan dari Allah. Hal itu (terjadi)
karena sesungguhnya mereka selalu mengingkari ayat-ayat Allah dan
membunuh para nabi tanpa hak (alasan yang benar). Yang demikian itu
ditimpakan karena mereka durhaka dan selalu melampaui batas.
Innal-lażīna
āmanū wal-lażīna hādū wan-naṣārā waṣ-ṣābi'īna man āmana billāhi wal-
yaumil-ākhiri wa ‘amila ṣāliḥan fa lahum ajruhum ‘inda rabbihim, wa lā
khaufun ‘alaihim wa lā hum yaḥzanūn(a).
Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani, dan orang-orang Sabiin,29)
siapa saja (di antara mereka) yang beriman kepada Allah dan hari Akhir
serta melakukan kebajikan (pasti) mendapat pahala dari Tuhannya, tidak
ada rasa takut yang menimpa mereka dan mereka pun tidak bersedih hati.30)
Catatan Kaki
29) Sabiin adalah umat terdahulu yang percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa, tetapi tidak memeluk agama tertentu.
30) Ayat ini merupakan ketentuan umum bagi setiap umat pada masa mereka masing-masing. Misalnya, umat Yahudi pada masa Nabi Musa a.s. dan umat Nasrani pada masa Nabi Isa a.s.
Wa iż akhażnā mīṡāqakum wa rafa‘nā fauqakumuṭ-ṭūr(a), khużū mā ātainākum biquwwatiw ważkurū mā fīhi la‘allakum tattaqūn(a).
(Ingatlah)
ketika Kami mengambil janjimu dan Kami angkat gunung (Sinai) di atasmu
(seraya berfirman), “Pegang teguhlah apa yang telah Kami berikan
kepadamu dan ingatlah apa yang ada di dalamnya agar kamu bertakwa.”
Wa laqad ‘alimtumul-lażīna‘tadau minkum fis-sabti faqulnā lahum kūnū qiradatan khāsi'īn(a).
Sungguh,
kamu benar-benar telah mengetahui orang-orang yang melakukan
pelanggaran di antara kamu pada hari Sabat, lalu Kami katakan kepada
mereka, “Jadilah kamu kera yang hina!”
Faja‘alnāhā nakālal limā baina yadaihā wa mā khalfahā wa mau‘iẓatal lil-muttaqīn(a).
Maka,
Kami jadikan (yang demikian) itu sebagai peringatan bagi orang-orang
pada masa itu dan bagi mereka yang datang kemudian, serta menjadi
pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa.
Wa
iż qāla mūsā liqaumihī innallāha ya'murukum an tażbaḥū baqarah(tan),
qālū atattakhiżunā huzuwā(n), qāla a‘ūżu billāhi an akūna
minal-jāhilīn(a).
(Ingatlah)
ketika Musa berkata kepada kaumnya, “Allah memerintahkan kamu agar
menyembelih seekor sapi.” Mereka bertanya, “Apakah engkau akan
menjadikan kami sebagai ejekan?” Dia menjawab, “Aku berlindung kepada
Allah agar tidak termasuk orang-orang yang jahil.”31)
Catatan Kaki
31) Kata jahil bisa berarti ‘bodoh’, ‘meyakini sesuatu yang tidak benar’, atau ‘melakukan perbuatan yang tidak layak dikerjakan’.
Mereka
berkata, “Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami agar Dia menjelaskan
kepada kami tentang (sapi) itu.” Dia (Musa) menjawab, “Dia (Allah)
berfirman bahwa sapi itu tidak tua dan tidak muda, (tetapi) pertengahan
antara itu. Maka, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu.”
Mereka
berkata, “Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami agar Dia menjelaskan
kepada kami apa warnanya.” Dia (Musa) menjawab, “Dia (Allah) berfirman
bahwa (sapi) itu adalah sapi yang warnanya kuning tua, yang menyenangkan
orang-orang yang memandang(-nya).”
Qālud‘u lanā rabbaka yubayyil lanā mā hiy(a), innal-baqara tasyābaha ‘alainā, wa innā in syā'allāhu lamuhtadūn(a).
Mereka
berkata, “Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami agar Dia menjelaskan
kepada kami tentang (sapi) itu. (Karena) sesungguhnya sapi itu belum
jelas bagi kami, dan jika Allah menghendakinya, niscaya kami mendapat
petunjuk.”
Dia
(Musa) menjawab, “Dia (Allah) berfirman bahwa (sapi) itu adalah sapi
yang belum pernah dipakai untuk membajak tanah dan tidak (pula) untuk
mengairi tanaman, sehat, dan tanpa belang.” Mereka berkata, “Sekarang
barulah engkau menerangkan (hal) yang sebenarnya.” Lalu, mereka
menyembelihnya, dan hampir saja mereka tidak melaksanakan (perintah)
itu.
Faqulnaḍribūhu biba‘ḍihā, każālika yuḥyillāhul-mautā wa yurīkum āyātihī la‘allakum ta‘qilūn(a).
Lalu,
Kami berfirman, “Pukullah (mayat) itu dengan bagian dari (sapi) itu!”
Demikianlah Allah menghidupkan (orang) yang telah mati, dan Dia
memperlihatkan kepadamu tanda-tanda (kekuasaan-Nya) agar kamu mengerti.
Ṡumma
qasat qulūbukum mim ba‘di żālika fahiya kal-ḥijārati au asyaddu
qaswah(tan), wa inna minal-ḥijārati lamā yatafajjaru minhul-anhār(u), wa
inna minhā lamā yasysyaqqaqu fayakhruju minhul-mā'(u), wa inna minhā
lamā yahbiṭu min khasy-yatillāh(i), wa mallāhu bigāfilin ‘ammā
ta‘malūn(a).
Setelah
itu, hatimu menjadi keras sehingga ia (hatimu) seperti batu, bahkan
lebih keras. Padahal, dari batu-batu itu pasti ada sungai-sungai yang
(airnya) memancar. Ada pula yang terbelah, lalu keluarlah mata air
darinya, dan ada lagi yang meluncur jatuh karena takut kepada Allah.
Allah tidaklah lengah terhadap apa yang kamu kerjakan.
Afa
taṭma‘ūna ay yu'minū lakum wa qad kāna farīqum minhum yasma‘ūna
kalāmallāhi ṡumma yuḥarrifūnahū mim ba‘di mā ‘aqalūhu wa hum
ya‘lamūn(a).
Maka,
apakah kamu (muslimin) sangat mengharapkan mereka agar percaya
kepadamu, sedangkan segolongan mereka mendengar firman Allah lalu mereka
mengubahnya setelah memahaminya, padahal mereka mengetahui(-nya)?
Apabila
berjumpa dengan orang-orang yang beriman, mereka berkata, “Kami telah
beriman.” Akan tetapi, apabila kembali kepada sesamanya, mereka
bertanya, “Apakah akan kamu ceritakan kepada mereka apa yang telah
diterangkan Allah kepadamu sehingga mereka dapat menyanggah kamu di
hadapan Tuhanmu? Apakah kamu tidak mengerti?”
Celakalah
orang-orang yang menulis kitab dengan tangan mereka (sendiri), kemudian
berkata, “Ini dari Allah,” (dengan maksud) untuk menjualnya dengan
harga murah. Maka, celakalah mereka karena tulisan tangan mereka dan
celakalah mereka karena apa yang mereka perbuat.
Wa
qālū lan tamassanan-nāru illā ayyāmam ma‘dūdah (tan), qul attakhażtum
‘indallāhi ‘ahdan falay yukhlifallāhu ‘ahdahū am taqūlūna ‘alallāhi mā
lā ta‘lamūn(a).
Mereka
berkata, “Neraka tidak akan menyentuh kami, kecuali beberapa hari
saja.” Katakanlah, “Sudahkah kamu menerima janji dari Allah sehingga
Allah tidak akan mengingkari janji-Nya ataukah kamu berkata tentang
Allah sesuatu yang tidak kamu ketahui?”
Wa
iż akhażnā mīṡāqa banī isrā'īla lā ta‘budūna illallāha wa bil-wālidaini
iḥsānaw wa żil-qurbā wal-yatāmā wal-masākīni wa qūlū lin-nāsi ḥusnaw wa
aqīmuṣ-ṣalāta wa ātuz-zakāh(ta), ṡumma tawallaitum illā qalīlam minkum
wa antum mu‘riḍūn(a).
(Ingatlah)
ketika Kami mengambil perjanjian dari Bani Israil, “Janganlah kamu
menyembah selain Allah, dan berbuatbaiklah kepada kedua orang tua,
kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin. Selain itu, bertutur
katalah yang baik kepada manusia, laksanakanlah salat, dan tunaikanlah
zakat.” Akan tetapi, kamu berpaling (mengingkarinya), kecuali sebagian
kecil darimu, dan kamu (masih menjadi) pembangkang.
Wa iż akhażnā mīṡāqakum lā tasfikūna dimā'akum wa lā tukhrijūna anfusakum min diyārikum ṡumma aqrartum wa antum tasyhadūn(a).
(Ingatlah)
ketika Kami mengambil perjanjianmu (agar) kamu tidak menumpahkan
darahmu (membunuh orang) dan mengusir dirimu (saudara sebangsamu) dari
kampung halamanmu. Kemudian, kamu berikrar dan bersaksi.
Ṡumma
antum hā'ulā'i taqtulūna anfusakum wa tukhrijūna farīqam minkum min
diyārihim taẓāharūna ‘alaihim bil-iṡmi wal-‘udwān(i), wa iy ya'tūkum
usārā tufādūhum wa huwa muḥarramun ‘alaikum ikhrājuhum, afa tu'minūna
biba‘ḍil-kitābi wa takfurūna bi ba‘ḍ(in), famā jazā'u may yaf‘alu żālika
minkum illā khizyun fil-ḥayātid-dun-yā, wa yaumal-qiyāmati yuraddūna
ilā asyaddil-‘ażāb(i), wa mallāhu bigāfilin ‘ammā ta‘malūn(a).
Kemudian,
kamu (Bani Israil) membunuh dirimu (sesamamu) dan mengusir segolongan
darimu dari kampung halamannya. Kamu saling membantu (menghadapi) mereka
dalam kejahatan dan permusuhan. Jika mereka datang kepadamu sebagai
tawanan, kamu tebus mereka, padahal kamu dilarang mengusir mereka.
Apakah kamu beriman pada sebagian Kitab (Taurat) dan ingkar pada
sebagian (yang lain)? Maka, tidak ada balasan (yang pantas) bagi orang
yang berbuat demikian di antaramu, selain kenistaan dalam kehidupan
dunia dan pada hari Kiamat mereka dikembalikan pada azab yang paling
berat. Allah tidak lengah terhadap apa yang kamu kerjakan.
Ulā'ikal-lażīnasytarawul-ḥayātad-dun-yā bil-ākhirah(ti), falā yukhaffafu ‘anhumul-‘ażābu wa lā hum yunṣarūn(a).
Mereka
itulah orang-orang yang membeli kehidupan dunia dengan (kehidupan)
akhirat. Maka, azabnya tidak akan diringankan dan mereka tidak akan
ditolong.
Wa
laqad ātainā mūsal-kitāba wa qaffainā mim ba‘dihī bir-rusul(i), wa
ātainā ‘īsabna maryamal-bayyināti wa ayyadnāhu birūḥil-qudus(i),
afakullamā jā'akum rasūlum bimā lā tahwā anfusukumustakbartum, fafarīqan
każżabtum wa farīqan taqtulūn(a).
Sungguh,
Kami benar-benar telah menganugerahkan Kitab (Taurat) kepada Musa dan
Kami menyusulkan setelahnya rasul-rasul. Kami juga telah menganugerahkan
kepada Isa, putra Maryam, bukti-bukti kebenaran, serta Kami perkuat dia
dengan Ruhulkudus (Jibril). Mengapa setiap kali rasul datang kepadamu
(membawa) sesuatu (pelajaran) yang tidak kamu inginkan, kamu
menyombongkan diri? Lalu, sebagian(-nya) kamu dustakan dan sebagian
(yang lain) kamu bunuh?
Wa
lammā jā'akum kitābum min ‘indillāhi muṣaddiqul limā ma‘ahum, wa kānū
min qablu yastaftiḥūna ‘alal-lażīna kafarū, falammā jā'ahum mā ‘arafū
kafarū bih(ī), fala‘natullāhi ‘alal-kāfirīn(a).
Setelah
sampai kepada mereka Kitab (Al-Qur’an) dari Allah yang membenarkan apa
yang ada pada mereka, sedangkan sebelumnya mereka memohon kemenangan
atas orang-orang kafir, ternyata setelah sampai kepada mereka apa yang
telah mereka ketahui itu, mereka mengingkarinya. Maka, laknat Allahlah
terhadap orang-orang yang ingkar.
Bi'samasytarau
bihī anfusahum ay yakfurū bimā anzalallāhu bagyan ay yunazzilallāhu min
faḍlihī ‘alā may yasyā'u min ‘ibādih(ī), fabā'ū bigaḍabin ‘alā
gaḍab(in), wa lil-kāfirīna ‘ażābum muhīn(un).
Buruk
sekali (perbuatan) mereka menjual dirinya dengan mengingkari apa yang
diturunkan Allah karena dengki bahwa Allah menurunkan karunia-Nya kepada
siapa yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya. Oleh karena itu,
mereka menanggung kemurkaan demi kemurkaan. Kepada orang-orang kafir
(ditimpakan) azab yang menghinakan.
Wa
iżā qīla lahum āminū bimā anzalallāhu qālū nu'minu bimā unzila ‘alainā
wa yakfurūna bimā warā'ah(ū), wa huwal-ḥaqqu muṣaddiqal limā ma‘ahum,
qul falima taqtulūna ambiyā'allāhi min qablu in kuntum mu'minīn(a).
Apabila
dikatakan kepada mereka, “Berimanlah pada apa yang diturunkan Allah
(Al-Qur’an),” mereka menjawab, “Kami beriman pada apa yang diturunkan
kepada kami.” Mereka ingkar pada apa yang setelahnya, padahal
(Al-Qur’an) itu adalah kebenaran yang membenarkan apa yang ada pada
mereka. Katakanlah (Nabi Muhammad), “Mengapa kamu dahulu membunuh
nabi-nabi Allah jika kamu orang-orang mukmin?”
Wa laqad jā'akum mūsā bil-bayyināti ṡummattakhażtumul-‘ijla mim ba‘dihī wa antum ẓālimūn(a).
Sungguh,
Musa benar-benar telah datang kepadamu dengan bukti-bukti kebenaran.
Kemudian, kamu mengambil (patung) anak sapi (sebagai sembahan) setelah
(kepergian)-nya dan kamu (menjadi) orang-orang zalim.
Wa
iż akhażnā mīṡāqakum wa rafa‘nā fauqakumuṭ-ṭūr(a), khużū mā ātainākum
biquwwatiw wasma‘ū, qālū sami‘nā wa ‘aṣainā, wa usyribū fī
qulūbihimul-‘ijla bikufrihim, qul bi'samā ya'murukum bihī īmānukum in
kuntum mu'minīn(a).
(Ingatlah)
ketika Kami mengambil janjimu dan Kami angkat gunung (Sinai) di atasmu
(seraya berfirman), “Pegang teguhlah apa yang Kami berikan kepadamu dan
dengarkanlah!” Mereka menjawab, “Kami mendengarkannya, tetapi kami tidak
menaatinya.” Diresapkanlah ke dalam hati mereka itu (kecintaan
menyembah patung) anak sapi karena kekufuran mereka. Katakanlah, “Sangat
buruk apa yang diperintahkan oleh keimananmu kepadamu jika kamu
orang-orang mukmin!”
Wa lay yatamannauhu abadam bima qaddamat aidīhim, wallāhu ‘alīmum biẓ-ẓālimīn(a).
Akan
tetapi, mereka tidak akan menginginkan kematian itu sama sekali karena
(dosa-dosa) yang telah dilakukan oleh tangan-tangan mereka. Allah Maha
Mengetahui orang-orang zalim.
Wa
latajidannahum aḥraṣan-nāsi ‘alā ḥayāh(tin), wa minal-lażīna asyrakū,
yawaddu aḥaduhum lau yu‘ammaru alfa sanah(tin), wa mā huwa bi
muzaḥziḥihī minal-‘ażābi ay yu‘ammar(a), wallāhu baṣīrum bimā
ya‘malūn(a).
Engkau
(Nabi Muhammad) sungguh-sungguh akan mendapati mereka (orang-orang
Yahudi) sebagai manusia yang paling tamak akan kehidupan (dunia), bahkan
(lebih tamak) daripada orang-orang musyrik. Tiap-tiap orang (dari)
mereka ingin diberi umur seribu tahun, padahal umur panjang itu tidak
akan menjauhkan mereka dari azab. Allah Maha Melihat apa yang mereka
kerjakan.
Qul
man kāna ‘aduwwal lijibrīla fa'innahū nazzalahū ‘alā qalbika bi
iżnillāhi muṣaddiqal limā baina yadaihi wa hudaw wa busyrā
lil-mu'minīn(a).
Katakanlah
(Nabi Muhammad), “Siapa yang menjadi musuh Jibril?” Padahal, dialah
yang telah menurunkan (Al-Qur’an) ke dalam hatimu dengan izin Allah
sebagai pembenaran terhadap apa (kitab-kitab) yang terdahulu, dan
petunjuk serta berita gembira bagi orang-orang beriman.”
Wa laqad anzalnā ilaika āyātim bayyināt(in), wa mā yakfuru bihā illal-fāsiqūn(a).
Sungguh,
Kami benar-benar telah menurunkan ayat-ayat yang jelas kepadamu (Nabi
Muhammad), dan tidaklah ada yang mengingkarinya selain orang-orang
fasik.
Wa
lammā jā'ahum rasūlum min ‘indillāhi muṣaddiqul limā ma‘ahum nabaża
farīqum minal-lażīna ūtul-kitāb(a), kitāballāhi warā'a ẓuhūrihim
ka'annahum lā ya‘lamūn(a).
Setelah
datang kepada mereka Rasul (Nabi Muhammad) dari Allah yang membenarkan
apa yang ada pada mereka, sebagian orang yang diberi Kitab (Taurat)
melemparkan Kitab Allah itu ke belakang punggung (tidak menggubrisnya)
seakan-akan mereka tidak tahu.
Wattaba‘ū
mā tatlusy-syayāṭīnu ‘alā mulki sulaimān(a), wa mā kafara sulaimānu wa
lākinnnasy-syayāṭīna kafarū yu‘allimūnan-nāsas siḥr(a), wa mā unzila
‘alal-malakaini bibābila hārūta wa mārūt(a), wa mā yu‘allimāni min
aḥadin ḥattā yaqūlā innamā naḥnu fitnatun falā takfur, fayata‘allamūna
minhumā mā yufarriqūna bihī bainal-mar'i wa zaujih(ī), wa mā hum
biḍarrīna bihī min aḥadin illā bi'iżnillāh(i), wa yata‘allamūna mā
yaḍurruhum wa lā yanfa‘uhum, wa laqad ‘alimū lamanisytarāhu mā lahū
fil-ākhirati min khalāq(in), wa labi'sa mā syarau bihī anfusahum, lau
kānū ya‘lamūn(a).
Mereka
mengikuti apa yang dibaca oleh setan-setan pada masa Kerajaan Sulaiman.
Sulaiman itu tidak kufur, tetapi setan-setan itulah yang kufur. Mereka
mengajarkan sihir kepada manusia dan apa yang diturunkan kepada dua
malaikat di negeri Babilonia, yaitu Harut dan Marut. Padahal, keduanya
tidak mengajarkan sesuatu kepada seseorang sebelum mengatakan,
“Sesungguhnya kami hanyalah fitnah (cobaan bagimu)32)
oleh sebab itu janganlah kufur!” Maka, mereka mempelajari dari keduanya
(malaikat itu) apa yang (dapat) memisahkan antara seorang (suami) dan
istrinya. Mereka tidak akan dapat mencelakakan seseorang dengan
(sihir)-nya, kecuali dengan izin Allah. Mereka mempelajari sesuatu yang
mencelakakan dan tidak memberi manfaat kepada mereka. Sungguh, mereka
benar-benar sudah mengetahui bahwa siapa yang membeli (menggunakan
sihir) itu niscaya tidak akan mendapat keuntungan di akhirat. Sungguh,
buruk sekali perbuatan mereka yang menjual dirinya dengan sihir jika
mereka mengetahui(-nya).
Catatan Kaki
32) Dalam Al-Qur’an, kata fitnah digunakan untuk menyatakan sejumlah makna sesuai dengan konteksnya, seperti ‘ujian’, ‘cobaan’, ‘azab’, ‘menghalangi kebenaran’, dan ‘mengusir orang dari kampung halamannya’.
Yā ayyuhal-lażīna āmanū lā taqūlū rā‘inā wa qūlunẓurnā wasma‘ū wa lil-kāfirīna ‘ażābun alīm(un).
Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu katakan, “Rā‘inā.” Akan tetapi, katakanlah, “Unẓurnā”33) dan dengarkanlah. Orang-orang kafir akan mendapat azab yang pedih.
Catatan Kaki
33) Rā‘inā berarti ‘perhatikanlah kami’. Akan tetapi, orang Yahudi memelesetkan ucapannya sehingga menjadi ru‘ūnah yang berarti ‘bodoh sekali’ sebagai ejekan kepada Rasulullah. Oleh karena itu, Allah Swt. menyuruh para sahabat untuk memakai kata unẓurnā sebagai ganti kata rā‘inā karena keduanya mempunyai makna yang sama.
Mā
yawaddul-lażīna kafarū min ahlil-kitābi wa lal-musyrikīna ay yunazzila
‘alaikum min khairim mir rabbikum, wallāhu yakhtaṣṣu biraḥmatihī may
yasyā'(u), wallāhu żul faḍlil-‘aẓīm(i).
Orang-orang
kafir dari golongan Ahlulkitab dan orang-orang musyrik tidak
menginginkan diturunkannya kepadamu suatu kebaikan dari Tuhanmu. Akan
tetapi, secara khusus Allah memberikan rahmat-Nya kepada orang yang Dia
kehendaki. Allah pemilik karunia yang besar.
Mā nansakh min āyatin au nunsihā na'ti bi khairim minhā au miṡlihā, alam ta‘lam annallāha ‘alā kulli syai'in qadīr(un).
Ayat
yang Kami nasakh (batalkan) atau Kami jadikan (manusia) lupa padanya,
pasti Kami ganti dengan yang lebih baik atau yang sebanding dengannya.
Apakah engkau tidak mengetahui bahwa Allah Maha Kuasa atas segala
sesuatu?
Am
turīdūna an tas'alū rasūlakum kamā su'ila mūsā min qabl(u), wa may
yatabaddalil-kufra bil-īmāni faqad ḍalla sawā'as-sabīl(i).
Ataukah kamu menghendaki untuk meminta Rasulmu (Nabi Muhammad) seperti halnya Musa (pernah) diminta (Bani Israil) dahulu?34) Siapa yang mengganti iman dengan kekufuran, sungguh, dia telah tersesat dari jalan yang lurus.
Catatan Kaki
34) Bani Israil pernah meminta kepada Nabi Musa a.s. agar dapat melihat Allah Swt. dengan mata kepala mereka, dibuatkan berhala untuk disembah, dan lain-lain.
Wadda
kaṡīrum min ahlil-kitābi lau yaruddūnakum mim ba‘di īmānikum
kuffārā(n), ḥasadam min ‘indi anfusihim mim ba‘di mā tabayyana
lahumul-ḥaqq(u), fa‘fū waṣfaḥū ḥattā ya'tiyallāhu bi amrih(ī), innallāha
‘alā kulli syai'in qadīr(un).
Banyak
di antara Ahlulkitab menginginkan agar mereka dapat mengembalikan kamu
setelah kamu beriman menjadi kafir kembali karena rasa dengki dalam diri
mereka setelah kebenaran jelas bagi mereka. Maka, maafkanlah
(biarkanlah) dan berlapang dadalah (berpalinglah dari mereka) sehingga
Allah memberikan perintah-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala
sesuatu.
Wa
aqīmuṣ-ṣalāta wa ātuz-zakāh(ta), wa mā tuqaddimū li'anfusikum min
khairin tajidūhu ‘indallāh(i), innallāha bimā ta‘malūna baṣīr(un).
Dirikanlah
salat dan tunaikanlah zakat. Segala kebaikan yang kamu kerjakan untuk
dirimu akan kamu dapatkan (pahalanya) di sisi Allah. Sesungguhnya Allah
Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.
Wa qālū lay yadkhulal-jannata illā man kāna hūdan au naṣārā, tilka amāniyyuhum, qul hātū burhānakum in kuntum ṣādiqīn(a).
Mereka (Yahudi dan Nasrani) berkata, “Tidak akan masuk surga kecuali orang Yahudi atau Nasrani.”35) Itu (hanya) angan-angan mereka. Katakanlah (Nabi Muhammad), “Tunjukkan bukti kebenaranmu jika kamu orang-orang yang benar.”
Catatan Kaki
35) Orang Yahudi mengatakan bahwa mereka saja yang akan masuk surga. Orang Nasrani pun meyakini bahwa hanya merekalah yang akan masuk surga.
Balā man aslama wajhahū lillāhi wa huwa muḥsinun falahū ajruhū ‘inda rabbih(i), wa lā khaufun ‘alaihim wa lā hum yaḥzanūn(a).
Tidak
demikian! Orang yang menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah serta
berbuat ihsan, akan mendapat pahala di sisi Tuhannya, tidak ada rasa
takut yang menimpa mereka, dan mereka pun tidak bersedih.
Wa
qālatil-yahūdu laisatin-naṣārā ‘alā syai'(in), wa qālatin-naṣārā
laisatil-yahūdu ‘alā syai'(in), wa hum yatlūnal-kitāb(a), każālika
qālal-lażīna lā ya‘lamūna miṡla qaulihim, fallāhu yaḥkumu bainahum
yaumal-qiyāmati fīmā kānū fīhi yakhtalifūn(a).
Orang
Yahudi berkata, “Orang Nasrani itu tidak menganut sesuatu (agama yang
benar)” dan orang-orang Nasrani (juga) berkata, “Orang-orang Yahudi
tidak menganut sesuatu (agama yang benar),” padahal mereka membaca
Kitab. Demikian pula orang-orang yang tidak berilmu (musyrik Arab)
berkata seperti ucapan mereka itu. Allah akan memberi putusan di antara
mereka pada hari Kiamat tentang apa (agama) yang mereka perselisihkan.
Wa
man aẓlamu mim mam mana‘a masājidallāhi ay yużkara fīhasmuhū wa sa‘ā fī
kharābihā, ulā'ika mā kāna lahum ay yadkhulūhā illā khā'ifīn(a), lahum
fid-dun-yā khizyuw wa lahum fil-ākhirati ‘ażābun ‘aẓīm(un).
Siapakah
yang lebih zalim daripada orang yang melarang masjid-masjid Allah
digunakan sebagai tempat berzikir di dalamnya dan berusaha
merobohkannya? Mereka itu tidak pantas memasukinya, kecuali dengan rasa
takut (kepada Allah). Mereka mendapat kehinaan di dunia dan mendapat
azab yang berat di akhirat.
Wa lillāhil-masyriqu wal-magrib(u), fa'ainamā tuwallū faṡamma wajhullāh(i), innallāha wāsi‘un ‘alīm(un).
Hanya milik Allah timur dan barat. Ke mana pun kamu menghadap, di sanalah wajah Allah.36) Sesungguhnya Allah Maha Luas lagi Maha Mengetahui.
Catatan Kaki
36) Wajah Allah (wajhullāh) bisa berarti ‘Zat Allah Swt’. atau ‘rida Allah Swt.’, sedangkan yang dimaksud di sini adalah arah kiblat yang diridai oleh Allah Swt. saat seseorang tidak bisa menentukan arah kiblat karena alasan tertentu. Maksud ini tergambar dalam sebab nuzul yang dituturkan oleh ‘Amir bin Rabi‘ah r.a. Dia berkata, “Kami menemani Rasulullah saw. dalam sebuah perjalanan. Tiba-tiba langit tertutup mendung sehingga kami kesulitan menentukan arah kiblat. Kami pun salat dan memberi tanda (pada arah salat kami). Ketika matahari muncul, kami sadar telah salat tanpa menghadap ke arah kiblat. Kami laporkan hal ini kepada Rasulullah, lalu turunlah ayat ini.” (Riwayat Ibnu Majah, al-Baihaqi, dan at-Tirmizi).
Wa
qālal-lażīna lā ya‘lamūna lau lā yukallimunallāhu au ta'tīnā āyah(tun),
każālika qālal-lażīna min qablihim miṡla qaulihim, tasyābahat
qulūbuhum, qad bayyannal-āyāti liqaumiy yūqinūn(a).
Orang-orang
yang tidak mengetahui berkata, “Mengapa Allah tidak berbicara dengan
kita atau datang tanda-tanda (kekuasaan-Nya) kepada kita?” Demikian pula
orang-orang yang sebelum mereka telah berkata seperti ucapan mereka
itu. Hati mereka serupa. Sungguh, telah Kami jelaskan tanda-tanda
(kekuasaan Kami) kepada kaum yang yakin.
Innā arsalnāka bil-ḥaqqi basyīraw wa nażīrā(n), wa lā tus'alu ‘an aṣḥābil-jaḥīm(i).
Sesungguhnya
Kami telah mengutusmu (Nabi Muhammad) dengan hak sebagai pembawa berita
gembira dan pemberi peringatan. Engkau tidak akan dimintai
(pertanggungjawaban) tentang penghuni-penghuni neraka.
Wa
lan tarḍā ‘ankal-yahūdu wa lan-naṣārā ḥattā tattabi‘a millatahum, qul
inna hudallāhi huwal-hudā, wa la'inittaba‘ta ahwā'ahum ba‘dal-lażī
jā'aka minal-‘ilm(i), mā laka minallāhi miw waliyyiw wa lā naṣīr(in).
Orang-orang
Yahudi dan Nasrani tidak akan pernah rela kepadamu (Nabi Muhammad)
sehingga engkau mengikuti agama mereka. Katakanlah, “Sesungguhnya
petunjuk Allah itulah petunjuk (yang sebenarnya).” Sungguh, jika engkau
mengikuti hawa nafsu mereka setelah ilmu (kebenaran) sampai kepadamu,
tidak ada bagimu pelindung dan penolong dari (azab) Allah.
Allażīna
ātaināhumul-kitāba yatlūnahū ḥaqqa tilāwatih(ī), ulā'ika yu'minūna
bih(ī), wa may yakfur bihī fa ulā'ika humul-khāsirūn(a).
Orang-orang
yang telah Kami beri kitab suci, mereka membacanya sebagaimana
mestinya, itulah orang-orang yang beriman padanya. Siapa yang ingkar
padanya, merekalah orang-orang yang rugi.
Yā banī isrā'īlażkurū ni‘matiyal-latī an‘amtu ‘alaikum wa annī faḍḍaltukum ‘alal-‘ālamīn(a).
Wahai
Bani Israil, ingatlah nikmat-Ku yang telah Aku anugerahkan kepadamu dan
sesungguhnya Aku telah melebihkan kamu daripada semua umat di alam ini
(pada masa itu).
Wattaqū yaumal lā tajzī nafsun ‘an nafsin syai'aw wa lā yuqbalu minhā ‘adluw wa lā tanfa‘uhā syafā‘atuw wa lā hum yunṣarūn(a).
Takutlah
kamu pada hari (ketika) tidak seorang pun dapat menggantikan (membela)
orang lain sedikit pun, tebusannya tidak diterima, syafaat tidak berguna
baginya, dan mereka tidak akan ditolong.
Wa
iżibtalā ibrāhīma rabbuhū bikalimātin fa atammahunn(a), qāla innī
jā‘iluka lin-nāsi imāmā(n), qāla wa min żurriyyatī, qāla lā yanālu
‘ahdiẓ-ẓālimīn(a).
(Ingatlah)
ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat, lalu dia
melaksanakannya dengan sempurna. Dia (Allah) berfirman, “Sesungguhnya
Aku menjadikan engkau sebagai pemimpin bagi seluruh manusia.” Dia
(Ibrahim) berkata, “(Aku mohon juga) dari sebagian keturunanku.” Allah
berfirman, “(Doamu Aku kabulkan, tetapi) janji-Ku tidak berlaku bagi
orang-orang zalim.”
Wa
iż ja‘alnal-baita maṡābatal lin-nāsi wa amnā(n), wattakhiżū mim maqāmi
ibrāhīma muṣallā(n), wa ‘ahidnā ilā ibrāhīma wa ismā‘īla an ṭahhirā
baitiya liṭ-ṭā'ifīna wal-‘ākifīna war-rukka‘is-sujūd(i).
(Ingatlah)
ketika Kami menjadikan rumah itu (Ka‘bah) tempat berkumpul dan tempat
yang aman bagi manusia. (Ingatlah ketika Aku katakan,) “Jadikanlah
sebagian Maqam Ibrahim37)
sebagai tempat salat.” (Ingatlah ketika) Kami wasiatkan kepada Ibrahim
dan Ismail, “Bersihkanlah rumah-Ku untuk orang-orang yang tawaf, yang
iktikaf, serta yang rukuk dan sujud (salat)!”
Catatan Kaki
37) Maqam Ibrahim adalah tempat beliau berdiri saat membangun Ka‘bah. Namun, ada juga yang memahaminya sebagai Masjidilharam secara umum, sebagaimana ada juga yang memahaminya sebagai tempat beliau pernah salat.
Wa
iż qāla ibrāhīmu rabbij‘al hāżā baladan āminaw warzuq ahlahū
minaṡ-ṡamarāti man āmana minhum billāhi wal-yaumil-ākhir(i), qāla wa man
kafara fa umatti‘uhū qalīlan ṡumma aḍṭarruhū ilā ‘ażābin-nār(i), wa
bi'sal-maṣīr(u).
(Ingatlah)
ketika Ibrahim berdoa, “Ya Tuhanku, jadikanlah (negeri Makkah) ini
negeri yang aman dan berilah rezeki berupa buah-buahan (hasil tanaman,
tumbuhan yang bisa dimakan) kepada penduduknya, yaitu orang yang beriman
di antara mereka kepada Allah dan hari Akhir.” Dia (Allah) berfirman,
“Siapa yang kufur akan Aku beri kesenangan sementara, kemudian akan Aku
paksa dia ke dalam azab neraka. Itulah seburuk-buruk tempat kembali.”
Wa iż yarfa‘u ibrāhīmul-qawā‘ida minal-baiti wa ismā‘īl(u), rabbanā taqabbal minnā, innaka antas-samī‘ul-‘alīm(u).
(Ingatlah)
ketika Ibrahim meninggikan fondasi Baitullah bersama Ismail (seraya
berdoa), “Ya Tuhan kami, terimalah (amal) dari kami. Sesungguhnya
Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
Rabbanā
waj‘alnā muslimaini laka wa min żurriyyatinā ummatam muslimatal lak(a),
wa arinā manāsikanā wa tub ‘alainā, innaka antat-tawwābur-raḥīm(u).
Ya
Tuhan kami, jadikanlah kami berdua orang yang berserah diri kepada-Mu,
(jadikanlah) dari keturunan kami umat yang berserah diri kepada-Mu,
tunjukkanlah kepada kami cara-cara melakukan manasik (rangkaian ibadah)
haji, dan terimalah tobat kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha
Penerima Tobat lagi Maha Penyayang.
Rabbanā
wab‘aṡ fīhim rasūlam minhum yatlū ‘alaihim āyātika wa
yu‘allimuhumul-kitāba wal-ḥikmata wa yuzakkīhim, innaka
antal-‘azīzul-ḥakīm(u).
Ya
Tuhan kami, utuslah di antara mereka seorang rasul dari kalangan
mereka, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat-Mu, mengajarkan kitab
suci dan hikmah (sunah)38) kepada mereka, dan menyucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”
Catatan Kaki
38) Di antara arti hikmah adalah ‘sunah’, ‘pemahaman yang mendalam atas ajaran agama, kebenaran’, ‘pembicaraan yang akurat’, ‘rasa takut kepada Allah Swt.’, ‘kenabian’, ‘risalah’, ‘akal’, dan ‘keserasian antara pengetahuan dan pengamalan’.
Wa
may yargabu ‘an millati ibrāhīma illā man safiha nafsah(ū), wa
laqad-iṣṭafaināhu fid-dun-yā, wa innahū fil-ākhirati laminaṣ-ṣāliḥīn(a).
Siapa yang
membenci agama Ibrahim selain orang yang memperbodoh dirinya sendiri?
Kami benar-benar telah memilihnya (Ibrahim) di dunia ini dan
sesungguhnya di akhirat dia termasuk orang-orang saleh.
Wa waṣṣā bihā ibrāhīmu banīhi wa ya‘qūb(u), yā baniyya innallāhaṣṭafā lakumud-dīna falā tamūtunna illā wa antum muslimūn(a).
Ibrahim
mewasiatkan (ucapan) itu kepada anak-anaknya dan demikian pula Ya‘qub,
“Wahai anak-anakku, sesungguhnya Allah telah memilih agama ini untukmu.
Janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan muslim.”
Am
kuntum syuhadā'a iż ḥaḍara ya‘qūbal-maut(u), iż qāla libanīhi mā
ta‘budūna mim ba‘dī, qālū na‘budu ilāhaka wa ilāha ābā'ika ibrāhīma wa
ismā‘īla wa isḥāqa ilāhaw wāḥidā(n), wa naḥnu lahū muslimūn(a).
Apakah
kamu (hadir) menjadi saksi menjelang kematian Ya‘qub ketika dia berkata
kepada anak-anaknya, “Apa yang kamu sembah sepeninggalku?” Mereka
menjawab, “Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu:
Ibrahim, Ismail, dan Ishaq, (yaitu) Tuhan Yang Maha Esa dan (hanya)
kepada-Nya kami berserah diri.”
Tilka ummatun qad khalat, lahā mā kasabat wa lakum mā kasabtum, wa lā tus'alūna ‘ammā kānū ya‘malūn(a).
Itulah
umat yang telah lalu. Baginya apa yang telah mereka usahakan dan bagimu
apa yang telah kamu usahakan. Kamu tidak akan diminta
pertanggungjawaban tentang apa yang telah mereka kerjakan.
Wa qālū kūnū hūdan au naṣārā tahtadū, qul bal millata ibrāhīma ḥanīfā(n), wa mā kāna minal-musyrikīn(a).
Mereka
berkata, “Jadilah kamu (penganut) Yahudi atau Nasrani, niscaya kamu
mendapat petunjuk.” Katakanlah, “(Tidak.) Akan tetapi, (kami mengikuti)
agama Ibrahim yang lurus dan dia tidak termasuk orang-orang musyrik.”
Qūlū
āmannā billāhi wa mā unzila ilainā wa mā unzila ilā ibrāhīma wa
ismā‘īla wa isḥāqa wa ya‘qūba wal-asbāṭi wa mā ūtiya mūsā wa ‘īsā wa mā
ūtiyan-nabiyyūna mir rabbihim, lā nufarriqu baina aḥadim minhum wa
naḥnu lahū muslimūn(a).
Katakanlah
(wahai orang-orang yang beriman), “Kami beriman kepada Allah, pada apa
yang diturunkan kepada kami, pada apa yang diturunkan kepada Ibrahim,
Ismail, Ishaq, Ya‘qub dan keturunannya, pada apa yang diberikan kepada
Musa dan Isa, serta pada apa yang diberikan kepada nabi-nabi dari Tuhan
mereka. Kami tidak membeda-bedakan seorang pun di antara mereka dan
(hanya) kepada-Nya kami berserah diri.”
Fa'in
āmanū bimiṡli mā āmantum bihī faqadihtadau, wa in tawallau fa'innamā
hum fī syiqāq(in), fasayakfīkahumullāh(u), wa huwas-samī‘ul-‘alīm(u).
Jika
mereka telah mengimani apa yang kamu imani, sungguh mereka telah
mendapat petunjuk. Akan tetapi, jika mereka berpaling, sesungguhnya
mereka berada dalam permusuhan (denganmu). Maka, Allah akan
mencukupkanmu (dengan pelindungan-Nya) dari (kejahatan) mereka. Dia Maha
Mendengar lagi Maha Mengetahui.
Ṣibgatallāh(i), wa man aḥsanu minallāhi ṣibgataw wa naḥnu lahū ‘ābidūn(a).
(Peliharalah) sibgah Allah.39) Siapa yang lebih baik sibgahnya daripada Allah? Hanya kepada-Nya kami menyembah.
Catatan Kaki
39) Sibgah Allah berarti ‘celupan Allah Swt.’. Maksudnya adalah iman kepada Allah Swt. yang tidak disertai dengan kemusyrikan. Istilah itu digunakan karena iman menyatu dalam hati seperti menyatunya warna pada bahan yang dicelupkan dan pengaruh celupan itu tampak pada pakaian sebagaimana pengaruh iman tampak pada diri seorang mukmin.
Qul atuḥājjūnanā fillāhi wa huwa rabbunā wa rabbukum, wa lanā a‘mālunā wa lakum a‘mālukum, wa naḥnu lahū mukhliṣūn(a).
Katakanlah
(Nabi Muhammad), “Apakah kamu (Yahudi dan Nasrani) hendak berdebat
dengan kami tentang Allah? Padahal, Dia adalah Tuhan kami dan Tuhan
kamu. Bagi kami amalan kami, bagi kamu amalan kamu. Hanya kepada-Nya
kami dengan tulus mengabdikan diri.
Am
taqūlūna inna ibrāhīma wa ismā‘īla wa isḥāqa wa ya‘qūba wal-asbāṭa
kānū hūdan au naṣārā, qul a'antum a‘lamu amillāh(u), wa man aẓlamu
mimman katama syahādatan ‘indahū minallāh(i), wa mallāhu bigāfilin ‘ammā
ta‘malūn(a).
Apakah
kamu juga berkata bahwa Ibrahim, Ismail, Ishaq, Ya‘qub, dan
keturunannya adalah penganut Yahudi atau Nasrani? Katakanlah, “Apakah
kamu yang lebih mengetahui ataukah Allah? Siapakah yang lebih zalim
daripada orang yang menyembunyikan kesaksian dari Allah yang ada
padanya?” Allah sama sekali tidak lengah dari apa yang kamu kerjakan.
Tilka ummatun qad khalat, lahā mā kasabat wa lakum mā kasabtum, wa lā tus'alūna ‘ammā kānū ya‘malūn(a).
Itulah
umat yang telah lalu. Baginya apa yang telah mereka usahakan dan bagimu
apa yang telah kamu usahakan. Kamu tidak akan diminta
pertanggungjawaban tentang apa yang telah mereka kerjakan.
Orang-orang
yang kurang akal di antara manusia akan berkata, “Apakah yang
memalingkan mereka (kaum muslim) dari kiblat yang dahulu mereka
(berkiblat) kepadanya?” Katakanlah (Nabi Muhammad), “Milik Allahlah
timur dan barat. Dia memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki ke
jalan yang lurus (berdasarkan kesiapannya untuk menerima petunjuk).”
Wa
każālika ja‘alnākum ummataw wasaṭal litakūnū syuhadā'a ‘alan-nāsi wa
yakūnar-rasūlu ‘alaikum syahīdā(n), wa mā ja‘alnal-qiblatal-latī kunta
‘alaihā illā lina‘lama may yattabi‘ur-rasūla mimmay yanqalibu ‘alā
‘aqibaih(i), wa in kānat lakabīratan illā ‘alal-lażīna hadallāh(u), wa
mā kānallāhu liyuḍī‘a īmānakum, innallāha bin-nāsi lara'ūfur raḥīm(un).
Demikian pula Kami telah menjadikan kamu (umat Islam) umat pertengahan40)
agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Nabi
Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. Kami tidak menetapkan
kiblat (Baitulmaqdis) yang (dahulu) kamu berkiblat kepadanya, kecuali
agar Kami mengetahui (dalam kenyataan) siapa yang mengikuti Rasul dan
siapa yang berbalik ke belakang. Sesungguhnya (pemindahan kiblat) itu
sangat berat, kecuali bagi orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah.
Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu. Sesungguhnya Allah benar-benar
Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada manusia.
Catatan Kaki
40) Umat pertengahan berarti umat pilihan, terbaik, adil, dan seimbang, baik dalam keyakinan, pikiran, sikap, maupun perilaku.
Qad
narā taqallubaka wajhika fis-samā'(i), fa lanuwalliyannaka qiblatan
tarḍāhā, fawalli wajhaka syaṭral-masjidil-ḥarām(i), wa ḥaiṡumā kuntum
fawallū wujūhakum syaṭrah(ū), wa innal-lażīna ūtul-kitāba laya‘lamūna
annahul-ḥaqqu mir rabbihim, wa mallāhu bigāfilin ‘ammā ya‘malūn(a).
Sungguh,
Kami melihat wajahmu (Nabi Muhammad) sering menengadah ke langit. Maka,
pasti akan Kami palingkan engkau ke kiblat yang engkau sukai. Lalu,
hadapkanlah wajahmu ke arah Masjidilharam. Di mana pun kamu sekalian
berada, hadapkanlah wajahmu ke arah itu. Sesungguhnya orang-orang yang
diberi kitab41)
benar-benar mengetahui bahwa (pemindahan kiblat ke Masjidilharam) itu
adalah kebenaran dari Tuhan mereka. Allah tidak lengah terhadap apa yang
mereka kerjakan.
Catatan Kaki
41) Orang-orang yang diberi kitab adalah kaum Yahudi dengan kitab Tauratnya dan Kaum Nasrani dengan kitab Injilnya (lihat surah al-Baqarah [2]: 105).
Wa
la'in ataital-lażīna ūtul-kitāba bikulli āyatim mā tabi‘ū qiblatak(a),
wa mā anta bitābi‘in qiblatahum, wa mā ba‘ḍuhum bitābi‘in qiblata
ba‘ḍ(in), wa la'inittaba‘ta ahwā'ahum mim ba‘di mā jā'aka minal-‘ilm(i),
innaka iżal laminaẓ-ẓālimīn(a).
Sungguh,
jika engkau (Nabi Muhammad) mendatangkan ayat-ayat (keterangan) kepada
orang-orang yang diberi kitab itu, mereka tidak akan mengikuti kiblatmu.
Engkau pun tidak akan mengikuti kiblat mereka. Sebagian mereka (pun)
tidak akan mengikuti kiblat sebagian yang lain. Sungguh, jika engkau
mengikuti keinginan mereka setelah sampai ilmu kepadamu, niscaya engkau
termasuk orang-orang zalim.
Allażīna
ātaināhumul-kitāba ya‘rifūnahū kamā ya‘rifūna abnā'ahum, wa inna
farīqam minhum layaktumūnal-ḥaqqa wa hum ya‘lamūn(a).
Orang-orang yang telah Kami anugerahi Kitab (Taurat dan Injil) mengenalnya (Nabi Muhammad)42)
seperti mereka mengenal anak-anak mereka sendiri. Sesungguhnya
sekelompok dari mereka pasti menyembunyikan kebenaran, sedangkan mereka
mengetahui(-nya).
Catatan Kaki
42) Orang-orang Yahudi dan Nasrani sangat mengenal kenabian dan sifat-sifat Nabi Muhammad saw. karena telah disebutkan secara gamblang dalam Taurat dan Injil.
Wa
likulliw wijhatun huwa muwallīhā fastabiqul-khairāt(i), aina mā takūnū
ya'ti bikumullāhu jamī‘ā(n), innallāha ‘alā kulli syai'in qadīr(un).
Bagi
setiap umat ada kiblat yang dia menghadap ke arahnya. Maka,
berlomba-lombalah kamu dalam berbagai kebajikan. Di mana saja kamu
berada, pasti Allah akan mengumpulkan kamu semuanya. Sesungguhnya Allah
Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Wa
min ḥaiṡu kharajta fawalli wajhaka syaṭral-masjidil-ḥarām(i), wa innahū
lal-ḥaqqu mir rabbik(a), wa mallāhu bigāfilin ‘ammā ta‘malūn(a).
Dari
mana pun engkau (Nabi Muhammad) keluar, hadapkanlah wajahmu ke arah
Masjidilharam. Sesungguhnya (hal) itu benar-benar (ketentuan) yang hak
(pasti, yang tidak diragukan lagi) dari Tuhanmu. Allah tidak lengah
terhadap apa yang kamu kerjakan.
Wa
min ḥaiṡu kharajta fa walli wajhaka syaṭral-masjidil-ḥarām(i), wa
ḥaiṡumā kuntum fawallū wujūhakum syaṭrah(ū), li'allā yakūna lin-nāsi
‘alaikum ḥujjatun illal-lażīna ẓalamū minhum, falā takhsyauhum
wakhsyaunī, wa li'utimma ni‘matī ‘alaikum wa la‘allakum tahtadūn(a).
Dari
mana pun engkau (Nabi Muhammad) keluar, maka hadapkanlah wajahmu ke
arah Masjidilharam. Di mana saja kamu berada, maka hadapkanlah wajahmu
ke arahnya agar tidak ada alasan bagi manusia (untuk menentangmu),
kecuali orang-orang yang zalim di antara mereka. Maka, janganlah kamu
takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku agar Aku sempurnakan
nikmat-Ku kepadamu dan agar kamu mendapat petunjuk.
Kamā
arsalnā fīkum rasūlam minkum yatlū ‘alaikum āyātinā wa yuzakkīkum wa
yu‘allimukumul-kitāba wal-ḥikmata wa yu‘allimukum mā lam takūnū
ta‘lamūn(a).
Sebagaimana
(Kami telah menyempurnakan nikmat kepadamu), Kami pun mengutus kepadamu
seorang Rasul (Nabi Muhammad) dari (kalangan) kamu yang membacakan
kepadamu ayat-ayat Kami, menyucikan kamu, dan mengajarkan kepadamu Kitab
(Al-Qur’an) dan hikmah (sunah), serta mengajarkan apa yang belum kamu
ketahui.
Wa lā taqūlū limay yuqtalu fī sabīlillāhi amwāt(un), bal aḥyā'uw wa lākil lā tasy‘urūn(a).
Janganlah
kamu mengatakan bahwa orang-orang yang terbunuh di jalan Allah (mereka)
telah mati. Namun, (sebenarnya mereka) hidup, tetapi kamu tidak
menyadarinya.
Wa lanabluwannakum bisyai'im minal-khaufi wal-jū‘i wa naqaṣim minal-amwāli wal-anfusi waṡ-ṡamarāt(i), wa basysyiriṣ-ṣābirīn(a).
Kami
pasti akan mengujimu dengan sedikit ketakutan dan kelaparan, kekurangan
harta, jiwa, dan buah-buahan. Sampaikanlah (wahai Nabi Muhammad,) kabar
gembira kepada orang-orang sabar,
(yaitu)
orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan “Innā
lillāhi wa innā ilaihi rāji‘ūn” (sesungguhnya kami adalah milik Allah
dan sesungguhnya hanya kepada-Nya kami akan kembali).
Innaṣ-ṣafā
wal-marwata min sya‘ā'irillāh(i), faman ḥajjal-baita awi‘tamara falā
junāḥa ‘alaihi ay yaṭṭawwafa bihimā, wa man taṭawwa‘a khairan fa
innallāha syākirun ‘alīm(un).
Sesungguhnya Safa dan Marwah merupakan sebagian syiar (agama) Allah.43) Maka, siapa beribadah haji ke Baitullah atau berumrah, tidak ada dosa baginya mengerjakan sai44) antara keduanya. Siapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka sesungguhnya Allah Maha Mensyukuri,45) lagi Maha Mengetahui.
Catatan Kaki
43) Yang dimaksud dengan syiar adalah simbol-simbol keagungan agama Allah Swt.
44) Sai berarti berjalan dan berlari-lari kecil tujuh kali antara Safa dan Marwah ketika melakukan ibadah haji atau umrah. Ungkapan tidak ada dosa dimaksudkan untuk menghilangkan keberatan sebagian sahabat untuk mengerjakan sai karena Safa dan Marwah merupakan bekas tempat berhala.
45) Maksud Allah Swt. mensyukuri hamba-Nya adalah memberi pahala atas amalnya, memaafkan kesalahannya, menambah nikmatnya, dan sebagainya.
Sesungguhnya
orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan berupa
keterangan-keterangan dan petunjuk, setelah Kami jelaskan kepada manusia
dalam Kitab (Al-Qur’an), mereka itulah yang dilaknat Allah dan dilaknat
(pula) oleh mereka yang melaknat,
Illal-lażīna tābū wa aṣlaḥū wa bayyanū fa'ulā'ika atūbu ‘alaihim, wa anat-tawwābur-raḥīm(u).
kecuali orang-orang yang telah bertobat, mengadakan perbaikan, dan menjelaskan(-nya).46) Mereka itulah yang Aku terima tobatnya. Akulah Yang Maha Penerima Tobat lagi Maha Penyayang.
Catatan Kaki
46) Maksudnya adalah melakukan amal-amal saleh untuk menghilangkan keburukan yang diakibatkan oleh kesalahan-kesalahannya dan menjelaskan kebenaran yang disembunyikannya.
Inna
fī khalqis-samāwāti wal-arḍi wakhtilāfil-laili wan-nahāri
wal-fulkil-latī tajrī fil-baḥri bimā yanfa‘un-nāsa wa mā anzalallāhu
minas-samā'i mim mā'in fa aḥyā bihil-arḍa ba‘da mautihā wa baṡṡa fīhā
min kulli dābbah(tin), wa taṣrīfir-riyāḥi was-saḥābil-musakhkhari
bainas-samā'i wal-arḍi la'āyātil liqaumiy ya‘qilūn(a).
Sesungguhnya pada penciptaan langit dan bumi, pergantian malam dan siang,47)
bahtera yang berlayar di laut dengan (muatan) yang bermanfaat bagi
manusia, apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengannya
Dia menghidupkan bumi setelah mati (kering), dan Dia menebarkan di
dalamnya semua jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang
dikendalikan antara langit dan bumi, (semua itu) sungguh merupakan
tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang mengerti.
Catatan Kaki
47) Pergantian malam dan siang akibat rotasi bumi menggerakkan udara secara global berupa angin. Dengan angin, kapal dapat bergerak menggunakan layar. Angin pula yang menggerakkan uap air dari lautan hingga membentuk awan lalu mendorongnya ke daratan hingga tercurah sebagai hujan. Dengan hujan itu, tumbuhlah tumbuhan yang menghidupi beragam jenis hewan.
Wa
minan-nāsi may yattakhiżu min dūnillāhi andāday yuḥibbūnahum
kaḥubbillāh(i), wal-lażīna āmanū asyaddu ḥubbal lillāh(i), wa lau
yaral-lażīna ẓalamū iż yaraunal-‘ażāb(a), annal-quwwata lillāhi
jamī‘ā(n), wa annallāha syadīdul-‘ażāb(i).
Di
antara manusia ada yang menjadikan (sesuatu) selain Allah sebagai
tandingan-tandingan (bagi-Nya) yang mereka cintai seperti mencintai
Allah. Adapun orang-orang yang beriman sangat kuat cinta mereka kepada
Allah. Sekiranya orang-orang yang berbuat zalim itu melihat, ketika
mereka melihat azab (pada hari Kiamat), bahwa kekuatan itu semuanya
milik Allah dan bahwa Allah sangat keras azab-Nya, (niscaya mereka
menyesal).
Iż tabarra'al-lażīnattubi‘ū minal-lażīnattaba‘ū wa ra'awul-‘ażāba wa taqaṭṭa‘at bihimul-asbāb(u).
(Yaitu)
ketika orang-orang yang diikuti berlepas tangan dari orang-orang yang
mengikuti saat mereka (orang-orang yang diikuti) melihat azab, dan
(ketika) segala hubungan antara mereka terputus.
Wa
qālal-lażīnattaba‘ū lau anna lanā karratan fa natabarra'a minhum, kamā
tabarra'ū minnā, każālika yurīhimullāhu a‘mālahum ḥasarātin ‘alaihim, wa
mā hum bikhārijīna minan-nār(i).
Orang-orang
yang mengikuti berkata, “Andaikan saja kami mendapat kesempatan kembali
(ke dunia), tentu kami akan berlepas tangan dari mereka sebagaimana
mereka berlepas tangan dari kami.” Demikianlah Allah memperlihatkan
kepada mereka amal perbuatan mereka sebagai penyesalan bagi mereka.
Mereka sungguh tidak akan keluar dari neraka.
Wahai
manusia, makanlah sebagian (makanan) di bumi yang halal lagi baik dan
janganlah mengikuti langkah-langkah setan. Sesungguhnya ia bagimu
merupakan musuh yang nyata.
Wa
iżā qīla lahumuttabi‘ū mā anzalallāhu qālū bal nattabi‘u mā alfainā
‘alaihi ābā'anā, awalau kāna ābā'uhum lā ya‘qilūna syai'aw wa lā
yahtadūn(a).
Apabila
dikatakan kepada mereka, “Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah,”
mereka menjawab, “Tidak. Kami tetap mengikuti kebiasaan yang kami dapati
pada nenek moyang kami.” Apakah (mereka akan mengikuti juga) walaupun
nenek moyang mereka (itu) tidak mengerti apa pun dan tidak mendapat
petunjuk?
Wa
maṡalul-lażīna kafarū kamaṡalil-lażī yan‘iqu bimā lā yasma‘u illā
du‘ā'aw wa nidā'ā(n), ṣummum bukmun ‘umyun fahum lā ya‘qilūn(a).
Perumpamaan
(penyeru) orang-orang yang kufur adalah seperti (penggembala) yang
meneriaki (gembalaannya) yang tidak mendengar (memahami) selain
panggilan dan teriakan (saja). (Mereka) tuli, bisu, dan buta sehingga
mereka tidak mengerti.
Yā ayyuhal-lażīna āmanū kulū min ṭayyibāti mā razaqnākum wasykurū lillāhi in kuntum iyyāhu ta‘budūn(a).
Wahai
orang-orang yang beriman, makanlah apa-apa yang baik yang Kami
anugerahkan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah jika kamu benar-benar
hanya menyembah kepada-Nya.
Innamā
ḥarrama ‘alaikumul-maitata wad-dama wa laḥmal-khinzīri wa mā uhilla
bihī ligairillāh(i), fa maniḍṭurra gaira bāgiw wa lā ‘ādin falā iṡma
‘alaih(i), innallāha gafūrur raḥīm(un).
Sesungguhnya
Dia hanya mengharamkan atasmu bangkai, darah, daging babi, dan (daging)
hewan yang disembelih dengan (menyebut nama) selain Allah. Akan tetapi,
siapa yang terpaksa (memakannya), bukan karena menginginkannya dan
tidak (pula) melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya
Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Innal-lażīna
yaktumūna mā anzalallāhu minal-kitābi wa yasytarūna bihī ṡamanan
qalīlā(n), ulā'ika mā ya'kulūna fī buṭūnihim illan-nāra wa lā
yukallimuhumullāhu yaumal-qiyāmati wa lā yuzakkīhim, wa lahum ‘ażābun
alīm(un).
Sesungguhnya
orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah diturunkan Allah, yaitu
Kitab (Taurat), dan menukarkannya dengan harga murah, mereka hanya
menelan api neraka ke dalam perutnya. Allah tidak akan menyapa mereka
pada hari Kiamat dan tidak akan menyucikan mereka. Bagi mereka azab yang
sangat pedih.
Żālika bi'annallāha nazzalal-kitāba bil-ḥaqq(i), wa innal-lażīnakhtalafū fil-kitābi lafī syiqāqim ba‘īd(in).
Yang
demikian itu disebabkan Allah telah menurunkan kitab suci dengan hak.
Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang (kebenaran) kitab
suci itu benar-benar dalam perpecahan yang jauh.
Laisal-birra
an tuwallū wujūhakum qibalal-masyriqi wal-magribi wa lākinnal-birra man
āmana billāhi wal-yaumil ākhiri wal-malā'ikati wal-kitābi
wan-nabiyyīn(a), wa ātal-māla ‘alā ḥubbihī żawil-qurbā wal-yatāmā
wal-masākīna wabnas-sabīl(i), was-sā'ilīna wa fir-riqāb(i), wa
aqāmaṣ-ṣalāta wa ātaz-zakāh(ta), wal mūfūna bi‘ahdihim iżā ‘āhadū,
waṣ-ṣābirīna fil-ba'sā'i waḍ-ḍarrā'i wa ḥīnal-ba's(i), ulā'ikal-lażīna
ṣadaqū, wa ulā'ika humul-muttaqūn(a).
Kebajikan
itu bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat, melainkan
kebajikan itu ialah (kebajikan) orang yang beriman kepada Allah, hari
Akhir, malaikat-malaikat, kitab suci, dan nabi-nabi; memberikan harta
yang dicintainya kepada kerabat, anak yatim, orang miskin, musafir,
peminta-minta, dan (memerdekakan) hamba sahaya; melaksanakan salat;
menunaikan zakat; menepati janji apabila berjanji; sabar dalam
kemelaratan, penderitaan, dan pada masa peperangan. Mereka itulah
orang-orang yang benar dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.
Yā
ayyuhal-lażīna āmanū kutiba ‘alaikumul-qiṣāṣu fil-qatlā, al-ḥurru
bil-ḥurri wal-‘abdu bil-‘abdi wal-unṡā bil-unṡā, faman ‘ufiya lahū min
akhīhi syai'un fattibā‘um bil-ma‘rūfi wa adā'un ilaihi bi iḥsān(in),
żālika takhfīfum mir rabbikum wa raḥmah(tun), fa mani‘tadā ba‘da żālika
fa lahū ‘ażābun alīm(un).
Wahai
orang-orang yang beriman, diwajibkan kepadamu (melaksanakan) kisas
berkenaan dengan orang-orang yang dibunuh. Orang merdeka dengan orang
merdeka, hamba sahaya dengan hamba sahaya, dan perempuan dengan
perempuan. Siapa yang memperoleh maaf dari saudaranya hendaklah
mengikutinya dengan cara yang patut dan hendaklah menunaikan kepadanya
dengan cara yang baik.48)
Yang demikian itu adalah keringanan dan rahmat dari Tuhanmu. Siapa yang
melampaui batas setelah itu, maka ia akan mendapat azab yang sangat
pedih.
Catatan Kaki
48) Perintah untuk memberikan kebaikan dengan cara yang baik berlaku untuk kedua belah pihak, baik pembunuh maupun wali korban pembunuhan.
Diwajibkan
kepadamu, apabila seseorang di antara kamu didatangi (tanda-tanda) maut
sedang dia meninggalkan kebaikan (harta yang banyak), berwasiat kepada
kedua orang tua dan karib kerabat dengan cara yang patut (sebagai)
kewajiban bagi orang-orang yang bertakwa.49)
Catatan Kaki
49) Menurut mayoritas ulama, ayat ini dinasakh dengan ayat waris dan hadis “lā waṣiyyata li wāriṡin” (Tidak ada wasiat bagi ahli waris).
Siapa
yang mengubahnya (wasiat itu), setelah mendengarnya, sesungguhnya
dosanya hanya bagi orang yang mengubahnya. Sesungguhnya Allah Maha
Mendengar lagi Maha Mengetahui.
Faman khāfa mim mūṣin janafan au iṡman fa aṣlaḥa bainahum falā iṡma ‘alaih(i), innallāha gafūrur raḥīm(un).
Akan tetapi, siapa yang khawatir terhadap pewasiat (akan berlaku) tidak adil atau berbuat dosa, lalu dia mendamaikan mereka,50) dia tidak berdosa. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Catatan Kaki
50) Maksud mendamaikan di sini ialah menyuruh orang yang berwasiat untuk berlaku adil dalam berwasiat sesuai dengan ketentuan agama.
Ayyāmam
ma‘dūdāt(in), faman kāna minkum marīḍan au ‘alā safarin fa ‘iddatum min
ayyāmin ukhar(a), wa ‘alal-lażīna yuṭīqūnahū fidyatun ṭa‘āmu
miskīn(in), faman taṭawwa‘a khairan fahuwa khairul lah(ū), wa an taṣūmū
khairul lakum in kuntum ta‘lamūn(a).
(Yaitu)
beberapa hari tertentu. Maka, siapa di antara kamu sakit atau dalam
perjalanan (lalu tidak berpuasa), (wajib mengganti) sebanyak hari (yang
dia tidak berpuasa itu) pada hari-hari yang lain. Bagi orang yang berat
menjalankannya, wajib membayar fidyah, (yaitu) memberi makan seorang
miskin. Siapa dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan,51) itu lebih baik baginya dan berpuasa itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.
Catatan Kaki
51) Siapa yang memberi makan kepada lebih dari seorang miskin untuk sehari, itu lebih baik.
Syahru
ramaḍānal-lażī unzila fīhil-qur'ānu hudal lin-nāsi wa bayyinātim
minal-hudā wal-furqān(i), faman syahida minkumusy-syahra falyaṣumh(u) wa
man kāna marīḍan au ‘alā safarin fa ‘iddatum min ayyāmin ukhar(a),
yurīdullāhu bikumul-yusra wa lā yurīdu bikumul-‘usr(a), wa
litukmilul-‘iddata wa litukabbirullāha ‘alā mā hadākum wa la‘allakum
tasykurūn(a).
Bulan
Ramadan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-Qur’an sebagai
petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu
serta pembeda (antara yang hak dan yang batil). Oleh karena itu, siapa
di antara kamu hadir (di tempat tinggalnya atau bukan musafir) pada
bulan itu, berpuasalah. Siapa yang sakit atau dalam perjalanan (lalu
tidak berpuasa), maka (wajib menggantinya) sebanyak hari (yang
ditinggalkannya) pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan
bagimu dan tidak menghendaki kesukaran. Hendaklah kamu mencukupkan
bilangannya dan mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan
kepadamu agar kamu bersyukur.
Wa
iżā sa'alaka ‘ibādī ‘annī fa innī qarīb(un), ujību da‘watad-dā‘i iżā
da‘ān(i), falyastajībū lī walyu'minū bī la‘allahum yarsyudūn(a).
Apabila
hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu (Nabi Muhammad) tentang Aku,
sesungguhnya Aku dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa
apabila dia berdoa kepada-Ku. Maka, hendaklah mereka memenuhi
(perintah)-Ku dan beriman kepada-Ku agar mereka selalu berada dalam
kebenaran.
Dihalalkan
bagimu pada malam puasa bercampur dengan istrimu. Mereka adalah pakaian
bagimu dan kamu adalah pakaian bagi mereka. Allah mengetahui bahwa kamu
tidak dapat menahan dirimu sendiri, tetapi Dia menerima tobatmu dan
memaafkanmu. Maka, sekarang campurilah mereka dan carilah apa yang telah
ditetapkan Allah bagimu. Makan dan minumlah hingga jelas bagimu
(perbedaan) antara benang putih dan benang hitam, yaitu fajar. Kemudian,
sempurnakanlah puasa sampai (datang) malam. Akan tetapi, jangan campuri
mereka ketika kamu (dalam keadaan) beriktikaf di masjid. Itulah
batas-batas (ketentuan) Allah. Maka, janganlah kamu mendekatinya.
Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia agar mereka
bertakwa.
Wa
lā ta'kulū amwālakum bainakum bil-bāṭili wa tudlū bihā ilal-ḥukkāmi
lita'kulū farīqam min amwālin-nāsi bil-iṡmi wa antum ta‘lamūn(a).
Janganlah
kamu makan harta di antara kamu dengan jalan yang batil dan (janganlah)
kamu membawa (urusan) harta itu kepada para hakim dengan maksud agar
kamu dapat memakan sebagian harta orang lain itu dengan jalan dosa,
padahal kamu mengetahui.
Yas'alūnaka
‘anil-ahillah(ti), qul hiya mawāqītu lin-nāsi wal-ḥajj(i), wa
laisal-birru bi'an ta'tul-buyūta min ẓuhūrihā wa lākinnal-birra
manittaqā, wa'tul-buyūta min abwābihā, wattaqullāha la‘allakum
tufliḥūn(a).
Mereka bertanya kepadamu (Nabi Muhammad) tentang bulan sabit.52)
Katakanlah, “Itu adalah (penunjuk) waktu bagi manusia dan (ibadah)
haji.” Bukanlah suatu kebajikan memasuki rumah dari belakangnya, tetapi
kebajikan itu adalah (kebajikan) orang yang bertakwa. Masukilah
rumah-rumah dari pintu-pintunya, dan bertakwalah kepada Allah agar kamu
beruntung.
Catatan Kaki
52) Bulan sabit adalah bukti meyakinkan pergantian bulan. Setelah bulan sabit akhir bulan tampak tipis seperti pelepah kurma (surah Yāsīn [36]: 39) menjelang pagi, pada malam berikutnya bulan ‘mati’ (tidak tampak sama sekali), kemudian disusul tampaknya bulan sabit tipis sesaat setelah magrib. Itulah awal bulan yang digunakan untuk perhitungan waktu ibadah, seperti puasa Ramadan dan haji.
Wa qātilū fī sabīlillāhil-lażīna yuqātilūnakum wa lā ta‘tadū, innallāha lā yuḥibbul-mu‘tadīn(a).
Perangilah
di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu dan jangan melampaui
batas. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui
batas.
Waqtulūhum
ḥaiṡu ṡaqiftumūhum wa akhrijūhum min ḥaiṡu akhrajūkum wal-fitnatu
asyaddu minal-qatl(i), wa lā tuqātilūhum ‘indal-masjidil-ḥarāmi ḥattā
yuqātilūkum fīh(i), fa'in qātalūkum faqtulūhum, każālika
jazā'ul-kāfirīn(a).
Bunuhlah mereka (yang memerangimu) di mana pun kamu jumpai dan usirlah mereka dari tempat mereka mengusirmu. Padahal, fitnah53)
itu lebih kejam daripada pembunuhan. Lalu janganlah kamu perangi mereka
di Masjidilharam, kecuali jika mereka memerangimu di tempat itu. Jika
mereka memerangimu, maka perangilah mereka. Demikianlah balasan bagi
orang-orang kafir.
Catatan Kaki
53) Fitnah dalam ayat ini berarti perbuatan yang menimbulkan kekacauan, seperti mengusir orang dari kampung halamannya, merampas harta, menyakiti orang lain, menghalangi orang dari jalan Allah Swt., atau melakukan kemusyrikan (lihat catatan kaki surah al-Baqarah [2]: 102).
Wa qātilūhum ḥattā lā takūna fitnatuw wa yakūnad-dīnu lillāh(i), fa inintahau falā ‘udwāna illā ‘alaẓ-ẓālimīn(a).
Perangilah
mereka itu sampai tidak ada lagi fitnah dan agama (ketaatan) hanya bagi
Allah semata. Jika mereka berhenti (melakukan fitnah), tidak ada (lagi)
permusuhan, kecuali terhadap orang-orang zalim.
Bulan haram dengan bulan haram54) dan (terhadap) sesuatu yang dihormati55)
berlaku (hukum) kisas. Oleh sebab itu, siapa yang menyerang kamu,
seranglah setimpal dengan serangannya terhadapmu. Bertakwalah kepada
Allah dan ketahuilah bahwa Allah bersama orang-orang yang bertakwa.
Catatan Kaki
54) Maksudnya adalah bahwa jika diserang pada bulan haram, umat Islam diperbolehkan untuk membalas serangan pada bulan itu juga.
55) Sesuatu yang dihormati dapat berarti bulan haram, yaitu Zulkaidah, Zulhijah, Muharam, dan Rajab; tanah haram (Makkah), dan dalam keadaan berihram.
Wa anfiqū fī sabīlillāhi wa lā tulqū bi'aidīkum ilat-tahlukah(ti), wa aḥsinū, innallāha yuḥibbul-muḥsinīn(a).
Berinfaklah
di jalan Allah, janganlah jerumuskan dirimu ke dalam kebinasaan, dan
berbuatbaiklah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat
baik.
Wa
atimmul-ḥajja wal-‘umrata lillāh(i), fa'in uḥṣirtum famastaisara
minal-hady(i), wa lā taḥliqū ru'ūsakum ḥattā yablugal-hadyu maḥillah(ū),
faman kāna minkum marīḍan au bihī ażam mir ra'sihī fafidyatum min
ṣiyāmin au ṣadaqatin au nusuk(in), fa'iżā amintum, faman tamatta‘a
bil-‘umrati ilal-ḥajji famastaisara minal-hady(i), famal lam yajid
faṣiyāmu ṡalāṡati ayyāmin fil-ḥajji wa sab‘atin iżā raja‘tum, tilka
‘asyaratun kāmilah(tun), żālika limal lam yakun ahluhū
ḥāḍiril-masjidil-ḥarām(i), wattaqullāha wa‘lamū annallāha
syadīdul-‘iqāb(i).
Sempurnakanlah ibadah haji dan umrah karena Allah. Akan tetapi, jika kamu terkepung (oleh musuh), (sembelihlah) hadyu56)
yang mudah didapat dan jangan mencukur (rambut) kepalamu sebelum hadyu
sampai di tempat penyembelihannya. Jika ada di antara kamu yang sakit
atau ada gangguan di kepala (lalu dia bercukur), dia wajib berfidyah,
yaitu berpuasa, bersedekah, atau berkurban.57)
Apabila kamu dalam keadaan aman, siapa yang mengerjakan umrah sebelum
haji (tamatu’), dia (wajib menyembelih) hadyu yang mudah didapat. Akan
tetapi, jika tidak mendapatkannya, dia (wajib) berpuasa tiga hari dalam
(masa) haji dan tujuh (hari) setelah kamu kembali. Itulah sepuluh hari
yang sempurna. Ketentuan itu berlaku bagi orang yang keluarganya tidak
menetap di sekitar Masjidilharam. Bertakwalah kepada Allah dan
ketahuilah bahwa Allah Maha Keras hukuman-Nya.
Catatan Kaki
56) Hadyu adalah hewan ternak yang disembelih di tanah haram Makkah pada Iduladha dan hari-hari tasyrik karena menjalankan haji tamattu’ atau qiran, meninggalkan salah satu manasik haji atau umrah, mengerjakan salah satu larangan manasik, atau murni ingin mendekatkan diri kepada Allah Swt. sebagai ibadah sunah.
57) Fidyah (tebusan) karena tidak dapat menyempurnakan manasik haji dengan alasan tertentu.
Al-ḥajju
asyhurum ma‘lūmāt(un), faman faraḍa fīhinnal-ḥajja falā rafaṡa wa lā
fusūqa wa lā jidāla fil-ḥajj(i), wa mā taf‘alū min khairiy
ya‘lamhullāh(u), wa tazawwadū fa'inna khairaz-zādit-taqwā, wattaqūni yā
ulil-albāb(i).
(Musim) haji itu (berlangsung pada) bulan-bulan yang telah dimaklumi.58) Siapa yang mengerjakan (ibadah) haji dalam (bulan-bulan) itu, janganlah berbuat rafaṡ,59)
berbuat maksiat, dan bertengkar dalam (melakukan ibadah) haji. Segala
kebaikan yang kamu kerjakan (pasti) Allah mengetahuinya. Berbekallah
karena sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa. Bertakwalah
kepada-Ku wahai orang-orang yang mempunyai akal sehat.
Catatan Kaki
58) Waktu yang dimaklumi untuk pelaksanaan ibadah haji ialah Syawal, Zulkaidah, dan 10 malam pertama Zulhijah.
59) Rafaṡ berarti ‘mengeluarkan perkataan yang menimbulkan birahi, perbuatan yang tidak senonoh, atau hubungan seks’.
Laisa
‘alaikum junāḥun an tabtagū faḍlam mir rabbikum, fa'iżā afaḍtum min
‘arafātin fażkurullāha ‘indal-masy‘aril-ḥarām(i), ważkurūhu kamā
hadākum, wa in kuntum min qablihī laminaḍ-ḍāllīn(a).
Bukanlah
suatu dosa bagimu mencari karunia dari Tuhanmu (pada musim haji).
Apabila kamu bertolak dari Arafah, berzikirlah kepada Allah di
Masyarilharam.60)
Berzikirlah kepada-Nya karena Dia telah memberi petunjuk kepadamu
meskipun sebelumnya kamu benar-benar termasuk orang-orang yang sesat.
Catatan Kaki
60) Yang dimaksud dengan Masyarilharam adalah bukit Quzah di Muzdalifah. Akan tetapi, telah disepakati bahwa Muzdalifah secara keseluruhan dapat digunakan sebagai tempat mabīt.
Ṡumma afīḍū min ḥaiṡu afāḍan-nāsu wastagfirullāh(a), innallāha gafūrur raḥīm(un).
Kemudian,
bertolaklah kamu dari tempat orang-orang bertolak (Arafah) dan mohonlah
ampunan kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.
Fa
iżā qaḍaitum manāsikakum fażkurullāha każikrikum ābā'akum au asyadda
żikrā(n), faminan-nāsi may yaqūlu rabbanā ātinā fid-dun-yā wa mā lahū
fil-ākhirati min khalāq(in).
Apabila
kamu telah menyelesaikan manasik (rangkaian ibadah) haji, berzikirlah
kepada Allah sebagaimana kamu menyebut-nyebut nenek moyang kamu, bahkan
berzikirlah lebih dari itu. Di antara manusia ada yang berdoa, “Ya Tuhan
kami, berilah kami (kebaikan) di dunia,” sedangkan di akhirat dia tidak
memperoleh bagian apa pun.
Wa minhum may yaqūlu rabbanā ātinā fid-dun-yā ḥasanataw wa fil-ākhirati ḥasanataw wa qinā ‘ażāban-nār(i).
Di
antara mereka ada juga yang berdoa, “Ya Tuhan kami, berilah kami
kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat serta lindungilah kami dari
azab neraka.”
Berzikirlah kepada Allah pada hari yang telah ditentukan jumlahnya.61)
Siapa yang mempercepat (meninggalkan Mina) setelah dua hari, tidak ada
dosa baginya. Siapa yang mengakhirkannya tidak ada dosa (pula) baginya,62) (yakni) bagi orang yang bertakwa. Bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa hanya kepada-Nya kamu akan dikumpulkan.
Catatan Kaki
61) Maksud zikir di sini ialah membaca takbir, tasbih, tahmid, dan sebagainya. Maksud beberapa hari yang berbilang ialah hari tasyrik, yaitu tiga hari setelah Iduladha (tanggal 11, 12, dan 13 Zulhijah).
62) Mempercepat pada ayat ini berarti meninggalkan Mina pada tanggal 12 Zulhijah sebelum matahari terbenam (nafar awwal). Adapun mengakhirkannya berarti meninggalkan Mina pada tanggal 13 Zulhijah (nafar ṡāni).
Wa minan-nāsi may yu‘jibuka qauluhū fil-ḥayātid-dun-yā wa yusyhidullāha ‘alā mā fī qalbih(ī), wa huwa aladdul-khiṣām(i).
Di
antara manusia ada yang pembicaraannya tentang kehidupan dunia
mengagumkan engkau (Nabi Muhammad) dan dia menjadikan Allah sebagai
saksi atas (kebenaran) isi hatinya. Padahal, dia adalah penentang yang
paling keras.
Wa iżā tawallā sa‘ā fil-arḍi liyufsida fīhā wa yuhlikal-ḥarṡa wan-nasl(a), wallāhu lā yuḥibbul-fasād(a).
Apabila
berpaling (dari engkau atau berkuasa), dia berusaha untuk berbuat
kerusakan di bumi serta merusak tanam-tanaman dan ternak. Allah tidak
menyukai kerusakan.
Wa iżā qīla lahuttaqillāha akhażathul-‘izzatu bil-iṡmi faḥasbuhū jahannam(u), wa labi'sal-mihād(u).
Apabila
dikatakan kepadanya, “Bertakwalah kepada Allah,” bangkitlah kesombongan
yang menyebabkan dia berbuat dosa (lebih banyak lagi). Maka, cukuplah
(balasan) baginya (neraka) Jahanam. Sungguh (neraka Jahanam) itu
seburuk-buruk tempat tinggal.
Wahai
orang-orang yang beriman, masuklah ke dalam Islam (kedamaian) secara
menyeluruh dan janganlah ikuti langkah-langkah setan! Sesungguhnya ia
musuh yang nyata bagimu.
Maka,
jika kamu menyimpang (dari jalan Allah) setelah bukti-bukti kebenaran
yang nyata sampai kepadamu, ketahuilah bahwa Allah Maha Perkasa lagi
Maha Bijaksana.
Hal yanẓurūna illā ay ya'tiyahumullāhu fī ẓulalim minal-gamāmi wal-malā'ikatu wa quḍiyal-amr(u), wa ilallāhi turja‘ul-umūr(u).
Tidak
ada yang mereka tunggu-tunggu (pada hari Kiamat), kecuali kedatangan
Allah dalam naungan awan bersama malaikat (untuk melakukan perhitungan),
sedangkan perkara (mereka) telah diputuskan. Kepada Allahlah segala
perkara dikembalikan.
Sal
banī isrā'īla kam ātaināhum min āyatim bayyinah(tin), wa may yubaddil
ni‘matallāhi mim ba‘di mā jā'athu fa innallāha syadīdul-‘iqāb(i).
Tanyakanlah
kepada Bani Israil, “Berapa banyak bukti nyata (kebenaran) yang telah
Kami anugerahkan kepada mereka?” Siapa yang menukar nikmat Allah (dengan
kekufuran) setelah (nikmat itu) datang kepadanya, sesungguhnya Allah
Maha Keras hukuman-Nya.
Zuyyina
lil-lażīna kafarul-ḥayātud-dun-yā wa yaskharūna minal-lażīna āmanū,
wal-lażīnattaqau fauqahum yaumal-qiyāmah(ti), wallāhu yarzuqu may
yasyā'u bigairi ḥisāb(in).
Kehidupan
dunia dijadikan terasa indah dalam pandangan orang-orang yang kufur dan
mereka (terus) menghina orang-orang yang beriman. Padahal orang-orang
yang bertakwa itu berada di atas mereka pada hari Kiamat. Allah memberi
rezeki kepada orang yang Dia kehendaki tanpa perhitungan.
Kānan-nāsu
ummataw wāḥidah(tan), fa ba‘aṡallāhun-nabiyyīna mubasysyirīna wa
munżirīn(a), wa anzala ma‘ahumul-kitāba bil-ḥaqqi liyaḥkuma bainan-nāsi
fīmakhtalafū fīh(i), wa makhtalafa fīhi illal-lażīna ūtūhu mim ba‘di mā
jā'athumul-bayyinātu bagyam bainahum, fahadallāhul-lażīna āmanū
limakhtalafū fīhi minal-ḥaqqi bi'iżnih(ī), wallāhu yahdī may yasyā'u ilā
ṣirāṭim mustaqīm(in).
Manusia
itu (dahulunya) umat yang satu (dalam ketauhidan). (Setelah timbul
perselisihan,) lalu Allah mengutus para nabi (untuk) menyampaikan kabar
gembira dan peringatan. Allah menurunkan bersama mereka Kitab yang
mengandung kebenaran untuk memberi keputusan di antara manusia tentang
perkara yang mereka perselisihkan. Tidak ada yang berselisih tentangnya,
kecuali orang-orang yang telah diberi (Kitab) setelah bukti-bukti yang
nyata sampai kepada mereka, karena kedengkian di antara mereka sendiri.
Maka, dengan kehendak-Nya, Allah memberi petunjuk kepada mereka yang
beriman tentang kebenaran yang mereka perselisihkan. Allah memberi
petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki ke jalan yang lurus
(berdasarkan kesiapannya untuk menerima petunjuk).
Am
ḥasibtum an tadkhulul-jannata wa lammā ya'tikum maṡalul-lażīna khalau
min qablikum, massathumul-ba'sā'u waḍ-ḍarrā'u wa zulzilū ḥattā
yaqūlar-rasūlu wal-lażīna āmanū ma‘ahū matā naṣrullāh(i), alā inna
naṣrallāhi qarīb(un).
Apakah
kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu
(cobaan) seperti (yang dialami) orang-orang terdahulu sebelum kamu.
Mereka ditimpa kemelaratan, penderitaan, dan diguncang (dengan berbagai
cobaan) sehingga Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya berkata,
“Kapankah datang pertolongan Allah?” Ingatlah, sesungguhnya pertolongan
Allah itu dekat.
Yas'alūnaka
māżā yunfiqūn(a), qul mā anfaqtum min khairin falil-wālidaini
wal-aqrabīna wal-yatāmā wal-masākīni wabnis-sabīl(i), wa mā taf‘alū min
khairin fa innallāha bihī ‘alīm(un).
Mereka
bertanya kepadamu (Nabi Muhammad) tentang apa yang harus mereka
infakkan. Katakanlah, “Harta apa saja yang kamu infakkan, hendaknya
diperuntukkan bagi kedua orang tua, kerabat, anak-anak yatim,
orang-orang miskin, dan orang yang dalam perjalanan (dan membutuhkan
pertolongan).” Kebaikan apa saja yang kamu kerjakan, sesungguhnya Allah
Maha Mengetahuinya.
Kutiba
‘alaikumul-qitālu wa huwa kurhul lakum, wa ‘asā an takrahū syai'aw wa
huwa khairul lakum, wa ‘asā an tuḥibbū syai'aw wa huwa syarrul lakum,
wallāhu ya‘lamu wa antum lā ta‘lamūn(a).
Diwajibkan
atasmu berperang, padahal itu kamu benci. Boleh jadi kamu membenci
sesuatu, padahal itu baik bagimu dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu,
padahal itu buruk bagimu. Allah mengetahui, sedangkan kamu tidak
mengetahui.
Yas'alūnaka
‘anisy-syahril-ḥarāmi qitālin fīh(i), qul qitālun fīhi kabīr(un), wa
ṣaddun ‘an sabīlillāhi wa kufrum bihī wal-masjidil-ḥarām(i), wa ikhrāju
ahlihī minhu akbaru ‘indallāh(i), wal-fitnatu akbaru minal-qatl(i), wa
lā yazālūna yuqātilūnakum ḥattā yaruddūkum ‘an dīnikum inistaṭā‘ū, wa
may yartadid minkum ‘an dīnihī fa yamut wa huwa kāfirun fa ulā'ika
ḥabiṭat a‘māluhum fid-dun-yā wal-ākhirah(ti), wa ulā'ika aṣḥābun-nār(i),
hum fīhā khālidūn(a).
Mereka
bertanya kepadamu (Nabi Muhammad) tentang berperang pada bulan haram.
Katakanlah, “Berperang dalam bulan itu adalah (dosa) besar. Namun,
menghalangi (orang) dari jalan Allah, ingkar kepada-Nya, (menghalangi
orang masuk) Masjidilharam, dan mengusir penduduk dari sekitarnya, lebih
besar (dosanya) dalam pandangan Allah. Fitnah (pemusyrikan dan
penindasan) lebih kejam daripada pembunuhan.” Mereka tidak akan berhenti
memerangi kamu sampai kamu murtad (keluar) dari agamamu jika mereka
sanggup. Siapa di antara kamu yang murtad dari agamanya lalu dia mati
dalam kekafiran, sia-sialah amal mereka di dunia dan akhirat. Mereka
itulah penghuni neraka. Mereka kekal di dalamnya.
Sesungguhnya orang-orang yang beriman serta orang-orang yang berhijrah dan berjihad63) di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Catatan Kaki
63) Jihad secara umum berarti mencurahkan segala kemampuan, baik harta maupun raga untuk memperjuangkan agama Allah Swt. dengan niat yang ikhlas karena Allah Swt.
Yas'alūnaka
‘anil-khamri wal-maisir(i), qul fīhimā iṡmun kabīrw wa manāfi‘u lin
nās(i), wa iṡmuhumā akbaru min naf‘ihimā, wa yas'alūnaka māżā
yunfiqūn(a), qulil-‘afw(a), każālika yubayyinullāhu lakumul-āyāti
la‘allakum tatafakkarūn(a).
Mereka bertanya kepadamu (Nabi Muhammad) tentang khamar64)
dan judi. Katakanlah, “Pada keduanya terdapat dosa besar dan beberapa
manfaat bagi manusia. (Akan tetapi,) dosa keduanya lebih besar daripada
manfaatnya.” Mereka (juga) bertanya kepadamu (tentang) apa yang mereka
infakkan. Katakanlah, “(Yang diinfakkan adalah) kelebihan (dari apa yang
diperlukan).” Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu agar
kamu berpikir
Catatan Kaki
64) Khamar adalah segala sesuatu yang mengandung unsur yang memabukkan.
Fid-dun-yā
wal-ākhirah(ti), wa yas'alūnaka ‘anil-yatāmā, qul iṣlāḥul lahum
khair(un), wa in tukhāliṭūhum fa'ikhwānukum, wallāhu ya‘lamul-mufsida
minal-muṣliḥ(i), wa lau syā'allāhu la'a‘natakum innallāha ‘azizun
ḥakīm(un).
tentang
dunia dan akhirat. Mereka bertanya kepadamu (Nabi Muhammad) tentang
anak-anak yatim. Katakanlah, “Memperbaiki keadaan mereka adalah baik.”
Jika kamu mempergauli mereka, mereka adalah saudara-saudaramu. Allah
mengetahui orang yang berbuat kerusakan dan yang berbuat kebaikan.
Seandainya Allah menghendaki, niscaya Dia mendatangkan kesulitan
kepadamu. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
Wa
lā tankiḥul-musyrikāti ḥattā yu'minn(a), wa la'amatum mu'minatun
khairum mim musyrikatiw wa lau a‘jabatkum, wa lā tunkiḥul-musyrikīna
ḥattā yu'minū, wa la‘abdum mu'minun khairum mim musyrikiw wa lau
a‘jabakum, ulā'ika yad‘ūna ilan-nār(i), wallāhu yad‘ū ilal-jannati
wal-magfirati bi'iżnih(ī), wa yubayyinu āyātihī lin-nāsi la‘allahum
yatażakkarūn(a).
Janganlah
kamu menikahi perempuan musyrik hingga mereka beriman! Sungguh, hamba
sahaya perempuan yang beriman lebih baik daripada perempuan musyrik,
meskipun dia menarik hatimu. Jangan pula kamu menikahkan laki-laki
musyrik (dengan perempuan yang beriman) hingga mereka beriman. Sungguh,
hamba sahaya laki-laki yang beriman lebih baik daripada laki-laki
musyrik meskipun dia menarik hatimu. Mereka mengajak ke neraka,
sedangkan Allah mengajak ke surga dan ampunan dengan izin-Nya. (Allah)
menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia agar mereka mengambil
pelajaran.
Wa
yas'alūnaka ‘anil-maḥīḍ(i), qul huwa ażā(n), fa‘tazilun-nisā'a
fil-maḥīḍ(i), wa lā taqrabūhunna ḥattā yaṭhurn(a), fa'iżā taṭahharna
fa'tūhunna min ḥaiṡu amarakumullāh(u), innallāha yuḥibbut-tawwābīna wa
yuḥibbul-mutaṭahhirīn(a).
Mereka bertanya kepadamu (Nabi Muhammad) tentang haid. Katakanlah, “Itu adalah suatu kotoran.”65)
Maka, jauhilah para istri (dari melakukan hubungan intim) pada waktu
haid dan jangan kamu dekati mereka (untuk melakukan hubungan intim)
hingga mereka suci (habis masa haid). Apabila mereka benar-benar suci
(setelah mandi wajib), campurilah mereka sesuai dengan (ketentuan) yang
diperintahkan Allah kepadamu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang
yang bertobat dan menyukai orang-orang yang menyucikan diri.
Catatan Kaki
65) Haid adalah darah yang keluar bersama jaringan yang dipersiapkan untuk pembuahan di rahim perempuan. Keluarnya secara periodik, sesuai dengan periode pelepasan sel telur ke rahim. Kondisi seperti itu yang dianggap kotor dan menjadikan perempuan tidak suci secara syar‘i, termasuk tidak suci untuk digauli suaminya.
Nisā'ukum
ḥarṡul lakum, fa'tū ḥarṡakum annā syi'tum, wa qaddimū li anfusikum,
wattaqullāha wa‘lamū annakum mulāqūh(u), wa basysyiril-mu'minīn(a).
Istrimu adalah ladang bagimu.66)
Maka, datangilah ladangmu itu (bercampurlah dengan benar dan wajar)
kapan dan bagaimana yang kamu sukai. Utamakanlah (hal yang terbaik)
untuk dirimu. Bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa kamu (kelak)
akan menghadap kepada-Nya. Sampaikanlah kabar gembira kepada
orang-orang mukmin.
Catatan Kaki
66) Istri diumpamakan sebagai ladang, tempat menanam benih. Maka, tanamlah benih itu sesuai waktu yang disukai.
Wa lā taj‘alullāha ‘urḍatal li'aimānikum an tabarrū wa tattaqū wa tuṣliḥū bainan-nās(i), wallāhu samī‘un ‘alīm(un).
Janganlah
kamu jadikan (nama) Allah dalam sumpahmu sebagai penghalang dari
berbuat baik, bertakwa, dan menciptakan kedamaian di antara manusia.
Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
Allah
tidak menghukummu karena sumpahmu yang tidak kamu sengaja, tetapi Dia
menghukummu karena sumpah yang diniatkan oleh hatimu. Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyantun.67)
Catatan Kaki
67) Allah Swt. Maha Penyantun (ḥalīm) berarti tidak segera menyiksa orang yang berbuat dosa.
Orang
yang meng-ila’ (bersumpah tidak mencampuri) istrinya diberi tenggang
waktu empat bulan. Jika mereka kembali (mencampuri istrinya),
sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Wal-muṭallaqātu
yatarabbaṣna bi anfusihinna ṡalāṡata qurū'(in), wa lā yaḥillu lahunna
ay yaktumna mā khalaqallāhu fī arḥāmihinna in kunna yu'minna billāhi
wal-yaumil-ākhir(i), wa bu‘ūlatuhunna aḥaqqu biraddiūhinna fī żālika in
arādū iṣlāḥā(n), wa lahunna miṡlul-lażī ‘alaihinna bil-ma‘rūf(i), wa
lir-rijāli ‘alaihinna darajah(tun), wallāhu ‘azīzun ḥakīm(un).
Para
istri yang diceraikan (wajib) menahan diri mereka (menunggu) tiga kali
qurū’ (suci atau haid). Tidak boleh bagi mereka menyembunyikan apa yang
diciptakan Allah dalam rahim mereka, jika mereka beriman kepada Allah
dan hari Akhir. Suami-suami mereka lebih berhak untuk kembali kepada
mereka dalam (masa) itu, jika mereka menghendaki perbaikan. Mereka (para
perempuan) mempunyai hak seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang
patut. Akan tetapi, para suami mempunyai kelebihan atas mereka. Allah
Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
Aṭ-ṭalāqu
marratān(i), fa imsākum bima‘rūfin au tasrīḥum bi'iḥsān(in), wa lā
yaḥillu lakum an ta'khużū mimmā ātaitumūhunna syai'an illā ay yakhāfā
allā yuqīmā ḥudūdullāh(i), fa in khiftum allā yuqīmā ḥudūdullāh(i) falā
junāḥa ‘alaihimā fīmaftadat bih(ī), tilka ḥudūdullāhi falā ta‘tadūhā, wa
may yata‘adda ḥudūdullāhi fa'ulā'ika humuẓ-ẓālimūn(a).
Talak
(yang dapat dirujuk) itu dua kali. (Setelah itu suami dapat) menahan
(rujuk) dengan cara yang patut atau melepaskan (menceraikan) dengan
baik. Tidak halal bagi kamu mengambil kembali sesuatu (mahar) yang telah
kamu berikan kepada mereka, kecuali keduanya (suami dan istri) khawatir
tidak mampu menjalankan batas-batas ketentuan Allah. Jika kamu (wali)
khawatir bahwa keduanya tidak mampu menjalankan batas-batas (ketentuan)
Allah, maka keduanya tidak berdosa atas bayaran yang (harus) diberikan
(oleh istri) untuk menebus dirinya.68)
Itulah batas-batas (ketentuan) Allah, janganlah kamu melanggarnya.
Siapa yang melanggar batas-batas (ketentuan) Allah, mereka itulah
orang-orang zalim.
Catatan Kaki
68) Ayat ini menjadi dasar hukum khulu‘ dan penerimaan ‘iwaḍ. Khulu‘ yaitu hak istri untuk bercerai dari suaminya dengan membayar ‘iwaḍ (uang tebusan) melalui pengadilan.
Fa'in
ṭallaqahā falā taḥillu lahū mim ba‘du ḥattā tankiḥa zaujan gairah(ū),
fa'in ṭallaqahā falā junāḥa ‘alaihimā ay yatarāja‘ā in ẓannā ay yuqīmā
ḥudūdullāh(i), tilka ḥudūdullāhi yubayyinuhā liqaumiy ya‘lamūn(a).
Jika
dia menceraikannya kembali (setelah talak kedua), perempuan itu tidak
halal lagi baginya hingga dia menikah dengan laki-laki yang lain. Jika
(suami yang lain itu) sudah menceraikannya, tidak ada dosa bagi keduanya
(suami pertama dan mantan istri) untuk menikah kembali jika keduanya
menduga akan dapat menjalankan hukum-hukum Allah. Itulah
ketentuan-ketentuan Allah yang diterangkan-Nya kepada orang-orang yang
(mau) mengetahui.
Wa
iżā ṭallaqtumun-nisā'a fabalagna ajalahunna fa'amsikūhunna bima‘rūfin
au sarriḥūhunna bima‘rūf(in), wa lā tumsikūhunna ḍirāral lita‘tadū, wa
may yaf‘al żālika faqad ẓalama nafasah(ū), wa lā tattakhiżū āyātillāhi
huzuwaw ważkurū ni‘matallāhi ‘alaikum wa mā anzala ‘alaikum minal-kitābi
wal-ḥikmati ya‘iẓukum bih(ī), wattaqullāha wa‘lamū annallāha bikulli
syai'in ‘alīm(un).
Apabila kamu menceraikan istri(-mu), hingga (hampir) berakhir masa idahnya,69)
tahanlah (rujuk) mereka dengan cara yang patut atau ceraikanlah mereka
dengan cara yang patut (pula). Janganlah kamu menahan (rujuk) mereka
untuk memberi kemudaratan sehingga kamu melampaui batas. Siapa yang
melakukan demikian, dia sungguh telah menzalimi dirinya sendiri.
Janganlah kamu jadikan ayat-ayat (hukum-hukum) Allah sebagai bahan
ejekan. Ingatlah nikmat Allah kepadamu dan apa yang telah diturunkan
Allah kepadamu, yaitu Kitab (Al-Qur’an) dan Hikmah (Sunah), untuk
memberi pengajaran kepadamu. Bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah
bahwa sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.
Catatan Kaki
69) Idah ialah masa menunggu (tidak boleh menikah) bagi perempuan karena perceraian atau kematian suaminya.
Wa
iżā ṭallaqtumun-nisā'a fabalagna ajalahunna falā ta‘ḍulūhunna ay
yankiḥna azwājahunna iżā tarāḍau bainahum bil-ma‘rūf(i), żālika yū‘aẓu
bihī man kāna minkum yu'minu billāhi wal-yaumil-ākhir(i), żālikum azkā
lakum wa aṭhar(u), wallāhu ya‘lamu wa antum lā ta‘lamūn(a).
Apabila
kamu (sudah) menceraikan istri(-mu) lalu telah sampai (habis) masa
idahnya, janganlah kamu menghalangi mereka untuk menikah dengan (calon)
suaminya70) apabila
telah terdapat kerelaan di antara mereka dengan cara yang patut. Itulah
yang dinasihatkan kepada orang-orang di antara kamu yang beriman kepada
Allah dan hari Akhir. Hal itu lebih bersih bagi (jiwa)-mu dan lebih suci
(bagi kehormatanmu). Allah mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui.
Catatan Kaki
70) Maksudnya adalah menikah lagi, baik dengan bekas suaminya maupun laki-laki yang lain.
Wal-wālidātu
yurḍi‘na aulādahunna ḥaulaini kāmilaini liman arāda ay
yutimmar-raḍā‘ah(ta), wa ‘alal-maulūdi lahū rizquhunna wa kiswatuhunna
bil-ma‘rūf(i), lā tukallafu nafsun illā wus‘ahā, lā tuḍārra wālidatum
biwaladihā wa lā maulūdul lahū biwaladihī wa ‘alal-wāriṡi miṡlu
żālik(a), fa'in arādā fiṣālan ‘an tarāḍim minhumā wa tasyāwurin falā
junāḥa ‘alaihimā, wa in arattum an tastarḍi‘ū aulādakum falā junāḥa
‘alaikum iżā sallamtum mā ātaitum bil-ma‘rūf(i), wattaqullāha wa‘lamū
annallāha bimā ta‘malūna baṣīr(un).
Ibu-ibu
hendaklah menyusui anak-anaknya selama dua tahun penuh, bagi yang ingin
menyempurnakan penyusuan. Kewajiban ayah menanggung makan dan pakaian
mereka dengan cara yang patut. Seseorang tidak dibebani, kecuali sesuai
dengan kemampuannya. Janganlah seorang ibu dibuat menderita karena
anaknya dan jangan pula ayahnya dibuat menderita karena anaknya. Ahli
waris pun seperti itu pula. Apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua
tahun) berdasarkan persetujuan dan musyawarah antara keduanya, tidak
ada dosa atas keduanya. Apabila kamu ingin menyusukan anakmu (kepada
orang lain), tidak ada dosa bagimu jika kamu memberikan pembayaran
dengan cara yang patut. Bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa
sesungguhnya Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.
Orang-orang
yang mati di antara kamu dan meninggalkan istri-istri hendaklah mereka
(istri-istri) menunggu dirinya (beridah) empat bulan sepuluh hari.
Kemudian, apabila telah sampai (akhir) idah mereka, tidak ada dosa
bagimu (wali) mengenai apa yang mereka lakukan terhadap diri mereka71) menurut cara yang patut. Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Catatan Kaki
71) Setelah masa idah selesai, perempuan boleh berhias, bepergian, atau menerima pinangan.
Wa
lā junāḥa ‘alaikum fīmā ‘arraḍtum bihī min khiṭbatin-nisā'i au aknantum
fī anfusikum, ‘alimallāhu annakum satażkurūnahunna wa lākil lā
tuwā‘idūhunna sirran illā an taqūlū qaulam ma‘rūfā(n), wa lā ta‘zimū
‘uqdatan-nikāḥi ḥattā yablugal-kitābu ajalah(ū), wa‘lamū annallāha
ya‘lamu mā fī anfusikum faḥżarūh(u), wa‘lamū annallāha gafūrun
ḥalīm(un).
Tidak ada dosa bagimu atas kata sindiran untuk meminang perempuan-perempuan72)
atau (keinginan menikah) yang kamu sembunyikan dalam hati. Allah
mengetahui bahwa kamu akan menyebut-nyebut mereka. Akan tetapi,
janganlah kamu berjanji secara diam-diam untuk (menikahi) mereka,
kecuali sekadar mengucapkan kata-kata yang patut (sindiran). Jangan
pulalah kamu menetapkan akad nikah sebelum berakhirnya masa idah.
Ketahuilah bahwa Allah mengetahui apa yang ada dalam hatimu. Maka,
takutlah kepada-Nya. Ketahuilah bahwa Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyantun.
Catatan Kaki
72) Perempuan yang boleh dipinang secara sindiran ialah perempuan yang dalam masa idah karena ditinggal mati oleh suaminya atau karena talak bā’in, sedangkan perempuan yang dalam idah talak raj‘iy (bisa dirujuk) tidak boleh dipinang, walaupun dengan sindiran.
Lā
junāḥa ‘alaikum in ṭallaqtumun-nisā'a mā lam tamassūhunna au tafriḍū
lahunna farīḍah(tan), wa matti‘ūhunna ‘alal-mūsi‘i qadaruhū wa
‘alal-muqtiri qadaruhū matā‘am bil-ma‘rūf(i), ḥaqqan ‘alal-muḥsinīn(a).
Tidak
ada dosa bagimu (untuk tidak membayar mahar) jika kamu menceraikan
istri-istrimu yang belum kamu sentuh (campuri) atau belum kamu tentukan
maharnya. Berilah mereka mut‘ah,73)
bagi yang kaya sesuai dengan kemampuannya dan bagi yang miskin sesuai
dengan kemampuannya pula, sebagai pemberian dengan cara yang patut dan
ketentuan bagi orang-orang yang berbuat ihsan.
Catatan Kaki
73) Mut‘ah yang dimaksud adalah pemberian suami kepada istri yang diceraikannya sebagai pelipur, di samping nafkah yang wajib ditunaikannya sesuai dengan kemampuannya.
Wa
in ṭallaqtumūhunna min qabli an tamassūhunna wa qad faraḍtum lahunna
farīḍatan faniṣfu mā faraḍtum illā ay ya‘fūna au ya‘fuwal-lażī biyadihī
‘uqdatun-nikāḥ(i), wa an ta‘fū aqrabu lit-taqwā, wa lā tansawul-faḍla
bainakum, innallāha bimā ta‘malūna baṣīr(un).
Jika
kamu menceraikan mereka sebelum kamu sentuh (campuri), padahal kamu
sudah menentukan maharnya, maka (bayarlah) separuh dari apa yang telah
kamu tentukan, kecuali jika mereka atau pihak yang memiliki kewenangan
nikah (suami atau wali) membebaskannya.74)
Pembebasanmu itu lebih dekat pada ketakwaan. Janganlah melupakan
kebaikan di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Melihat apa yang kamu
kerjakan.
Catatan Kaki
74) Yang dimaksud dengan orang yang memiliki kewenangan nikah adalah suami atau wali. Jika yang membebaskan mahar adalah wali, suami dibebaskan dari kewajiban membayar separuh mahar. Apabila suami yang membebaskannya, dalam arti berkomitmen untuk membayar seluruh mahar yang disebutkan, dia harus membayar mahar seluruhnya. Namun, wali yang boleh bertindak demikian hanyalah wali mujbir, yaitu wali yang berhak memaksa anak gadis untuk menikah, seperti ayah atau kakek kandung.
Jika
kamu berada dalam keadaan takut, salatlah dengan berjalan kaki atau
berkendaraan. Lalu, apabila kamu telah aman, ingatlah Allah (salatlah)
sebagaimana Dia telah mengajarkan kepadamu apa yang tidak kamu ketahui.
Orang-orang
yang akan mati di antara kamu dan meninggalkan istri-istri hendaklah
membuat wasiat untuk istri-istrinya, (yaitu) nafkah sampai setahun tanpa
mengeluarkannya (dari rumah). Akan tetapi, jika mereka keluar
(sendiri), tidak ada dosa bagimu mengenai hal-hal yang patut yang mereka
lakukan terhadap diri mereka sendiri. Allah Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana.
Alam
tara ilal-lażīna kharajū min diyārihim wa hum ulūfun ḥażaral-maut(i),
faqāla lahumullāhu mūtū, ṡumma aḥyāhum, inallāha lażū faḍlin ‘alan-nāsi
wa lākinna akṡaran-nāsi lā yasykurūn(a).
Tidakkah
kamu memperhatikan orang-orang yang keluar dari kampung halamannya
dalam jumlah ribuan karena takut mati? Lalu, Allah berfirman kepada
mereka, “Matilah kamu!” Kemudian, Allah menghidupkan mereka.
Sesungguhnya Allah Pemberi karunia kepada manusia, tetapi kebanyakan
manusia tidak bersyukur.
Man
żal-lażī yuqriḍullāha qarḍan ḥasanan fayuḍā‘ifahū lahū aḍ‘āfan
kaṡīrah(tan), wallāhu yaqbiḍu wa yabsuṭ(u), wa ilaihi turja‘ūn(a).
Siapakah yang mau memberi pinjaman yang baik kepada Allah?76)
Dia akan melipatgandakan (pembayaran atas pinjaman itu) baginya
berkali-kali lipat. Allah menyempitkan dan melapangkan (rezeki).
Kepada-Nyalah kamu dikembalikan.
Catatan Kaki
76) Maksud memberi pinjaman kepada Allah Swt. adalah menginfakkan harta di jalan-Nya.
Alam
tara ilal-mala'i mim banī isrā'īla mim ba‘di mūsā, iż qālū linabiyyil
lahumub‘aṡ lanā malikan nuqātil fī sabīlillāh(i), qāla hal ‘asaitum in
kutiba ‘alaikumul-qitālu allā tuqātilū, qālū wa mā lanā allā nuqātila fī
sabīlillāhi wa qad ukhrijnā min diyārinā wa abnā'inā, falammā kutiba
‘alaihimul-qitālu tawallau illā qalīlam minhum, wallāhu ‘alīmum
biẓ-ẓālimīn(a).
Tidakkah
kamu perhatikan para pemuka Bani Israil setelah Musa wafat, (yaitu)
ketika mereka berkata kepada seorang nabi mereka, “Angkatlah seorang
raja untuk kami, niscaya kami berperang di jalan Allah.” Dia menjawab,
“Jangan-jangan jika diwajibkan atasmu berperang, kamu tidak akan
berperang juga.” Mereka menjawab, “Mengapa kami tidak akan berperang di
jalan Allah, sedangkan sungguh kami telah diusir dari kampung halaman
kami dan (dipisahkan dari) anak-anak kami?”77)
Akan tetapi, ketika perang diwajibkan atas mereka, mereka berpaling,
kecuali sebagian kecil dari mereka. Allah Maha Mengetahui orang-orang
zalim.
Catatan Kaki
77) Mereka diusir dari kampung halaman dan anak-anak mereka ditawan.
Wa
qāla lahum nabiyyuhum innallāha qad ba‘aṡa lakum ṭālūta malikā(n), qālū
annā yakūnu lahul-mulku ‘alainā wa naḥnu aḥaqqu bil-mulki minhu wa lam
yu'ta sa‘atam minal-māl(i), qāla innallāhaṣṭafāhu ‘alaikum wa zādahū
basṭatan fil-‘ilmi wal-jism(i), wallāhu yu'tī mulkahū may yasyā'(u),
wallāhu wāsi‘un ‘alīm(un).
Nabi
mereka berkata kepada mereka, “Sesungguhnya Allah telah mengangkat
Talut menjadi rajamu.” Mereka menjawab, “Bagaimana (mungkin) dia
memperoleh kerajaan (kekuasaan) atas kami, sedangkan kami lebih berhak
atas kerajaan itu daripadanya dan dia tidak diberi kekayaan yang
banyak?” (Nabi mereka) menjawab, “Sesungguhnya Allah telah memilihnya
(menjadi raja) kamu dan memberikan kepadanya kelebihan ilmu dan fisik.”
Allah menganugerahkan kerajaan-Nya kepada siapa yang Dia kehendaki.
Allah Maha Luas (kekuasaan dan rezeki-Nya) lagi Maha Mengetahui.
Wa
qāla lahum nabiyyuhum inna āyata mulkihī ay ya'tiyakumut-tābūtu fīhi
sakīnatum mir rabbikum wa baqiyyatum mimmā taraka ālu mūsā wa ālu hārūna
taḥmiluhul-malā'ikah(tu), inna fī żālika la āyatal lakum in kuntum
mu'minīn(a).
Nabi mereka berkata kepada mereka, “Sesungguhnya tanda kerajaannya ialah datangnya Tabut78)
kepadamu yang di dalamnya terdapat ketenangan dari Tuhanmu dan sisa
dari apa yang ditinggalkan oleh keluarga Musa dan keluarga Harun yang
dibawa oleh para malaikat. Sesungguhnya pada yang demikian itu
benar-benar terdapat tanda (kebesaran Allah) bagimu jika kamu
orang-orang mukmin.
Falammā
faṣala ṭālūtu bil-junūd(i), qāla innallāha mubtalīkum binahar(in),
faman syariba minhu falaisa minnī, wa mal lam yaṭ‘amhu fa innahū minnī
illā manigtarafa gurfatam biyadih(ī), fa syaribū minhu illā qalīlam
minhum, falammā jāwazahū huwa wal-lażīna āmanū ma‘ah(ū), qālū lā ṭāqata
lanal-yauma bijālūta wa junūdih(ī), qālal-lażīna yaẓunnūna annahum
mulāqullāh(i), kam min fi'atin qalīlatin galabat fi'atan kaṡīratam
bi'iżnillāh(i), wallāhu ma‘aṣ-ṣābirīn(a).
Maka,
ketika Talut keluar membawa bala tentara(-nya), dia berkata,
“Sesungguhnya Allah akan mengujimu dengan sebuah sungai. Maka, siapa
yang meminum (airnya), sesungguhnya dia tidak termasuk (golongan)-ku.
Siapa yang tidak meminumnya, sesungguhnya dia termasuk (golongan)-ku
kecuali menciduk seciduk dengan tangan.” Akan tetapi, mereka meminumnya
kecuali sebagian kecil di antara mereka. Ketika dia (Talut) dan
orang-orang yang beriman bersamanya menyeberangi sungai itu, mereka
berkata, “Kami tidak kuat lagi pada hari ini melawan Jalut dan bala
tentaranya.” Mereka yang meyakini bahwa mereka akan menemui Allah
berkata, “Betapa banyak kelompok kecil mengalahkan kelompok besar dengan
izin Allah.” Allah bersama orang-orang yang sabar.
Wa lammā barazū lijālūta wa junūdihī qālū rabbanā afrig ‘alainā ṣabraw wa ṡabbit aqdāmanā wanṣurnā ‘alal-qaumil-kāfirīn(a).
Ketika
mereka maju melawan Jalut dan bala tentaranya, mereka berdoa, “Ya Tuhan
kami, limpahkanlah kesabaran kepada kami, kukuhkanlah langkah kami, dan
menangkanlah kami atas kaum yang kafir.”
Fahazamūhum
bi'iżnillāh(i), wa qatala dāwūdu jālūta wa ātāhullāhul-mulka
wal-ḥikmata wa ‘allamahū mimmā yasyā'(u), wa lau lā daf‘ullāhin-nāsa
ba‘ḍahum biba‘ḍil lafasadatil-arḍu wa lākinnallāha żū faḍlin
‘alal-‘ālamīn(a).
Mereka
(tentara Talut) mengalahkan tentara Jalut dengan izin Allah dan Daud
membunuh Jalut. Kemudian, Allah menganugerahinya (Daud) kerajaan dan
hikmah (kenabian); Dia (juga) mengajarinya apa yang Dia kehendaki.
Seandainya Allah tidak menolak (keganasan) sebagian manusia dengan
sebagian yang lain, niscaya rusaklah bumi ini. Akan tetapi, Allah
mempunyai karunia (yang dilimpahkan-Nya) atas seluruh alam.
Tilkar-rusulu
faḍḍalnā ba‘ḍahum ‘alā ba‘ḍ(in), minhum man kallamallāhu wa rafa‘a
ba‘ḍahum darajāt(in), wa ātainā ‘īsabna maryamal-bayyināti wa ayyadnāhu
birūḥil-qudus(i), wa lau syā'allāhu maqtatalal-lażīna mim ba‘dihim mim
ba‘di mā jā'athumul-bayyinātu wa lākinikhtalafū fa minhum man āmana wa
minhum man kafar(a), wa lau syā'allāhu maqtatalū, wa lākinnallāha
yaf‘alu mā yurīd(u).
Para
rasul itu Kami lebihkan sebagian mereka atas sebagian (yang lain). Di
antara mereka ada yang Allah berbicara (langsung) dengannya dan sebagian
lagi Dia tinggikan beberapa derajat. Kami telah menganugerahkan kepada
Isa putra Maryam bukti-bukti yang sangat jelas (mukjizat) dan Kami
memperkuat dia dengan Ruhulkudus (Jibril). Seandainya Allah menghendaki,
niscaya orang-orang setelah mereka tidak akan saling membunuh setelah
bukti-bukti sampai kepada mereka. Akan tetapi, mereka berselisih
sehingga ada di antara mereka yang beriman dan ada (pula) yang kufur.
Andaikata Allah menghendaki, tidaklah mereka saling membunuh. Namun,
Allah melakukan apa yang Dia kehendaki.
Yā
ayyuhal-lażīna āmanū anfiqū mimmā razaqnākum min qabli ay ya'tiya
yaumul lā bai‘un fīhi wa lā khullatuw wa lā syafā‘ah(tun), wal-kāfirūna
humuẓ-ẓālimūn(a).
Wahai
orang-orang yang beriman, infakkanlah sebagian dari rezeki yang telah
Kami anugerahkan kepadamu sebelum datang hari (Kiamat) yang tidak ada
(lagi) jual beli padanya (hari itu), tidak ada juga persahabatan yang
akrab, dan tidak ada pula syafaat. Orang-orang kafir itulah orang-orang
zalim.
Allāhu
lā ilāha illā huw(a), al-ḥayyul-qayyūm(u), lā ta'khużuhū sinatuw wa lā
naum(un), lahū mā fis-samāwāti wa mā fil-arḍ(i), man żal-lażī yasyfa‘u
‘indahū illā bi'iżnih(ī), ya‘lamu mā baina aidīhim wa mā khalfahum, wa
lā yuḥīṭūna bisyai'im min ‘ilmihī illā bimā syā'(a), wasi‘a
kursiyyuhus-samāwāti wal-arḍ(a), wa lā ya'ūduhū ḥifẓuhumā, wa
huwal-‘aliyyul-‘aẓīm(u).
Allah,
tidak ada tuhan selain Dia, Yang Maha Hidup lagi terus-menerus mengurus
(makhluk-Nya). Dia tidak dilanda oleh kantuk dan tidak (pula) oleh
tidur. Milik-Nyalah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi.
Tidak ada yang dapat memberi syafaat di sisi-Nya tanpa izin-Nya. Dia
mengetahui apa yang ada di hadapan mereka dan apa yang ada di belakang
mereka. Mereka tidak mengetahui sesuatu apa pun dari ilmu-Nya, kecuali
apa yang Dia kehendaki. Kursi-Nya (ilmu dan kekuasaan-Nya) meliputi
langit dan bumi. Dia tidak merasa berat memelihara keduanya. Dialah yang
Maha Tinggi lagi Maha Agung.
Lā
ikrāha fid-dīn(i), qat tabayyanar-rusydu minal-gayy(i), famay yakfur
biṭ-ṭāgūti wa yu'mim billāhi fa qadistamsaka bil-‘urwatil-wuṡqā,
lanfiṣāma lahā, wallāhu samī‘un ‘alīm(un).
Tidak
ada paksaan dalam (menganut) agama (Islam). Sungguh, telah jelas jalan
yang benar dari jalan yang sesat. Siapa yang ingkar kepada tagut79)
dan beriman kepada Allah sungguh telah berpegang teguh pada tali yang
sangat kuat yang tidak akan putus. Allah Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui.
Catatan Kaki
79) Kata tagut disebutkan untuk setiap yang melampaui batas dalam keburukan. Oleh karena itu, setan, dajal, penyihir, penetap hukum yang bertentangan dengan hukum Allah Swt., dan penguasa yang tirani dinamakan tagut.
Allah
adalah pelindung orang-orang yang beriman. Dia mengeluarkan mereka dari
aneka kegelapan menuju cahaya (iman). Sedangkan orang-orang yang kufur,
pelindung-pelindung mereka adalah tagut. Mereka (tagut) mengeluarkan
mereka (orang-orang kafir itu) dari cahaya menuju aneka kegelapan.
Mereka itulah para penghuni neraka. Mereka kekal di dalamnya.
Alam
tara ilal-lażī ḥājja ibrāhīma fī rabbihī an ātāhullāhul-mulk(a), iż
qāla ibrāhīmu rabbiyal-lażī yuḥyī wa yumīt(u), qāla ana uḥyī wa umīt(u),
qāla ibrāhīmu fa innallāha ya'tī bisy-syamsi minal-masyriqi fa'ti bihā
minal-magribi fabuhital-lażī kafar(a), wallāhu lā
yahdil-qaumaẓ-ẓālimīn(a).
Tidakkah
kamu memperhatikan orang yang mendebat Ibrahim mengenai Tuhannya karena
Allah telah menganugerahkan kepadanya (orang itu) kerajaan (kekuasaan),
(yakni) ketika Ibrahim berkata, “Tuhankulah yang menghidupkan dan
mematikan.” (Orang itu) berkata, “Aku (pun) dapat menghidupkan dan
mematikan.” Ibrahim berkata, “Kalau begitu, sesungguhnya Allah
menerbitkan matahari dari timur. Maka, terbitkanlah ia dari barat.”
Akhirnya, bingunglah orang yang kufur itu. Allah tidak memberi petunjuk
kepada kaum yang zalim.
Au
kal-lażī marra ‘alā qaryatiw wa hiya khāwiyatun ‘alā ‘urūsyihā, qāla
annā yuḥyī hāżihillāhu ba‘da mautihā, fa'amātahullāhu mi'ata ‘āmin ṡumma
ba‘aṡah(ū), qāla kam labiṡt(a), qāla labiṡtu yauman au ba‘ḍa yaum(in),
qāla bal labiṡta mi'ata ‘āmin fanẓur ilā ṭa‘āmika wa syarābika lam
yatasannah, wanẓur ilā ḥimārik(a), wa linaj‘alaka āyatal lin-nāsi wanẓur
ilal-‘iẓāmi kaifa nunsyizuhā ṡumma naksūhā laḥmā(n), falammā tabayyana
lah(ū), qāla a‘lamu annallāha ‘alā kulli syai'in qadīr(un).
Atau,
seperti orang yang melewati suatu negeri yang (bangunan-bangunannya)
telah roboh menutupi (reruntuhan) atap-atapnya. Dia berkata, “Bagaimana
Allah menghidupkan kembali (negeri) ini setelah kehancurannya?” Lalu,
Allah mematikannya selama seratus tahun, kemudian membangkitkannya
(kembali). Dia (Allah) bertanya, “Berapa lama engkau tinggal (di sini)?”
Dia menjawab, “Aku tinggal (di sini) sehari atau setengah hari.” Allah
berfirman, “Sebenarnya engkau telah tinggal selama seratus tahun.
Lihatlah makanan dan minumanmu yang belum berubah, (tetapi) lihatlah
keledaimu (yang telah menjadi tulang-belulang) dan Kami akan
menjadikanmu sebagai tanda (kekuasaan Kami) bagi manusia. Lihatlah
tulang-belulang (keledai itu), bagaimana Kami menyusunnya kembali,
kemudian Kami membalutnya dengan daging (sehingga hidup kembali).” Maka,
ketika telah nyata baginya, dia pun berkata, “Aku mengetahui bahwa
Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.”80)
Catatan Kaki
80) Sains tidak bisa menjelaskan bagaimana orang yang ditidurkan selama seratus tahun dan makanannya tetap dalam keadaan utuh seperti sedia kala, sementara keledainya telah menjadi tulang belulang, lalu tulang belulang itu dikumpulkan dan atas kuasa Allah Swt. dapat hidup kembali.
(Ingatlah)
ketika Ibrahim berkata, “Ya Tuhanku, perlihatkanlah kepadaku bagaimana
Engkau menghidupkan orang-orang mati.” Dia (Allah) berfirman, “Belum
percayakah engkau?” Dia (Ibrahim) menjawab, “Aku percaya, tetapi agar
hatiku tenang.” Dia (Allah) berfirman, “Kalau begitu, ambillah empat
ekor burung, lalu dekatkanlah kepadamu (potong-potonglah). Kemudian,
letakkanlah di atas setiap bukit satu bagian dari tiap-tiap burung.
Selanjutnya, panggillah mereka, niscaya mereka datang kepadamu dengan
segera.” Ketahuilah bahwa Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.81)
Catatan Kaki
81) Sains tidak bisa menjelaskan bagaimana burung yang telah dipotong-potong dan bagian-bagian tubuhnya disebar di tempat-tempat yang saling berjauhan dapat dihidupkan kembali oleh Allah Swt.
Perumpamaan
orang-orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah adalah seperti
(orang-orang yang menabur) sebutir biji (benih) yang menumbuhkan tujuh
tangkai, pada setiap tangkai ada seratus biji. Allah melipatgandakan
(pahala) bagi siapa yang Dia kehendaki. Allah Maha Luas lagi Maha
Mengetahui.
Allażīna
yunfiqūna amwālahum fī sabīlillāhi ṡumma lā yutbi‘ūna mā anfaqū mannaw
wa lā ażā(n), lahum ajruhum ‘inda rabbihim, wa lā khaufun ‘alaihim wa lā
hum yaḥzanūn(a).
Orang-orang
yang menginfakkan harta mereka di jalan Allah, kemudian tidak
mengiringi apa yang mereka infakkan itu dengan menyebut-nyebutnya dan
menyakiti (perasaan penerima), bagi mereka pahala di sisi Tuhan mereka.
Tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih.
Wahai
orang-orang yang beriman, jangan membatalkan (pahala) sedekahmu dengan
menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan penerima), seperti orang yang
menginfakkan hartanya karena riya (pamer) kepada manusia, sedangkan dia
tidak beriman kepada Allah dan hari Akhir. Perumpamaannya (orang itu)
seperti batu licin yang di atasnya ada debu, lalu batu itu diguyur hujan
lebat sehingga tinggallah (batu) itu licin kembali. Mereka tidak
menguasai sesuatu pun dari apa yang mereka usahakan. Allah tidak memberi
petunjuk kepada kaum kafir.
Wa
maṡalul-lażīna yunfiqūna amwālahumubtigā'a marḍātillāhi wa taṡbītam min
anfusihim kamaṡali jannatim birabwatin aṣābahā wābilun fa'ātat ukulahā
ḍi‘fain(i), fa'illam yuṣibhā wābilun faṭall(un), wallāhu bimā ta‘malūna
baṣīr(un).
Perumpamaan
orang-orang yang menginfakkan harta mereka untuk mencari rida Allah dan
memperteguh jiwa mereka adalah seperti sebuah kebun di dataran tinggi
yang disiram oleh hujan lebat, lalu ia (kebun itu) menghasilkan
buah-buahan dua kali lipat. Jika hujan lebat tidak menyiraminya, hujan
gerimis (pun memadai).82) Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.
Catatan Kaki
82) Diumpamakan dengan dataran tinggi karena dataran tinggi yang lebih dingin berpotensi mendapatkan awan hujan lebih banyak daripada dataran rendah sehingga tanamannya lebih subur. Kalaupun tidak ada hujan lebat, gerimis pun cukup untuk membasahi tanahnya.
Ayawaddu
aḥadukum an takūna lahū jannatum min nakhīliw wa a‘nābin tajrī min
taḥtihal-anhār(u), lahū fīhā min kulliṡ-ṡamarāt(i), wa aṣābahul-kibaru
wa lahū żurriyyatun ḍu‘afā'(u), fa'aṣābahā i‘ṣārun fīhi nārun
faḥtaraqat, każālika yubayyinullāhu lakumul-āyāti la‘allakum
tatafakkarūn(a).
Apakah
salah seorang di antara kamu ingin memiliki kebun kurma dan anggur yang
mengalir di bawahnya sungai-sungai, di sana dia memiliki segala macam
buah-buahan. Kemudian, datanglah masa tua, sedangkan dia memiliki
keturunan yang masih kecil-kecil. Lalu, kebun itu ditiup angin kencang
yang mengandung api sehingga terbakar. Demikianlah Allah menerangkan
ayat-ayat-Nya kepadamu agar kamu memikirkan(-nya).
Yā
ayyuhal-lażīna āmanū anfiqū min ṭayyibāti mā kasabtum wa mimmā akhrajnā
lakum minal-arḍ(i), wa lā tayammamul-khabīṡa minhu tunfiqūna wa lastum
bi'ākhiżīhi illā an tugmiḍū fīh(i), wa‘lamū annallāha ganiyyun
ḥamīd(un).
Wahai
orang-orang yang beriman, infakkanlah sebagian dari hasil usahamu yang
baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untukmu.
Janganlah kamu memilih yang buruk untuk kamu infakkan, padahal kamu
tidak mau mengambilnya, kecuali dengan memicingkan mata (enggan)
terhadapnya. Ketahuilah bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji.
Asy-syaiṭānu
ya‘idukumul-faqra wa ya'murukum bil-faḥsyā'(i), wallāhu ya‘idukum
magfiratam minhu wa faḍlā(n), wallāhu wāsi'un ‘alīm(un).
Setan
menjanjikan (menakut-nakuti) kamu kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat
keji (kikir), sedangkan Allah menjanjikan kamu ampunan dan karunia-Nya.
Allah Maha Luas lagi Maha Mengetahui.
Yu'til-ḥikmata may yasyā'(u), wa may yu'tal-ḥikmata faqad ūtiya khairan kaṡīrā(n), wa mā yażżakkaru ilā ulul-albāb(i).
Dia
(Allah) menganugerahkan hikmah kepada siapa yang Dia kehendaki. Siapa
yang dianugerahi hikmah, sungguh dia telah dianugerahi kebaikan yang
banyak. Tidak ada yang dapat mengambil pelajaran (darinya), kecuali
ululalbab.
Wa mā anfaqtum min nafaqatin au nażartum min nażrin fa innallāha ya‘lamuh(ū), wa mā liẓ-ẓālimīna min anṣār(in).
Infak
apa pun yang kamu berikan atau nazar apa pun yang kamu janjikan
sesungguhnya Allah mengetahuinya. Bagi orang-orang zalim tidak ada satu
pun penolong (dari azab Allah).
In
tubduṣ-ṣadaqāti fani‘immā hiy(a), wa in tukhfūhā wa tu'tūhal-fuqarā'a
fahuwa khairul lakum, wa yukaffiru ‘ankum min sayyi'ātikum, wallāhu bimā
ta‘malūna khabīr(un).
Jika
kamu menampakkan sedekahmu, itu baik. (Akan tetapi,) jika kamu
menyembunyikannya dan memberikannya kepada orang-orang fakir, itu lebih
baik bagimu. Allah akan menghapus sebagian kesalahanmu. Allah Maha
Teliti terhadap apa yang kamu kerjakan.
Laisa
‘alaika hudāhum wa lākinnallāha yahdī may yasyā'(u), wa mā tunfiqū min
khairin fa li'anfusikum, wa mā tunfiqūna illabtigā'a wajhillāh(i), wa mā
tunfiqū min khairiy yuwaffa ilaikum wa antum lā tuẓlamūn(a).
Bukanlah
kewajibanmu (Nabi Muhammad) menjadikan mereka mendapat petunjuk, tetapi
Allahlah yang memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki
(berdasarkan kesiapannya untuk menerima petunjuk). Kebaikan apa pun yang
kamu infakkan, (manfaatnya) untuk dirimu (sendiri). Kamu (orang-orang
mukmin) tidak berinfak, kecuali karena mencari rida Allah. Kebaikan apa
pun yang kamu infakkan, niscaya kamu akan diberi (pahala) secara penuh
dan kamu tidak akan dizalimi.
Lil-fuqarā'il-lażīna
uḥṣirū fī sabīlillāhi lā yastaṭī‘ūna ḍarban fil-arḍi
yaḥsabuhumul-jāhilu agniyā'a minat-ta‘affuf(i), ta‘rifuhum bisīmāhum,
lā yas'alūnan-nāsa ilḥāfā(n), wa mā tunfiqū min khairin fa innallāha
bihī ‘alīm(un).
(Apa
pun yang kamu infakkan) diperuntukkan bagi orang-orang fakir yang
terhalang (usahanya karena jihad) di jalan Allah dan mereka tidak dapat
berusaha di bumi. Orang yang tidak mengetahuinya mengira bahwa mereka
adalah orang-orang kaya karena mereka memelihara diri dari mengemis.
Engkau (Nabi Muhammad) mengenal mereka dari ciri-cirinya (karena) mereka
tidak meminta secara paksa kepada orang lain. Kebaikan apa pun yang
kamu infakkan, sesungguhnya Allah Maha Tahu tentang itu.
Allażīna
yunfiqūna amwālahum bil-laili wan-nahāri sirraw wa ‘alāniyatan falahum
ajruhum ‘inda rabbihim, wa lā khaufun ‘alaihim wa lā hum yaḥzanūn(a).
Orang-orang
yang menginfakkan hartanya pada malam dan siang hari, baik secara
rahasia maupun terang-terangan, mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya.
Tidak ada rasa takut pada mereka dan tidak (pula) mereka bersedih.
Allażīna
ya'kulūnar-ribā lā yaqūmūna illā kamā yaqūmul-lażī
yatakhabbaṭuhusy-syaiṭānu minal-mass(i), żālika bi'annahum qālū
innamal-bai‘u miṡlur-ribā, wa aḥallallāhul-bai‘a wa ḥarramar-ribā, faman
jā'ahū mau‘iẓatum mir rabbihī fantahā falahū mā salaf(a), wa amruhū
ilallāh(i), wa man ‘āda fa ulā'ika aṣḥābun-nār(i), hum fīhā khālidūn(a).
Orang-orang
yang memakan (bertransaksi dengan) riba tidak dapat berdiri, kecuali
seperti orang yang berdiri sempoyongan karena kesurupan setan. Demikian
itu terjadi karena mereka berkata bahwa jual beli itu sama dengan riba.
Padahal, Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Siapa
pun yang telah sampai kepadanya peringatan dari Tuhannya (menyangkut
riba), lalu dia berhenti sehingga apa yang telah diperolehnya dahulu
menjadi miliknya dan urusannya (terserah) kepada Allah. Siapa yang
mengulangi (transaksi riba), mereka itulah penghuni neraka. Mereka kekal
di dalamnya.
Innal-lażīna
āmanū wa ‘amiluṣ-ṣāliḥāti wa aqāmuṣ-ṣalāta wa ātuz-zakāta lahum ajruhum
‘inda rabbihim, wa lā khaufun ‘alaihim wa lā hum yaḥzanūn(a).
Sesungguhnya
orang-orang yang beriman, beramal saleh, menegakkan salat, dan
menunaikan zakat, mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada
rasa takut pada mereka dan tidak (pula) mereka bersedih.
Fa'illam
taf‘alū fa'żanū biḥarbim minallāhi wa rasūlih(ī), wa in tubtum falakum
ru'ūsu amwālikum, lā taẓlimūna wa lā tuẓlamūn(a).
Jika
kamu tidak melaksanakannya, ketahuilah akan terjadi perang (dahsyat)
dari Allah dan Rasul-Nya. Akan tetapi, jika kamu bertobat, kamu berhak
atas pokok hartamu. Kamu tidak berbuat zalim (merugikan) dan tidak
dizalimi (dirugikan).
Wa in kāna żū ‘usratin fanaẓiratun ilā maisarah(tin), wa an taṣaddaqū khairul lakum in kuntum ta‘lamūn(a).
Jika
dia (orang yang berutang itu) dalam kesulitan, berilah tenggang waktu
sampai dia memperoleh kelapangan. Kamu bersedekah (membebaskan utang)
itu lebih baik bagimu apabila kamu mengetahui(-nya).
Waspadalah
terhadap suatu hari (kiamat) yang padanya kamu semua dikembalikan
kepada Allah. Kemudian, setiap orang diberi balasan yang sempurna sesuai
dengan apa yang telah dilakukannya dan mereka tidak dizalimi.
Yā
ayyuhal-lażīna āmanū iżā tadāyantum bidainin ilā ajalim musamman
faktubūh(u), walyaktub bainakum kātibum bil-‘adl(i), wa lā ya'ba kātibun
ay yaktuba kamā ‘allamahullāhu falyaktub, walyumlilil-lażī
‘alaihil-ḥaqqu walyattaqillāha rabbahū wa lā yabkhas minhu syai'ā(n),
fa'in kānal-lażī ‘alaihil-ḥaqqu safīhan au ḍa‘īfan au lā yastaṭī‘u ay
yumilla huwa falyumlil waliyyuhū bil-‘adl(i), wastasyhidū syahīdaini mir
rijāliūkum, fa'illam yakūnā rajulaini farajuluw wamra'atāni mimman
tarḍauna minasy-syuhadā'i an taḍilla iḥdāhumā fatużakkira
iḥdāhumal-ukhrā, wa lā ya'basy-syuhadā'u iżā mā du‘ū, wa lā tas'amū an
taktubūhu ṣagīran au kabīran ilā ajalih(ī), żālikum aqsaṭu ‘indallāhi wa
aqwamu lisy-syahādati wa adnā allā tartābū illā an takūna tijāratan
ḥāḍiratan tudīrūnahā bainakum falaisa ‘alaikum junāḥun allā taktubūhā,
wa asyhidū iżā tabāya‘tum, wa lā yuḍārra kātibuw wa lā syahīd(un), wa in
taf‘alū fa'innahū fusūqum bikum, wattaqullāh(a), wa
yu‘allimukumullāh(u), wallāhu bikulli syai'in ‘alīm(un).
Wahai
orang-orang yang beriman, apabila kamu berutang piutang untuk waktu
yang ditentukan, hendaklah kamu mencatatnya. Hendaklah seorang pencatat
di antara kamu menuliskannya dengan benar. Janganlah pencatat menolak
untuk menuliskannya sebagaimana Allah telah mengajar-kan kepadanya.
Hendaklah dia mencatat(-nya) dan orang yang berutang itu
mendiktekan(-nya). Hendaklah dia bertakwa kepada Allah, Tuhannya, dan
janganlah dia menguranginya sedikit pun. Jika yang berutang itu orang
yang kurang akalnya, lemah (keadaannya), atau tidak mampu mendiktekan
sendiri, hendaklah walinya mendiktekannya dengan benar. Mintalah
kesaksian dua orang saksi laki-laki di antara kamu. Jika tidak ada
(saksi) dua orang laki-laki, (boleh) seorang laki-laki dan dua orang
perempuan di antara orang-orang yang kamu sukai dari para saksi (yang
ada) sehingga jika salah seorang (saksi perempuan) lupa, yang lain
mengingatkannya. Janganlah saksi-saksi itu menolak apabila dipanggil.
Janganlah kamu bosan mencatatnya sampai batas waktunya, baik (utang itu)
kecil maupun besar. Yang demikian itu lebih adil di sisi Allah, lebih
dapat menguatkan kesaksian, dan lebih mendekatkan kamu pada
ketidakraguan, kecuali jika hal itu merupakan perniagaan tunai yang kamu
jalankan di antara kamu. Maka, tidak ada dosa bagi kamu jika kamu tidak
mencatatnya. Ambillah saksi apabila kamu berjual beli dan janganlah
pencatat mempersulit (atau dipersulit), begitu juga saksi. Jika kamu
melakukan (yang demikian), sesungguhnya hal itu suatu kefasikan padamu.
Bertakwalah kepada Allah, Allah memberikan pengajaran kepadamu dan Allah
Maha Mengetahui segala sesuatu.
Wa
in kuntum ‘alā safariw wa lam tajidū kātiban fa riḥānum maqbūḍah(tun),
fa'in amina ba‘ḍukum ba‘ḍan falyu'addil-lażi'tumina amānatahū
walyattaqillāha rabbah(ū), wa lā taktumusy syahādah(ta), wa may yaktumhā
fa'innahū āṡimun qalbuh(ū), wallāhu bimā ta‘malūna ‘alīm(un).
Jika
kamu dalam perjalanan, sedangkan kamu tidak mendapatkan seorang
pencatat, hendaklah ada barang jaminan yang dipegang. Akan tetapi, jika
sebagian kamu memercayai sebagian yang lain, hendaklah yang dipercayai
itu menunaikan amanatnya (utangnya) dan hendaklah dia bertakwa kepada
Allah, Tuhannya. Janganlah kamu menyembunyikan kesaksian karena siapa
yang menyembunyikannya, sesungguhnya hatinya berdosa. Allah Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Lillāhi
mā fis-samāwāti wa mā fil-arḍ(i), wa in tubdū mā fī anfusikum au
tukhfūhu yuḥāsibkum bihillāh(u), fayagfiru limay yasyā'u wa yu‘ażżibu
may yasyā'(u), wallāhu ‘alā kulli syai'in qadīr(un).
Milik
Allahlah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Jika kamu
menyatakan apa yang ada di dalam hatimu atau kamu menyembunyikannya,
niscaya Allah memperhitungkannya bagimu. Dia mengampuni siapa saja yang
Dia kehendaki dan mengazab siapa pun yang Dia kehendaki. Allah Maha
Kuasa atas segala sesuatu.
Āmanar-rasūlu
bimā unzila ilaihi mir rabbihī wal-mu'minūn(a), kullun āmana billāhi wa
malā'ikatihī wa kutubihī wa rusulih(ī), lā nufarriqu baina aḥadim mir
rusulih(ī), wa qālū sami‘nā wa aṭa‘nā, gufrānaka rabbanā wa
ilaikal-maṣīr(u).
Rasul
(Muhammad) beriman pada apa (Al-Qur’an) yang diturunkan kepadanya dari
Tuhannya, demikian pula orang-orang mukmin. Masing-masing beriman kepada
Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab kitab-Nya, dan rasul-rasul-Nya.
(Mereka berkata,) “Kami tidak membeda-bedakan seorang pun dari
rasul-rasul-Nya.” Mereka juga berkata, “Kami dengar dan kami taat.
Ampunilah kami, wahai Tuhan kami. Hanya kepada-Mu tempat (kami)
kembali.”
Lā
yukallifullāhu nafsan illā wus‘ahā, lahā mā kasabat wa ‘alaihā
maktasabat, rabbanā lā tu'ākhiżnā in nasīnā au akhṭa'nā, rabbanā wa lā
taḥmil ‘alainā iṣran kamā ḥamaltahū ‘alal-lażīna min qablinā, rabbanā wa
lā tuḥammilnā mā lā ṭāqata lanā bih(ī), wa‘fu ‘annā, wagfir lanā,
warḥamnā, anta maulānā fanṣurnā ‘alal qaumil-kāfirīn(a).
Allah
tidak membebani seseorang, kecuali menurut kesanggupannya. Baginya ada
sesuatu (pahala) dari (kebajikan) yang diusahakannya dan terhadapnya ada
(pula) sesuatu (siksa) atas (kejahatan) yang diperbuatnya. (Mereka
berdoa,) “Wahai Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa
atau kami salah. Wahai Tuhan kami, janganlah Engkau bebani kami dengan
beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum
kami. Wahai Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang
tidak sanggup kami memikulnya. Maafkanlah kami, ampunilah kami, dan
rahmatilah kami. Engkaulah pelindung kami. Maka, tolonglah kami dalam
menghadapi kaum kafir.”
Traktir creator minum kopi dengan cara memberi sedikit donasi. Silahkan Pilih Metode Pembayaran