Lāhiyatan qulūbuhum, wa asarrun-najwal-lażīna ẓalamū, hal hāżā illā basyarum miṡlukum, afa ta'tūnas-siḥra wa antum tubṣirūn(a).
(dan)
hati mereka dalam keadaan lalai. Mereka, orang-orang yang zalim itu,
merahasiakan pembicaraan (dengan saling berbisik), “Bukankah (orang) ini
(Nabi Muhammad) tidak lain hanyalah seorang manusia seperti kamu?
Apakah kamu mengikuti sihir itu488) padahal kamu menyaksikannya?”
Catatan Kaki
488) Yang mereka maksud dengan sihir di sini ialah ayat-ayat Al-Qur’an.
Bal qālū aḍgāṡu aḥlāmim baliftarāhu bal huwa syā‘ir(un), falya'tinā bi'āyatin kamā ursilal-awwalūn(a).
Bahkan,
mereka berkata, “(Al-Qur’an itu buah) mimpi-mimpi kosong. Malah, dia
(Nabi Muhammad) merekayasanya. Lebih dari itu, dia seorang penyair.
Maka, hendaklah dia mendatangkan kepada kami suatu tanda (mukjizat)
sebagaimana rasul-rasul yang diutus terdahulu.”
Mā āmanat qablahum min qaryatin ahlaknāhā, afahum yu'minūn(a).
Tidak
ada satu pun (penduduk) negeri sebelum mereka yang telah Kami binasakan
itu beriman, (padahal telah Kami kirimkan bukti). Apakah mereka
(penduduk Makkah) akan beriman (jika Kami kirimkan bukti)?
Wa mā arsalnā qablaka illā rijālan nūḥī ilaihim fas'alū ahlaż-żikri in kuntum lā ta‘lamūn(a).
Kami
tidak mengutus sebelum engkau (Nabi Muhammad) melainkan beberapa orang
laki-laki yang Kami beri wahyu kepada mereka. Maka, bertanyalah kepada
orang yang berilmu jika kamu tidak mengetahui.
Ṡumma ṣadaqnāhumul-wa‘da fa anjaināhum wa man nasyā'u wa ahlaknal-musrifīn(a).
Kemudian
Kami tepati janji kepada mereka (para utusan). Maka, Kami selamatkan
mereka dan orang-orang yang Kami kehendaki dan Kami binasakan
orang-orang yang melampaui batas.
Lau aradnā an nattakhiża lahwal lattakhażnāhum mil ladunnā, in kunnā fā‘ilīn(a).
Seandainya Kami hendak menjadikan sesuatu sebagai permainan, tentulah Kami akan membuatnya dari sisi Kami,489) jika Kami benar-benar menghendaki berbuat (demikian).
Catatan Kaki
489) Dari sisi Kami maksudnya ialah yang sesuai dengan sifat-sifat Allah Swt.
Bal naqżifu bil-ḥaqqi ‘alal-bāṭili fa yadmaguhū fa iżā huwa zāhiq(un), wa lakumul-wailu mimmā taṣifūn(a).
Sebaliknya,
Kami melemparkan yang hak (kebenaran) kepada yang batil (tidak benar)
lalu (yang hak) itu menghancurkannya. Maka, seketika itu ia (yang batil)
lenyap. Celakalah kamu karena kamu menyifati (Allah dengan sifat-sifat
yang tidak pantas bagi-Nya).490)
Catatan Kaki
490) Contoh penyifatan yang tidak pantas adalah sangkaan bahwa Allah Swt. mempunyai istri dan anak.
Wa lahū man fis-samāwāti wal-arḍ(i), wa man ‘indahū lā yastakbirūna ‘an ‘ibādatihī wa lā yastaḥsirūn(a).
Hanya
milik-Nya siapa yang di langit dan di bumi. (Malaikat-malaikat) yang di
sisi-Nya tidak mempunyai rasa angkuh untuk menyembah-Nya dan tidak
(pula) merasa letih.
Lau kāna fīhimā ālihatun illallāhu lafasadatā, fa subḥānallāhi rabbil-‘arsyi ‘ammā yaṣifūn(a).
Seandainya
pada keduanya (langit dan bumi) ada tuhan-tuhan selain Allah, tentu
keduanya telah binasa. Maha Suci Allah, Tuhan pemilik ʻArasy, dari apa
yang mereka sifatkan.
Amittakhażū
min dūnihī ālihah(tan), qul hātū burhānakum, hāżā żikru mam ma‘iya wa
żikru man qablī, bal akṡaruhum lā ya‘lamūnal-ḥaqqa fahum mu‘riḍūn(a).
Apakah
mereka mengambil tuhan-tuhan selain-Nya? Katakanlah (Nabi Muhammad),
“Kemukakanlah alasan-alasanmu! Ini (ajaran tauhid) adalah sesuatu yang
selalu diingatkan kepada orang yang bersamaku dan kepada orang
sebelumku.” Akan tetapi, kebanyakan mereka tidak mengetahui yang hak
(kebenaran) sehingga mereka berpaling.
Wa mā arsalnā min qablika mir rasūlin illā nūḥī ilaihi annahū lā ilāha illā ana fa‘budūn(i).
Kami
tidak mengutus seorang rasul pun sebelum engkau (Nabi Muhammad),
melainkan Kami mewahyukan kepadanya bahwa tidak ada tuhan selain Aku.
Maka, sembahlah Aku.
Wa qāluttakhażar-raḥmānu waladan subḥānah(ū), bal ‘ibādum mukramūn(a).
Mereka
berkata, “Tuhan Yang Maha Pengasih telah menjadikan (malaikat) sebagai
anak.” Maha Suci Dia. Sebaliknya, mereka (para malaikat itu) adalah
hamba-hamba yang dimuliakan.
Ya‘lamū mā baina aidīhim wa mā khalfahum wa lā yasyfa‘ūna illā limanirtaḍā wa hum min khasy-yatihī musyfiqūn(a).
Dia
(Allah) mengetahui segala sesuatu yang ada di hadapan mereka (malaikat)
dan yang ada di belakang mereka. Mereka tidak memberi syafaat melainkan
kepada orang yang Dia ridai dan mereka selalu berhati-hati karena takut
kepada-Nya.
Wa may yaqul minhum innī ilāhun min dūnihī fa żālika najzīhi jahannam(a), każālika najziẓ-ẓālimīn(a).
Siapa
saja di antara mereka (malaikat) yang berkata, “Sesungguhnya aku adalah
tuhan selain-Nya,” maka (dia) itu Kami beri balasan dengan (neraka)
Jahanam. Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang zalim.
Awalam
yaral-lażīna kafarū annas-samāwāti wal-arḍa kānatā ratqan fa
fataqnāhumā, wa ja‘alnā minal-mā'i kulla syai'in ḥayy(in), afalā
yu'minūn(a).
Apakah
orang-orang kafir tidak mengetahui bahwa langit dan bumi, keduanya,
dahulu menyatu, kemudian Kami memisahkan keduanya dan Kami menjadikan
segala sesuatu yang hidup berasal dari air? Maka, tidakkah mereka
beriman?
Wa ja‘alnā fil-arḍi rawāsiya an tamīda bihim, wa ja‘anā fīhā fijājan subulal la‘allahum yahtadūn(a).
Kami
telah menjadikan di bumi gunung-gunung yang kukuh agar (tidak)
berguncang bersama mereka dan Kami menjadikan (pula) di sana jalan-jalan
yang luas agar mereka mendapat petunjuk.
Wa ja‘alnas-samā'a saqfam maḥfūẓā(n), wa hum ‘an āyātihā mu‘riḍūn(a).
Kami
menjadikan langit sebagai atap yang terpelihara, tetapi mereka tetap
berpaling dari tanda-tandanya (yang menunjukkan kebesaran Allah, seperti
matahari dan bulan).
Wa
iżā ra'ākal-lażīna kafarū iy yattakhiżūnaka illā huzuwā(n), ahāżal-lażī
yażkuru ālihatakum, wa hum biżikrir-raḥmāni hum kāfirūn(a).
Apabila
orang-orang yang kufur itu melihat engkau (Nabi Muhammad), mereka hanya
menjadikan engkau bahan ejekan. (Mereka mengatakan,) “Inikah orang yang
mencela tuhan-tuhanmu?” Padahal, mereka orang yang ingkar mengingat
(Allah) Yang Maha Pengasih.
Khuliqal-insānu min ‘ajal(in), sa'urīkum āyātī falā tasta‘jilūn(i).
Manusia
diciptakan (bersifat) tergesa-gesa. Kelak Aku akan memperlihatkan
kepadamu (azab yang menjadi) tanda-tanda (kekuasaan)- Ku. Maka,
janganlah kamu meminta Aku menyegerakannya.
Lau ya‘lamul-lażīna kafarū ḥīna lā yakuffūna ‘aw wujūhihimun nāra wa lā ‘an ẓuhūrihim wa lā hum yunṣarūn(a).
Seandainya
orang-orang yang kufur itu mengetahui saat mereka tidak mampu
mengelakkan api neraka dari wajah dan punggung mereka dan saat mereka
tidak mendapat pertolongan, (tentulah mereka tidak meminta agar azab itu
disegerakan).
Bal ta'tīhim bagtatan fa tabhatuhum falā yastaṭī‘ūna raddahā wa lā hum yunẓarūn(a).
Sebenarnya
(hari Kiamat) itu akan datang kepada mereka secara tiba-tiba, lalu
menjadikan mereka panik. Maka, mereka tidak sanggup menolaknya dan tidak
pula diberi penangguhan (waktu).
Wa laqadistuhzi'a birusulim min qablika fa ḥāqa bil-lażīna sakhirū minhum mā kānū bihī yastahzi'ūn(a).
Sungguh,
rasul-rasul sebelum engkau (Nabi Muhammad) telah diperolok-olokkan,
lalu (karena itu) turunlah kepada orang-orang yang mencemooh mereka
(rasul-rasul) apa (azab) yang selalu mereka perolok-olokkan.
Qul may yakla'ukum bil-laili wan-nahāri minar-raḥmān(i), bal hum ‘an żikrihim mu‘riḍūn(a).
Katakanlah,
“Siapakah yang akan menjaga kamu pada waktu malam dan siang dari
(siksaan) Allah Yang Maha Pengasih?” Bahkan, mereka berpaling dari
mengingat Tuhan mereka.
Am lahum ālihatun tamna‘uhum min dūninā, lā yastaṭī‘ūna naṣra anfusihim wa lā hum minnā yuṣḥabūn(a).
Ataukah
mereka mempunyai tuhan-tuhan selain Kami yang dapat memelihara mereka
(dari azab Kami)? (Tuhan-tuhan mereka itu) tidak sanggup menolong diri
mereka sendiri dan tidak (pula) dilindungi dari (azab) Kami.
Bal
matta‘nā hā'ulā'i wa ābā'ahum ḥattā ṭāla ‘alaihimul-‘umur(u), afalā
yarauna annā na'til-arḍa nanquṣuhā min aṭrāfihā, afahumul-gālibūn(a).
Sebenarnya
Kami telah memberi mereka dan nenek moyang mereka kenikmatan (hidup di
dunia) hingga panjang usia mereka. Maka, tidakkah mereka melihat bahwa
Kami mendatangi negeri (yang berada di bawah kekuasaan orang kafir),
lalu Kami kurangi luasnya dari ujung-ujungnya? Merekakah yang menang?
Qul innamā unżirukum bil-waḥy(i), wa lā yasma‘uṣ-ṣummud-du‘ā'a iżā mā yunżarūn(a).
Katakanlah
(Nabi Muhammad), “Sesungguhnya aku hanya memperingatkanmu dengan
wahyu.” Akan tetapi, orang-orang tuli (musyrik) tidak mendengarkan
seruan bila mereka diberi peringatan.
Wa la'im massathum nafḥatum min ‘ażābi rabbika layaqūlunna yā wailanā innā kunnā ẓālimīn(a).
Jika
mereka ditimpa sedikit saja azab Tuhanmu, pastilah mereka berkata,
“Celakalah kami! Sesungguhnya kami adalah orang yang selalu menzalimi
(diri sendiri).”
Wa
naḍa‘ul-mawāzīnal-qisṭa liyaumil-qiyāmati falā tuẓlamu nafsun
syai'ā(n), wa in kāna miṡqāla ḥabbatim min khardalin atainā bihā, wa
kafā binā ḥāsibīn(a).
Kami
akan meletakkan timbangan (amal) yang tepat pada hari Kiamat, sehingga
tidak seorang pun dirugikan walaupun sedikit. Sekalipun (amal itu) hanya
seberat biji sawi, pasti Kami mendatangkannya. Cukuplah Kami sebagai
pembuat perhitungan.
Wa tallāhi la'akīdanna aṣnāmakum ba‘da an tuwallū mudbirīn(a).
(Nabi
Ibrahim berkata dalam hatinya,) “Demi Allah, sungguh, aku akan
melakukan tipu daya terhadap berhala-berhalamu setelah kamu pergi
meninggalkannya.”
Fa ja‘alahum jużāżan illā kabīral lahum la‘allahum ilaihi yarji‘ūn(a).
Dia
(Ibrahim) lalu menjadikan mereka (berhala-berhala itu) hancur
berkeping-keping, kecuali (satu patung) yang terbesar milik mereka agar
mereka kembali (untuk bertanya) kepadanya.
Mereka
(para penyembah berhala yang lain) berkata, “Kami mendengar seorang
pemuda yang mencela mereka (berhala-berhala). Dia dipanggil dengan nama
Ibrahim.”
Qāla bal fa‘alahū kabīruhum hāżā fas'alūhum in kānū yanṭiqūn(a).
Dia
(Ibrahim) menjawab, “Sebenarnya (patung) besar ini yang melakukannya.
Tanyakanlah kepada mereka (patung-patung lainnya) jika mereka dapat
berbicara.”
Fa raja‘ū ilā anfusihim fa qālū innakum antumuẓ-ẓālimūn(a).
Maka,
mereka kembali kepada diri mereka sendiri (mulai sadar) lalu berkata
(kepada sesama mereka), “Sesungguhnya kamulah yang menzalimi (diri
sendiri).”
Qāla afata‘budūna min dūnillāhi mā lā yanfa‘ukum syai'aw wa lā yaḍurrukum.
Dia
(Ibrahim) berkata, “Mengapa kamu menyembah sesuatu selain Allah yang
tidak dapat memberi manfaat sedikit pun dan tidak (pula) mendatangkan
mudarat kepada kamu?
Wa wahabnā lahū isḥāqa wa ya‘qūba nāfilah(tan), wa kullan ja‘alnā ṣāliḥīn(a).
Kami
juga menganugerahkan kepadanya (Ibrahim) Ishaq (anak) dan sebagai
tambahan (Kami anugerahkan pula) Ya‘qub (cucu). Masing-masing Kami
jadikan orang yang saleh.
Wa
ja‘alnāhum a'immatay yahdūna bi'amrinā wa auḥainā ilaihim
fi‘lal-khairāti wa iqāmaṣ-ṣalāti wa ītā'az-zakāh(ti), wa kānū lanā
‘ābidīn(a).
Kami
menjadikan mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk atas
perintah Kami dan Kami mewahyukan kepada mereka (perintah) berbuat
kebaikan, menegakkan salat, dan menunaikan zakat, serta hanya kepada
Kami mereka menyembah.
Wa
lūṭan ātaināhu ḥumkaw wa ‘ilmaw wa najjaināhu minal-qaryatil-latī kānat
ta‘malul-khabā'iṡ(a), innahum kānū qauma sau'in fāsiqīn(a).
Kepada
Lut, Kami menganugerahkan hikmah serta ilmu dan Kami menyelamatkannya
dari (azab yang telah menimpa penduduk) negeri (Sodom) yang melakukan
perbuatan keji. Sesungguhnya mereka adalah kaum yang jahat lagi fasik.
Wa naṣarnāhu minal-qaumil-lażīna każżabū bi'āyātinā, innahum kānū qauma sau'in fa agraqnāhum ajma‘īn(a).
Kami
menolongnya dari orang-orang yang telah mendustakan ayat-ayat Kami.
Sesungguhnya mereka adalah kaum yang jahat, maka Kami tenggelamkan
mereka semuanya.
Wa dāwūda wa sulaimāna iż yaḥkumāni fil-ḥarṡi iż nafasyat fīhi ganamul-qaum(i), wa kunnā liḥukmihim syāhidīn(a).
(Ingatlah)
Daud dan Sulaiman ketika mereka memberikan keputusan mengenai ladang
yang dirusak pada malam hari oleh kambing-kambing milik kaumnya. Kami
menyaksikan keputusan (yang diberikan) oleh mereka itu.491)
Catatan Kaki
491) Dalam peristiwa itu, Nabi Daud a.s. memberi putusan bahwa kambing-kambing itu harus diberikan kepada pemilik ladang sebagai ganti kerusakan ladangnya.
Fa
fahhamnāhā sulaimān(a), wa kullan ātainā ḥukmaw wa ‘ilmā(n), wa
sakhkharnā ma‘a dāwūdal-jibāla yusabbiḥna waṭ-ṭair(a), wa kunnā
fā‘ilīn(a).
Lalu, Kami memberi pemahaman kepada Sulaiman (tentang keputusan yang lebih tepat).492)
Kepada masing-masing (Daud dan Sulaiman) Kami memberi hikmah dan ilmu.
Kami menundukkan gunung-gunung dan burung-burung untuk bertasbih bersama
Daud. Kamilah yang melakukannya.
Catatan Kaki
492) Berbeda dari putusan Nabi Daud a.s., Nabi Sulaiman a.s. memutuskan agar kambing-kambing itu diserahkan sementara kepada pemilik tanaman untuk diambil manfaatnya. Pemilik kambing diharuskan mengganti tanaman itu dengan tanaman yang baru. Apabila tanaman yang baru telah dapat diambil hasilnya, pemilik kambing itu boleh mengambil kambingnya kembali. Putusan Nabi Sulaiman a.s. inilah yang lebih tepat.
Kami
mengajarkan pula kepada Daud cara membuat baju besi untukmu guna
melindungimu dari serangan musuhmu (dalam peperangan). Maka, apakah kamu
bersyukur (kepada Allah)?
Wa lisulaimānar-rīḥa ‘āṣifatan tajrī bi'amrihī ilal-arḍil-latī bāraknā fīhā, wa kunnā bikulli syai'in ‘ālimīn(a).
(Kami
menundukkan) pula untuk Sulaiman angin yang sangat kencang tiupannya
yang berembus dengan perintahnya ke negeri yang Kami beri berkah
padanya. Kami Maha Mengetahui segala sesuatu.
Wa minasy-syayāṭīna may yagūṣūna lahū wa ya‘malūna ‘amalan dūna żālik(a), wa kunnā lahum ḥāfiẓīn(a).
(Kami
tundukkan pula kepada Sulaiman) segolongan setan yang menyelam (ke
dalam laut) untuknya dan mengerjakan pekerjaan selain itu. Kamilah yang
memelihara mereka itu.
Wa ayyūba iż nādā rabbahū annī massaniyaḍ-ḍurru wa anta arḥamur-rāḥimīn(a).
(Ingatlah)
Ayyub ketika dia berdoa kepada Tuhannya, “(Ya Tuhanku,) sesungguhnya
aku telah ditimpa penyakit, padahal Engkau Tuhan Yang Maha Penyayang
dari semua yang penyayang.”
Fastajabnā
lahū fa kasyafnā mā bihī min ḍurriw wa ātaināhu ahlahū wa miṡlahum
ma‘ahum raḥmatam min ‘indinā wa żikrā lil-‘ābidīn(a).
Maka,
Kami mengabulkan (doa)-nya, lalu Kami lenyapkan penyakit yang ada
padanya, Kami mengembalikan keluarganya kepadanya, dan (Kami
melipatgandakan jumlah mereka) sebagai suatu rahmat dari Kami dan
pengingat bagi semua yang menyembah (Kami).
Wa
żan-nūni iż żahaba mugāḍiban fa ẓanna allan naqdira ‘alaihi fa nādā
fiẓ-ẓulumāti allā ilāha illā anta subḥānaka innī kuntu minaẓ-ẓālimīn(a).
(Ingatlah
pula) Zun Nun (Yunus) ketika dia pergi dalam keadaan marah, lalu dia
menyangka bahwa Kami tidak akan menyulitkannya. Maka, dia berdoa dalam
kegelapan yang berlapis-lapis,493) “Tidak ada tuhan selain Engkau. Maha Suci Engkau. Sesungguhnya aku termasuk orang-orang zalim.”
Catatan Kaki
493) Maksudnya adalah kegelapan perut ikan, kegelapan laut yang dalam, dan kegelapan malam hari.
Wa zakariyyā iż nādā rabbahū rabbi lā tażarnī fardaw wa anta khairul-wāriṡīn(a).
(Ingatlah)
Zakaria ketika dia berdoa kepada Tuhannya, “Ya Tuhanku, janganlah
Engkau biarkan aku hidup seorang diri (tanpa keturunan), sedang Engkau
adalah sebaik-baik waris.494)
Catatan Kaki
494) Sekiranya Allah Swt. tidak mengabulkan doanya, yakni memberi keturunan, Nabi Zakaria a.s. akan berserah diri kepada Allah Swt. karena Allah Swt. adalah waris yang terbaik.
Fastajabnā
lah(ū), wa wahabnā lahū yaḥyā wa aṣlaḥnā lahū zaujah(ū), innahum kānū
yusāri‘ūna fil-khairāti wa yad‘ūnanā ragabaw wa rahabā(n), wa kānū lanā
khāsyi‘īn(a).
Maka,
Kami mengabulkan (doa)-nya, menganugerahkan Yahya kepadanya, dan
menjadikan istrinya (dapat mengandung). Sesungguhnya mereka selalu
bersegera dalam (mengerjakan) kebaikan dan berdoa kepada Kami dengan
penuh harap dan cemas. Mereka adalah orang-orang yang khusyuk kepada
Kami.
Wal-latī aḥṣanat farjahā fa nafakhnā fīhā mir rūḥinā wa ja‘alnāhā wabnahā āyatal lil-‘ālamīn(a).
(Ingatlah
pula Maryam) yang memelihara kehormatannya, lalu Kami meniupkan (roh)
dari Kami ke dalam (tubuh)-nya. Kami menjadikan dia dan anaknya sebagai
tanda (kebesaran Kami) bagi seluruh alam.
Wa ḥarāmun ‘alā qaryatin ahlaknāhā, innahum lā yarji‘ūn(a).
Mustahil bagi (penduduk) suatu negeri yang telah Kami binasakan akan kembali (ke dunia),495)
Catatan Kaki
495) Menurut sebagian mufasir, ayat ini juga bisa diartikan dengan, ‘Mustahil bagi (penduduk) suatu negeri yang telah Kami binasakan bahwa mereka tidak akan kembali (kepada Kami di akhirat untuk dihisab)’.
Waqtarabal-wa‘dul-ḥaqqu
fa iżā hiya syākhiṣatun abṣārul-lażīna kafarū, yā wailanā qad kunnā fī
gaflatim min hāżā bal kunnā ẓālimīn(a).
(Apabila)
janji yang benar (yakni hari Kiamat) telah makin dekat, tiba-tiba mata
orang-orang yang kufur terbelalak. (Mereka berkata,) “Alangkah celakanya
kami! Kami benar-benar lengah tentang ini, bahkan kami adalah
orang-orang zalim.”
Lā yaḥzunuhumul-faza‘ul-akbaru wa tatalaqqāhumul-malā'ikah(tu), hāżā yaumukumul-lażī kuntum tū‘adūn(a).
Kejutan
yang dahsyat (hari Kiamat) tidak membuat mereka sedih dan para malaikat
akan menyambut mereka (dengan ucapan), “Inilah harimu yang telah
dijanjikan kepadamu.”
(Ingatlah)
hari ketika Kami menggulung langit seperti (halnya) gulungan
lembaran-lembaran catatan. Sebagaimana Kami telah memulai penciptaan
pertama, begitulah Kami akan mengulanginya lagi. (Itu adalah) janji yang
pasti Kami tepati. Sesungguhnya Kami akan melaksanakannya.
Wa laqad katabnā fiz-zabūri mim ba‘diż-żikri annal-arḍa yariṡuhā ‘ibādiyaṣ-ṣāliḥūn(a).
Sungguh, Kami telah menuliskan di dalam Zabur496) setelah (tertulis) di dalam aż-Żikr (Lauhulmahfuz) bahwa bumi ini akan diwarisi oleh hamba-hamba-Ku yang saleh.
Catatan Kaki
496) Sebagian mufasir menyatakan bahwa Zabur adalah kitab yang diturunkan kepada Nabi Daud a.s., sedangkan aż-Żikr adalah kitab Taurat. Menurut yang lain, Zabur adalah kitab-kitab yang diturunkan Allah Swt. kepada nabi-nabi setelah ditulis di Lauhulmahfuz.
106
اِنَّ فِيْ هٰذَا لَبَلٰغًا لِّقَوْمٍ عٰبِدِيْنَ ۗ
Inna fī hāżā labalāgal liqaumin ‘ābidīn(a).
Sesungguhnya di dalam (Al-Qur’an) ini benar-benar terdapat pesan (yang jelas) bagi kaum penyembah (Allah).
Katakanlah
(Nabi Muhammad), “Sesungguhnya yang diwahyukan kepadaku hanyalah
(ketetapan) bahwa Tuhanmu adalah Tuhan Yang Maha Esa. Maka, apakah kamu
telah berserah diri (kepada-Nya)?”
Fa in tawallau fa qul āżantukum ‘alā sawā'(in), wa in adrī aqarībun am ba‘īdum mā tū‘adūn(a).
Maka,
jika mereka berpaling, katakanlah (Nabi Muhammad), “Aku telah
menyampaikan kepadamu (seluruh ajaran sehingga kita mempunyai
pengetahuan) yang sama. Aku tidak mengetahui apakah yang diancamkan
kepadamu itu sudah dekat atau masih jauh.”
Qāla rabbiḥkum bil-ḥaqq(i), wa rabbunar-raḥmānul-musta‘ānu ‘alā mā taṣifūn(a).
Dia
(Nabi Muhammad) berkata, “Ya Tuhanku, berilah keputusan dengan adil.
Tuhan kami adalah Tuhan Yang Maha Pengasih (dan) yang dimintai segala
pertolongan atas semua yang kamu katakan.”
Traktir creator minum kopi dengan cara memberi sedikit donasi. Silahkan Pilih Metode Pembayaran