Sūratun anzalnāhā wa faraḍnāhā wa anzalnā fīhā āyātim bayyinātil la‘allakum tażakkarūn(a).
(Inilah)
surah yang Kami turunkan, Kami wajibkan (menjalankan hukum-hukum)-nya,
dan Kami turunkan di dalamnya ayat-ayat yang jelas agar kamu mengambil
pelajaran.
Pezina
perempuan dan pezina laki-laki, deralah masing-masing dari keduanya
seratus kali dan janganlah rasa belas kasihan kepada keduanya mencegah
kamu untuk (melaksanakan) agama (hukum) Allah jika kamu beriman kepada
Allah dan hari Akhir. Hendaklah (pelaksanaan) hukuman atas mereka
disaksikan oleh sebagian orang-orang mukmin.
Az-zānī
lā yankiḥu illā zāniyatan au musyrikah(tan), waz-zāniyatu lā yankiḥuhā
illā zānin au musyrik(un), wa ḥurrima żālika ‘alal-mu'minīn(a).
Pezina
laki-laki tidak pantas menikah, kecuali dengan pezina perempuan atau
dengan perempuan musyrik dan pezina perempuan tidak pantas menikah,
kecuali dengan pezina laki-laki atau dengan laki-laki musyrik. Yang
demikian itu diharamkan bagi orang-orang mukmin.
Wal-lażīna
yarmūnal-muḥṣanāti ṡumma lam ya'tū bi'arba‘ati syuhadā'a fajlidūhum
ṡamānīna jaldataw wa lā taqbalū lahum syahādatan abadā(n), wa ulā'ika
humul-fāsiqūn(a).
Orang-orang
yang menuduh (berzina terhadap) perempuan yang baik-baik dan mereka
tidak mendatangkan empat orang saksi, maka deralah mereka (para penuduh
itu) delapan puluh kali dan janganlah kamu menerima kesaksian mereka
untuk selama-lamanya. Mereka itulah orang-orang yang fasik,
Wal-lażīna
yarmūna azwājahum wa lam yakul lahum syuhadā'u illā anfusuhum fa
syahādatu aḥadihim arba‘u syahādātim billāh(i), innahū
laminaṣ-ṣādiqīn(a).
Orang-orang
yang menuduh istrinya berzina, padahal mereka tidak mempunyai
saksi-saksi selain diri mereka sendiri, maka kesaksian masing-masing
orang itu ialah empat kali bersumpah atas (nama) Allah, bahwa
sesungguhnya dia termasuk orang yang benar.
Wal-khāmisatu anna la‘natallāhi ‘alaihi in kāna minal-kāżibīn(a).
(Sumpah) yang kelima adalah bahwa laknat Allah atasnya jika dia termasuk orang-orang yang berdusta.514)
Catatan Kaki
514) Seorang suami yang menuduh istrinya berbuat zina, tetapi tidak dapat menghadirkan empat orang saksi, harus bersumpah dengan nama Allah Swt. sebanyak empat kali bahwa tuduhannya adalah benar adanya. Kemudian, dia bersumpah sekali lagi bahwa dia siap menerima laknat Allah jika dia berdusta. Masalah ini dalam fikih dikenal dengan lian.
Wa yadra'u ‘anhal-‘ażāba an tasyhada arba‘a syahādātim billāhi innahū laminal-kāżibīn(a).
Istri
itu terhindar dari hukuman apabila dia bersumpah empat kali atas (nama)
Allah bahwa dia (suaminya) benar-benar termasuk orang-orang yang
berdusta,
Wa lau lā faḍlullāhi ‘alaikum wa raḥmatuhū wa annallāha tawwābun ḥakīm(un).
Seandainya
bukan karena karunia Allah dan rahmat-Nya kepadamu dan (bukan karena)
Allah Maha Penerima Tobat lagi Maha Bijaksana, (niscaya kamu akan
menemui kesulitan).
Sesungguhnya
orang-orang yang membawa berita bohong itu adalah kelompok di antara
kamu (juga). Janganlah kamu mengira bahwa peristiwa itu buruk bagimu,
sebaliknya itu baik bagimu. Setiap orang dari mereka akan mendapat
balasan dari dosa yang diperbuatnya. Adapun orang yang mengambil peran
besar di antara mereka, dia mendapat azab yang sangat berat.515)
Catatan Kaki
515) Berita bohong ini mengenai ‘Aisyah r.a., Ummul Mukminin, setelah perang dengan Bani Mustaliq pada bulan Syakban 5 H. Perang itu diikuti kaum munafik dan turut pula ‘Aisyah r.a. dengan Nabi saw. berdasarkan undian yang diadakan di antara istri-istri beliau. Dalam perjalanan kembali, mereka berhenti pada suatu tempat. ‘Aisyah r.a. keluar dari sekedupnya untuk suatu keperluan, kemudian kembali. Tiba-tiba dia merasa kalungnya hilang, lalu dia pun mencarinya. Sementara itu, rombongan berangkat dengan persangkaan bahwa ‘Aisyah r.a. masih ada dalam sekedup. Setelah ‘Aisyah r.a. mengetahui sekedupnya sudah berangkat, dia duduk di tempatnya dan berharap sekedup itu akan kembali menjemputnya. Secara kebetulan, seorang sahabat Nabi bernama Safwan bin Mu‘attal lewat di tempat itu dan menemukan seseorang yang sedang tidur sendirian. Safwan terkejut seraya mengucapkan, “Innā lillāhi wa innā ilaihi rāji‘ūn, istri Rasul!” ‘Aisyah r.a. terbangun. Lalu, Safwan mempersilakan ‘Aisyah menaiki untanya. Safwan berjalan menuntun unta sampai Madinah. Orang-orang yang melihat mereka membicarakannya menurut pendapat masing-masing. Mulailah timbul desas-desus. Kemudian, kaum munafik membesar-besarkannya. Maka, fitnah atas ‘Aisyah r.a. itu pun bertambah luas sehingga menimbulkan keguncangan di kalangan kaum muslim.
Lau lā iż sami‘tumūhu ẓannal-mu'minūna wal-mu'minātu bi'anfusihim khairā(n), wa qālū hāżā ifkum mubīn(un).
Mengapa
orang-orang mukmin dan mukminat tidak berbaik sangka terhadap kelompok
mereka sendiri, ketika kamu mendengar berita bohong itu, dan berkata,
“Ini adalah (berita) bohong yang nyata?”
Lau lā jā'ū ‘alaihi bi'arba‘ati syuhadā'(a), fa iż lam ya'tū bisy-syuhadā'i fa ulā'ika ‘indallāhi humul-kāżibūn(a).
Mengapa
mereka (yang menuduh itu) tidak datang membawa empat saksi? Karena
tidak membawa saksi-saksi, mereka itu adalah para pendusta dalam
pandangan Allah.
Wa lau lā faḍlullāhi ‘alaikum wa raḥmatuhū fid-dun-yā wal-ākhirati lamassakum fīmā afaḍtum fīhi ‘ażābun ‘aẓīm(un).
Seandainya
bukan karena karunia Allah dan rahmat-Nya kepadamu di dunia dan di
akhirat, niscaya kamu ditimpa azab yang sangat berat disebabkan oleh
pembicaraan kamu tentang (berita bohong) itu.
Iż
talaqqaunahū bi'alsinatikum wa taqūlūna bi'afwāhikum mā laisa lakum
bihī ‘ilmuw wa taḥsabūnahū hayyinā(n), wa huwa ‘indallāhi ‘aẓīm(un).
(Ingatlah)
ketika kamu menerima (berita bohong) itu dari mulut ke mulut; kamu
mengatakan dengan mulutmu apa yang tidak kamu ketahui sedikit pun; dan
kamu menganggapnya remeh, padahal dalam pandangan Allah itu masalah
besar.
Wa lau lā iż sami‘tumūhu qultum mā yakūnu lanā an natakallama bihāżā, subḥānaka hāżā buhtānun ‘aẓīm(un).
Mengapa
ketika mendengarnya (berita bohong itu), kamu tidak berkata, “Tidak
pantas bagi kita membicarakan ini. Maha Suci Engkau. Ini adalah
kebohongan yang besar.”
Innal-lażīna
yuḥibbūna an tasyī‘al-fāḥisyatu fil-lażīna āmanū lahum ‘ażābun
alīm(un), fid-dun-yā wal-ākhirah(ti), wallāhu ya‘lamu wa antum lā
ta‘lamūn(a).
Sesungguhnya
orang-orang yang senang atas tersebarnya (berita bohong) yang sangat
keji itu di kalangan orang-orang yang beriman, mereka mendapat azab yang
sangat pedih di dunia dan di akhirat. Allah mengetahui, sedangkan kamu
tidak mengetahui.
Wa lau lā faḍlullāhi ‘alaikum wa raḥmatuhū wa annallāha ra'ūfur raḥīm(un).
Kalau
bukan karena karunia Allah dan rahmat-Nya kepadamu dan (bukan karena)
Allah Maha Penyantun lagi Maha Penyayang, (niscaya kamu akan ditimpa
azab yang besar).
Yā
ayyuhal-lażīna āmanū lā tattabi‘ū khuṭuwātisy-syaiṭān(i), wa may
yattabi‘ khuṭuwātisy-syaiṭāni fa innahū ya'muru bil-faḥsyā'i
wal-munkar(i), wa lau lā faḍlullāhi ‘alaikum wa raḥmatuhū mā zakā minkum
min aḥadin abadā(n), wa lākinnallāha yuzakkī may yasyā'(u), wallāhu
samī‘un ‘alīm(un).
Wahai
orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengikuti langkah-langkah
setan! Siapa yang mengikuti langkah-langkah setan, maka sesungguhnya dia
(setan) menyuruh (manusia mengerjakan perbuatan) yang keji dan mungkar.
Kalau bukan karena karunia Allah dan rahmat-Nya kepadamu, niscaya tidak
seorang pun di antara kamu bersih (dari perbuatan keji dan mungkar itu)
selama-lamanya. Akan tetapi, Allah membersihkan siapa yang Dia
kehendaki. Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
Wa
lā ya'tali ulul-faḍli minkum was-sa‘ati ay yu'tū ulil-qurbā
wal-masākīna wal-muhājirīna fī sabīlillāh(i), wal ya‘fū wal yaṣfaḥū, alā
tuḥibbūna ay yagfirallāhu lakum, wallāhu gafūrur raḥīm(un).
Janganlah
orang-orang yang mempunyai kelebihan dan kelapangan (rezeki) di antara
kamu bersumpah (tidak) akan memberi (bantuan) kepada kerabat(-nya),
orang-orang miskin, dan orang-orang yang berhijrah di jalan Allah.
Hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak suka
bahwa Allah mengampunimu? Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Innal-lażīna yarmūnal-muḥṣanātil-gāfilātil-mu'mināti lu‘inū fid-dun-yā wal-ākhirah(ti), wa lahum ‘ażābun ‘aẓīm(un).
Sesungguhnya orang-orang yang menuduh perempuan baik-baik, polos,516) dan beriman (dengan tuduhan berzina), mereka dilaknat di dunia dan di akhirat dan mereka akan mendapat azab yang besar
Catatan Kaki
516) Yang dimaksud dengan perempuan-perempuan yang polos adalah perempuan-perempuan yang tidak pernah sekali pun tebersit dalam pikirannya untuk berbuat keji.
Yauma'iżiy yuwaffīhimullāhu dīnahumul-ḥaqqa wa ya‘lamūna annallāha huwal-ḥaqqul-mubīn(u).
Pada
hari itu Allah menyempurnakan balasan yang sebenarnya bagi mereka dan
mereka mengetahui bahwa sesungguhnya Allah Maha Benar lagi Maha
Menjelaskan.
Perempuan-perempuan
yang keji untuk laki-laki yang keji dan laki-laki yang keji untuk
perempuan-perempuan yang keji (pula), sedangkan perempuan-perempuan yang
baik untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik untuk
perempuan-perempuan yang baik (pula). Mereka (yang baik) itu bersih dari
apa yang dituduhkan orang. Bagi mereka ampunan dan rezeki yang mulia.517)
Catatan Kaki
517) Ayat ini menunjukkan kesucian ‘Aisyah r.a. dan Safwan dari segala tuduhan yang ditujukan kepada mereka. Rasulullah adalah orang yang paling baik. Maka, perempuan yang baik pulalah yang menjadi istri beliau.
Wahai
orang-orang yang beriman, janganlah memasuki rumah yang bukan rumahmu
sebelum meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya. Demikian itu
lebih baik bagimu agar kamu mengambil pelajaran.
Fa
illam tajidū fīhā aḥadan falā tadkhulūhā ḥattā yu'żana lakum wa in qīla
lakumurji‘ū farji‘ū huwa azkā lakum, wallāhu bimā ta‘malūna ‘alīm(un).
Jika
kamu tidak menemui seorang pun di dalamnya, janganlah masuk sebelum
mendapat izin. Jika dikatakan kepadamu, “Kembalilah,” (hendaklah) kamu
kembali. Itu lebih suci bagimu. Allah Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan.
Laisa ‘alaikum junāḥun an tadkhulū buyūtan gaira maskūnatin fīhā matā‘ul lakum, wallāhu ya‘lamu mā tubdūna wa mā taktumūn(a).
Tidak
ada dosa atasmu memasuki rumah yang tidak dihuni (sebagai tempat umum)
yang di dalamnya ada kepentingan kamu; Allah mengetahui apa yang kamu
nyatakan dan apa yang kamu sembunyikan.
Qul lil-mu'minīna yaguḍḍū min abṡārihim wa yaḥfaẓū furūjahum, żālika azkā lahum, innallāha khabīrum bimā yaṣna‘ūn(a).
Katakanlah
kepada laki-laki yang beriman hendaklah mereka menjaga pandangannya dan
memelihara kemaluannya. Demikian itu lebih suci bagi mereka.
Sesungguhnya Allah Maha Teliti terhadap apa yang mereka perbuat.
Wa
qul lil-mu'mināti yagḍuḍna min abṡārihinna wa yaḥfaẓna furūjahunna wa
lā yubdīna zīnatahunna illā mā ẓahara minhā walyaḍribna bikhumurihinna
‘alā juyūbihinn(a), wa lā yubdīna zīnatahunna illā libu‘ūlatihinna au
ābā'ihinna au abnā'ihinna au abnā'i bu‘ūlatihinna au ikhwānihinna au
banī ikhwānihinna au nisā'ihinna au mā malakat aimānuhunna awit-tābi‘īna
gairi ulil-irbati minar-rijāli awiṭ-ṭiflil-lażīna lam yaẓharū ‘alā
‘aurātin-nisā'(i), wa lā yaḍribna bi'arjulihinna liyu‘lama mā yukhfīna
min zīnatihinn(a), wa tūbū ilallāhi jamī‘an ayyuhal-mu'minūna
la‘allakum tufliḥūn(a).
Katakanlah
kepada para perempuan yang beriman hendaklah mereka menjaga
pandangannya, memelihara kemaluannya, dan janganlah menampakkan
perhiasannya (bagian tubuhnya), kecuali yang (biasa) terlihat. Hendaklah
mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya. Hendaklah pula mereka tidak
menampakkan perhiasannya (auratnya), kecuali kepada suami mereka, ayah
mereka, ayah suami mereka, putra-putra mereka, putra-putra suami mereka,
saudara-saudara laki-laki mereka, putra-putra saudara laki-laki mereka,
putra-putra saudara perempuan mereka, para perempuan (sesama muslim),
hamba sahaya yang mereka miliki, para pelayan laki-laki (tua) yang tidak
mempunyai keinginan (terhadap perempuan), atau anak-anak yang belum
mengerti tentang aurat perempuan. Hendaklah pula mereka tidak
mengentakkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan.
Bertobatlah kamu semua kepada Allah, wahai orang-orang yang beriman,
agar kamu beruntung.
Wa
ankiḥul-ayāmā minkum waṣ-ṣāliḥīna min ‘ibādikum wa imā'ikum, iy yakūnū
fuqarā'a yugnihimullāhu min faḍlih(ī), wallāhu wāsi‘un ‘alīm(un).
Nikahkanlah
orang-orang yang masih membujang di antara kamu dan juga orang-orang
yang layak (menikah) dari hamba-hamba sahayamu, baik laki-laki maupun
perempuan. Jika mereka miskin, Allah akan memberi kemampuan kepada
mereka dengan karunia-Nya. Allah Maha Luas (pemberian-Nya) lagi Maha
Mengetahui.
Walyasta‘fifil-lażīna
lā yajidūna nikāḥan ḥattā yugniyahumullāhu min faḍlih(ī), wal-lażīna
yabtagūnal-kitāba mimmā malakat aimānukum fa kātibūhum in ‘alimtum fīhim
khairaw wa ātūhum mim mālillāhil-lażī ātākum, wa lā tukrihū fatayātikum
‘alal-bigā'i in aradna taḥaṣṣunal litabtagū ‘araḍal-ḥayātid-dun-yā, wa
may yukrihhunna fa innallāha mim ba‘di ikrāhihinna gafūrur raḥīm(un).
Orang-orang
yang tidak mampu menikah, hendaklah menjaga kesucian (diri)-nya sampai
Allah memberi kemampuan kepada mereka dengan karunia-Nya. (Apabila)
hamba sahaya yang kamu miliki menginginkan perjanjian (kebebasan),
hendaklah kamu buat perjanjian dengan mereka jika kamu mengetahui ada
kebaikan pada mereka. Berikanlah kepada mereka sebagian harta Allah yang
dikaruniakan-Nya kepadamu. Janganlah kamu paksa hamba sahaya
perempuanmu untuk melakukan pelacuran, jika mereka sendiri menginginkan
kesucian, karena kamu hendak mencari keuntungan kehidupan duniawi. Siapa
yang memaksa mereka, maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang (kepada mereka) setelah mereka dipaksa.
Wa laqad anzalnā ilaikum āyātim mubayyinātiw wa maṡalam minal-lażīna khalau min qablikum wa mau‘iẓatal lil-muttaqīn(a).
Sungguh,
Kami benar-benar telah menurunkan kepada kamu ayat-ayat yang memberi
penjelasan, contoh-contoh dari orang-orang yang terdahulu sebelum kamu,
dan pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa.
Allāhu
nūrus-samāwāti wal-arḍ(i), maṡalu nūrihī kamisykātin fīhā miṣbāḥ(un),
al-miṣbāḥu fī zujājah(tin), az-zujājatu ka'annahā kaukabun durriyyuy
yūqadu min syajaratim mubārakatin zaitūnatil lā syarqiyyatiw wa lā
garbiyyah(tin), yakādu zaituhā yuḍī'u wa lau lam tamsashu nār(un), nūrun
‘alā nūr(in), yahdillāhu linūrihī may yasyā'(u), wa
yaḍribullāhul-amṡāla lin-nās(i), wallāhu bikulli syai'in ‘alīm(un).
Allah (pemberi) cahaya (pada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya-Nya seperti sebuah lubang (pada dinding) yang tidak tembus518)
yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam tabung kaca
(dan) tabung kaca itu bagaikan bintang (yang berkilauan seperti)
mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang diberkahi,
(yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di timur dan tidak pula di barat,519)
yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi walaupun tidak disentuh
api. Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis). Allah memberi petunjuk
menuju cahaya-Nya kepada orang yang Dia kehendaki. Allah membuat
perumpamaan-perumpamaan bagi manusia. Allah Maha Mengetahui segala
sesuatu.
Catatan Kaki
518) Lubang yang tidak tembus (misykāt) ialah suatu lubang di dinding rumah yang tidak tembus sampai ke sebelahnya, yang biasanya digunakan untuk tempat menaruh lampu atau barang-barang lainnya.
519) Pohon zaitun itu tumbuh di puncak bukit. Pohon itu mendapat sinar matahari, sejak terbit hingga menjelang terbenam, sehingga tumbuh subur dan buahnya menghasilkan minyak yang baik.
Fī buyūtin ażinallāhu an turfa‘a wa yużkara fīhasmuh(ū), yusabbiḥu lahū fīhā bil-guduwwi wal-āṣāl(i).
(Cahaya
itu ada) di rumah-rumah yang telah Allah perintahkan untuk dimuliakan
dan disebut di dalamnya nama-Nya. Di dalamnya senantiasa bertasbih520) kepada-Nya pada waktu pagi dan petang
Catatan Kaki
520) Yang bertasbih ialah orang yang disebut pada ayat 37.
Rijālul
lā tulhīhim tijāratuw wa lā bai‘un ‘an żikrillāhi wa iqāmiṣ-ṣalāti wa
ītā'iz-zakāh(ti), yakhāfūna yauman tataqallabu fīhil-qulūbu
wal-abṣār(u).
orang-orang
yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan jual beli dari mengingat
Allah, melaksanakan salat, dan menunaikan zakat. Mereka takut kepada
hari ketika hati dan penglihatan menjadi guncang (hari Kiamat).
Liyajziyahumullāhu aḥsana mā ‘amilū wa yazīduhum min faḍlih(ī), wallāhu yarzuqu may yasyā'u bigairi ḥisāb(in).
(Mereka
melakukan itu) agar Allah memberi balasan kepada mereka yang lebih baik
daripada apa yang telah mereka kerjakan dan agar Dia menambah
karunia-Nya kepada mereka. Allah menganugerahkan rezeki kepada siapa
saja yang Dia kehendaki tanpa batas.
Orang-orang
yang kufur, amal perbuatan mereka seperti fatamorgana di tanah yang
datar. Orang-orang yang dahaga menyangkanya air, hingga apabila ia
mendatanginya, ia tidak menjumpai apa pun. (Sebaliknya,) ia mendapati
(ketetapan) Allah (baginya) di sana, lalu Dia memberikan kepadanya
perhitungan (amal-amal) dengan sempurna. Allah sangat cepat
perhitungan-Nya.521)
Catatan Kaki
521) Orang-orang kafir, karena amal-amal mereka tidak didasarkan atas iman, tidaklah mendapat balasan dari Allah Swt. di akhirat, walaupun di dunia mereka mengira akan mendapat balasan atas amal mereka itu.
Au
kaẓulumātin fī baḥril lujjiyyiy yagsyāhu maujum min fauqihī maujum min
fauqihī saḥāb(un), ẓulumātum ba‘ḍuhā fauqa ba‘ḍ(in), iżā akhraja yadahū
lam yakad yarāhā, wa mal lam yaj‘alillāhu lahū nūran famā lahū min
nūr(in).
Atau,
(amal perbuatan orang-orang yang kufur itu) seperti gelap gulita di
lautan yang dalam, yang diliputi oleh gelombang demi gelombang yang di
atasnya ada awan gelap. Itulah gelap gulita yang berlapis-lapis. Apabila
dia mengeluarkan tangannya, ia benar-benar tidak dapat melihatnya.
Siapa yang tidak diberi cahaya (petunjuk) oleh Allah, maka dia tidak
mempunyai cahaya sedikit pun.
Alam
tara annallāha yusabbiḥu lahū man fis-samāwāti wal-arḍi waṭ-ṭairu
ṣāffāt(in), kullun qad ‘alima ṣalātahū wa tasbīḥah(ū), wallāhu ‘alīmum
bimā yaf‘alūn(a).
Tidakkah
engkau (Nabi Muhammad) tahu bahwa sesungguhnya kepada Allahlah apa yang
di langit dan di bumi dan burung-burung yang merentangkan sayapnya
senantiasa bertasbih. Masing-masing sungguh telah mengetahui doa dan
tasbihnya. Allah Maha Mengetahui apa yang mereka lakukan.
Alam
tara annallāha yuzjī saḥāban ṡumma yu'allifu bainahū ṡumma yaj‘aluhū
rukāman fa taral-wadqa yakhruju min khilālih(ī), wa yunazzilu
minas-samā'i min jibālin fīhā mim baradin fa yuṣību bihī may yasyā'u wa
yaṣrifuhū ‘am may yasyā'(u), yakādu sanā barqihī yażhabu bil-abṣār(i).
Tidakkah
engkau melihat bahwa sesungguhnya Allah mengarahkan awan secara
perlahan, kemudian mengumpulkannya, lalu menjadikannya bertumpuk-tumpuk.
Maka, engkau melihat hujan keluar dari celah-celahnya. Dia (juga)
menurunkan (butiran-butiran) es dari langit, (yaitu) dari
(gumpalan-gumpalan awan seperti) gunung-gunung. Maka, Dia menimpakannya
(butiran-butiran es itu) kepada siapa yang Dia kehendaki dan
memalingkannya dari siapa yang Dia kehendaki. Kilauan kilatnya
hampir-hampir menghilangkan penglihatan.
Allah
menjadikan malam dan siang silih berganti. Sesungguhnya pada yang
demikian itu pasti terdapat pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai
penglihatan (yang tajam).
Wallāhu
khalaqa kulla dābbatim mim mā'(in), fa minhum may yamsyī ‘alā
baṭinih(ī), wa minhum may yamsyī ‘alā rijlain(i), wa minhum may yamsyī
‘alā arba‘(in), yakhluqullāhu mā yasyā'(u), innallāha ‘alā kulli syai'in
qadīr(un).
Allah
menciptakan semua jenis hewan dari air. Sebagian berjalan dengan
perutnya, sebagian berjalan dengan dua kaki, dan sebagian (yang lain)
berjalan dengan empat kaki. Allah menciptakan apa yang Dia kehendaki.
Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Sungguh,
Kami telah menurunkan ayat-ayat yang memberi penjelasan. Allah memberi
petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki ke jalan yang lurus
(berdasarkan kesiapannya untuk menerima petunjuk).
Wa
yaqūlūna āmannā billāhi wa bir-rasūli wa aṭa‘nā ṡumma yatawallā farīqum
minhum mim ba‘di żālik(a), wa mā ulā'ika bil-mu'minīn(a).
Mereka
(orang-orang munafik) berkata, “Kami telah beriman kepada Allah dan
Rasul (Nabi Muhammad) dan kami menaati (keduanya).” Kemudian, sebagian
dari mereka berpaling setelah itu. Mereka itu bukanlah orang-orang
mukmin.
Afī qulūbihim maraḍun amirtābū am yakhāfūna ay yaḥīfallāhu ‘alaihim wa rasūluh(ū), bal ulā'ika humuẓ-ẓālimūn(a).
Apakah
(sikap mereka yang demikian itu karena) dalam hati mereka ada penyakit
atau (karena) mereka ragu-ragu ataukah (karena) takut kalau-kalau Allah
dan Rasul-Nya berbuat zalim kepada mereka? Sebaliknya, mereka itulah
orang-orang yang zalim.
Innamā
kāna qaulal-mu'minīna iżā du‘ū ilallāhi wa rasūlihī liyaḥkuma bainahum
ay yaqūlū sami‘nā wa aṭa‘nā, wa ulā'ika humul-mufliḥūn(a).
Sesungguhnya
yang merupakan ucapan orang-orang mukmin, apabila mereka diajak kepada
Allah dan Rasul-Nya agar ia memutuskan (perkara) di antara mereka,522) hanyalah, “Kami mendengar dan kami taat.” Mereka itulah orang-orang beruntung.
Catatan Kaki
522) Maksudnya, di antara kaum muslim sendiri atau di antara kaum muslim dan nonmuslim.
Mereka
bersumpah atas (nama) Allah dengan sungguh-sungguh bahwa jika engkau
menyuruh mereka (berperang), pastilah mereka akan berangkat. Katakanlah
(Nabi Muhammad), “Janganlah kamu bersumpah (karena yang diminta) adalah
ketaatan yang baik. Sesungguhnya Allah Maha Teliti terhadap apa yang
kamu kerjakan.”
Qul
aṭī‘ullāha wa aṭī‘ur-rasūl(a), fa in tawallau fa innamā ‘alaihi mā
ḥummila wa ‘alaikum mā ḥummiltum, wa in tuṭī‘ūhu tahtadū, wa mā ‘alar
rasūli illal-balāgul-mubīn(u).
Katakanlah,
“Taatlah kepada Allah dan taatlah kepada Rasul. Jika kamu berpaling,
sesungguhnya kewajiban Rasul (Nabi Muhammad) hanyalah apa yang
dibebankan kepadanya dan kewajiban kamu hanyalah apa yang dibebankan
kepadamu. Jika kamu taat kepadanya, niscaya kamu mendapat petunjuk.
Kewajiban Rasul hanyalah menyampaikan (amanat Allah) dengan jelas.”
Wa‘adallāhul-lażīna
āmanū minkum wa ‘amiluṣ-ṣāliḥāti layastakhlifannahum fil-arḍi
kamastakhlafal-lażīna min qablihim, wa layumakkinanna lahum
dīnahumul-lażirtaḍā lahum wa layubaddilannahum mim ba‘di khaufihim
amnā(n), ya‘budūnanī lā yusyrikūna bī syai'ā(n), wa man kafara ba‘da
żālika fa ulā'ika humul-fāsiqūn(a).
Allah
telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan yang
mengerjakan kebajikan bahwa Dia sungguh akan menjadikan mereka berkuasa
di bumi sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka
berkuasa; Dia sungguh akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah Dia
ridai; dan Dia sungguh akan mengubah (keadaan) mereka setelah berada
dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka menyembah-Ku dengan tidak
mempersekutukan-Ku dengan sesuatu apa pun. Siapa yang kufur setelah
(janji) tersebut, mereka itulah orang-orang fasik.
Lā taḥsabannal-lażīna kafarū mu‘jizīna fil-arḍ(i), wa ma'wāhumun-nār(u), wa labi'sal-maṣīr(u).
Janganlah
engkau mengira bahwa orang-orang yang kufur itu dapat melemahkan Allah
di bumi (sehingga dapat menghindar dari siksa-Nya). Tempat kembali
mereka (di akhirat) adalah neraka. Itulah seburuk-buruk tempat kembali.
Wahai
orang-orang yang beriman, hendaklah hamba sahaya (laki-laki dan
perempuan) yang kamu miliki dan orang-orang yang belum balig (dewasa) di
antara kamu meminta izin kepada kamu tiga kali, yaitu sebelum salat
Subuh, ketika kamu menanggalkan pakaian (luar)-mu di tengah hari, dan
setelah salat Isya. (Itu adalah) tiga (waktu yang biasanya) aurat
(terbuka) bagi kamu.523)
Tidak ada dosa bagimu dan tidak (pula) bagi mereka selain dari (tiga
waktu) itu. (Mereka) sering keluar masuk menemuimu. Sebagian kamu
(memang sering keluar masuk) atas sebagian yang lain. Demikianlah Allah
menjelaskan ayat-ayat kepadamu. Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Bijaksana.
Catatan Kaki
523) Maksudnya adalah tiga waktu ketika aurat sering terbuka. Oleh sebab itu, Allah Swt. melarang hamba sahaya dan anak-anak di bawah umur untuk masuk ke kamar tidur orang dewasa tanpa izin pada ketiga waktu tersebut.
Wa
iżā balagal-aṭfālu minkumul-ḥuluma falyasta'żinū kamasta'żanal-lażīna
min qablihim, każālika yubayyinullāhu lakum āyātih(ī),wallāhu ‘alīmun
ḥakīm(un).
Apabila
anak-anak di antaramu telah sampai umur dewasa, hendaklah mereka
meminta izin seperti halnya orang-orang yang (telah dewasa) sebelum
mereka (juga) meminta izin.524) Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayat-Nya kepadamu. Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.
Catatan Kaki
524) Anak-anak dari orang merdeka yang bukan mahram dan telah mencapai usia balig harus meminta izin terlebih dahulu jika hendak masuk ke kamar tidur orang tua, seperti cara orang-orang yang disebut pada ayat 27 dan 28 di surah ini.
Wal-qawā‘idu
minan-nisā'il-lātī lā yarjūna nikāḥan fa laisa ‘alaihinna junāḥun ay
yaḍa‘na ṡiyābahunna gaira mutabarrijātim bizīnah(tin), wa ay yasta‘fifna
khairul lahunn(a), wallāhu samī‘un ‘alīm(un).
Para
perempuan tua yang telah berhenti (dari haid dan mengandung) yang tidak
lagi berhasrat menikah, tidak ada dosa bagi mereka menanggalkan pakaian
(luar)525) dengan
tidak (bermaksud) menampakkan perhiasan. Akan tetapi, memelihara
kehormatan (tetap mengenakan pakaian luar) lebih baik bagi mereka. Allah
Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
Catatan Kaki
525) Maksudnya adalah pakaian luar yang kalau dibuka tidak menampakkan aurat.
Laisa
‘alal-a‘mā ḥarajuw wa lā ‘alal-a‘raji ḥarajuw wa lā ‘alal-marīḍi
ḥarajuw wa lā ‘alā anfusikum an ta'kulū mim buyūtikum au buyūti ābā'ikum
au buyūti ummahātikum au buyūti ikhwānikum au buyūti akhawātikum au
buyūti a‘māmikum au buyūti ‘ammātikum au buyūti akhwālikum au buyūti
khālātikum au mā malaktum mafātiḥahū au ṣadīqikum, laisa ‘alaikum
junāḥun an ta'kulū jamī‘an au asytātā(n), fa iżā dakhaltum buyūtan fa
sallimū ‘alā anfusikum taḥiyyatam min ‘indillāhi mubārakatan
ṭayyibah(tan), każālika yubayyinullāhu lakumul-āyāti la‘allakum
ta‘qilūn(a).
Tidak
ada halangan bagi orang buta, orang pincang, orang sakit, dan dirimu
untuk makan (bersama-sama mereka) di rumahmu, di rumah bapak-bapakmu, di
rumah ibu-ibumu, di rumah saudara-saudaramu yang laki-laki, di rumah
saudara-saudaramu yang perempuan, di rumah saudara-saudara bapakmu yang
laki-laki, di rumah saudara-saudara bapakmu yang perempuan, di rumah
saudara-saudara ibumu yang laki-laki, di rumah saudara-saudara ibumu
yang perempuan, (di rumah) yang kamu miliki kuncinya, atau (di rumah)
kawan-kawanmu. Tidak ada halangan bagimu untuk makan bersama-sama mereka
atau sendiri-sendiri. Apabila kamu memasuki rumah-rumah itu, hendaklah
kamu memberi salam (kepada penghuninya, yang berarti memberi salam)
kepada dirimu sendiri dengan salam yang penuh berkah dan baik dari sisi
Allah. Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayat(-Nya) kepadamu agar kamu
mengerti.
Innamal-mu'minūnal-lażīna
āmanū billāhi wa rasūlihī wa iżā kānū ma‘ahū ‘alā amrin jāmi‘il lam
yażhabū ḥattā yasta'żinūh(u), innal-lażīna yasta'żinūnaka
ulā'ikal-lażīna yu'minūna billāhi wa rasūlih(ī), fa iżasta'żanūka
liba‘ḍi sya'nihim fa'żal liman syi'ta minhum wastagfir lahumullāh(a),
innallāha gafūrur raḥīm(un).
(Yang
disebut) orang-orang (yang benar-benar) mukmin hanyalah orang-orang
yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya (Nabi Muhammad), dan apabila
mereka berada bersama-sama dengan dia (Nabi Muhammad) dalam suatu urusan
bersama, mereka tidak meninggalkan (Rasulullah) sebelum meminta izin
kepadanya. Sesungguhnya orang-orang yang meminta izin kepadamu (Nabi
Muhammad), mereka itulah orang-orang yang (benar-benar) beriman kepada
Allah dan Rasul-Nya. Maka, apabila mereka meminta izin kepadamu karena
suatu keperluan, berilah izin kepada siapa yang engkau kehendaki di
antara mereka dan mohonkanlah ampunan untuk mereka kepada Allah.
Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Lā
taj‘alū du‘ā'ar-rasūli bainakum kadu‘ā'i ba‘ḍikum ba‘ḍā(n), qad
ya'lamullāhul-lażīna yatasallalūna minkum liwāżā(n), falyaḥżaril-lażīna
yukhālifūna ‘an amrihī an tuṣībahum fitnatun au yuṣībahum ‘ażābun
alīm(un).
Janganlah
kamu menjadikan panggilan Rasul (Nabi Muhammad) di antara kamu seperti
panggilan sebagian kamu kepada sebagian (yang lain). Sungguh, Allah
mengetahui orang-orang yang keluar (secara) sembunyi-sembunyi di antara
kamu dengan berlindung (kepada kawannya). Maka, hendaklah orang-orang
yang menyalahi perintah Rasul-Nya takut akan mendapat cobaan atau
ditimpa azab yang pedih.
Alā
inna lillāhi mā fis-samāwāti wal-arḍ(i), qad ya‘lamu mā antum
‘alaih(i), wa yauma yurja‘ūna ilaihi fa yunabbi'uhum bimā ‘amilū,
wallāhu bikulli syai'in ‘alīm(un).
Ketahuilah
(bahwa) sesungguhnya milik Allahlah apa yang di langit dan di bumi. Dia
benar-benar mengetahui keadaan kamu sekarang dan (benar-benar
mengetahui pula) hari (ketika mereka) dikembalikan kepada-Nya, lalu Dia
menerangkan kepada mereka apa yang telah mereka kerjakan. Allah Maha
Mengetahui segala sesuatu.
Traktir creator minum kopi dengan cara memberi sedikit donasi. Silahkan Pilih Metode Pembayaran