Fa ahlaknā asyadda minhum baṭsyaw wa maḍā maṡalul-awwalīn(a).
Oleh
karena itu, Kami membinasakan orang-orang yang lebih kuat dari mereka
(kaum musyrik Quraisy) dan telah berlalu contoh (kehancuran) umat-umat
terdahulu.
Wa la'in sa'altahum man khalaqas-samāwāti wal-arḍa layaqūlunna khalaqahunnal-‘azīzul-‘alīm(u).
Jika
kamu menanyakan kepada mereka, “Siapakah yang menciptakan langit dan
bumi,” pastilah mereka akan menjawab, “Yang menciptakannya adalah Zat
Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.
Yang
menurunkan air dari langit dengan suatu ukuran, lalu dengan air itu
Kami menghidupkan negeri yang mati (tandus). Seperti itulah kamu akan
dikeluarkan (dari kubur).
Litastawū
‘alā ẓuhūrihī ṡumma tażkurū ni‘mata rabbikum iżastawaitum ‘alaihi wa
taqūlū subḥānal-lażī sakhkhara lanā hāżā wa mā kunnā lahū muqrinīn(a).
agar
kamu dapat duduk di atas punggungnya. Kemudian jika kamu sudah duduk
(di atas punggung)-nya, kamu akan mengingat nikmat Tuhanmu dan
mengucapkan, “Maha Suci Zat yang telah menundukkan (semua) ini bagi
kami, padahal kami sebelumnya tidak mampu menguasainya.
14
وَاِنَّآ اِلٰى رَبِّنَا لَمُنْقَلِبُوْنَ
Wa innā ilā rabbinā lamunqalibūn(a).
Sesungguhnya kami pasti akan kembali kepada Tuhan kami.”
Wa ja‘alū lahū min ‘ibādihī juz'ā(n), innal-insāna lakafūrum mubīn(un).
Mereka menjadikan sebagian dari hamba-hamba-Nya sebagai bagian dari-Nya.676) Sesungguhnya manusia itu benar-benar pengingkar (nikmat Tuhan) yang nyata.
Catatan Kaki
676) Orang-orang musyrik mengatakan bahwa malaikat adalah anak perempuan Allah. Padahal, malaikat itu sebagian dari makhluk dan ciptaan-Nya.
Wa iżā busysyira aḥaduhum bimā ḍaraba lir-raḥmāni maṡalan ẓalla wajhuhū muswaddaw wa huwa kaẓīm(un).
Apabila
salah seorang di antara mereka diberi kabar gembira tentang sesuatu
(kelahiran anak perempuan) yang dijadikan sebagai perumpamaan bagi
(Allah) Yang Maha Pengasih, jadilah wajahnya merah padam karena menahan
sedih (dan marah).
Awamay yunasysya'u fil-ḥilyati wa huwa fil-khiṣāmi gairu mubīn(in).
Apakah
patut (menjadi anak Allah) orang yang tumbuh dan berkembang (dengan
tabiat) selalu berhias diri, sedangkan dia tidak mampu memberi alasan
yang tegas dan jelas dalam pertengkaran.677)
Catatan Kaki
677) Ayat ini menggambarkan keadaan perempuan Arab pada waktu Al-Qur’an diturunkan. Mereka hanya dijadikan perhiasan atau tidak diberi kesempatan dalam pendidikan sehingga kurang pengetahuannya serta tidak mampu bersikap tegas dan jelas.
Wa ja‘alul-malā'ikatal-lażīna hum ‘ibādur raḥmāni ināṡā(n), asyahidū khalqahum, satuktabu syahādatuhum wa yus'alūn(a).
Mereka
menganggap para malaikat, hamba-hamba (Allah) Yang Maha Pengasih itu,
berjenis perempuan. Apakah mereka menyaksikan penciptaannya? Kelak
kesaksian (yang mereka karang sendiri itu) akan dituliskan dan akan
dimintakan pertanggungjawaban.
Wa qālū lau syā'ar-raḥmānu mā ‘abadnāhum, mā lahum biżālika min ‘ilm(in), in hum illā yakhruṣūn(a).
Mereka
berkata, “Sekiranya (Allah) Yang Maha Pengasih menghendaki, tentulah
kami tidak menyembah mereka (malaikat).” Mereka tidak mempunyai
pengetahuan sedikit pun tentang itu. Mereka hanyalah menduga-duga
belaka.
Wa
każālika mā arsalnā min qablika fī qaryatim min nażīr(in), illā qāla
mutrafūhā, innā wajadnā ābā'anā ‘alā ummatiw wa innā ‘alā āṡārihim
muqtadūn(a).
Demikian
juga ketika Kami mengutus seorang pemberi peringatan sebelum engkau
(Nabi Muhammad) ke suatu negeri. Orang-orang yang hidup mewah (di negeri
itu) selalu berkata, “Sesungguhnya kami mendapati nenek moyang kami
menganut suatu (agama) dan kami hanya mencontoh jejak mereka.”
Dia
(pemberi peringatan) berkata, “Masihkah kamu (mengikuti jejak nenek
moyangmu), sekalipun aku membawa (agama) yang lebih baik panduannya
daripada apa yang kamu peroleh dari nenek moyangmu itu?” Mereka
menjawab, “Sesungguhnya kami (tetap) mengingkari kerasulanmu.”
Wa ja‘alahā kalimatam bāqiyatan fī ‘aqibihī la‘allahum yarji‘ūn(a).
Dia (Ibrahim) menjadikannya (kalimat tauhid) perkataan yang kekal pada keturunannya agar mereka kembali (kepadanya).678)
Catatan Kaki
678) Nabi Ibrahim a.s. menjadikan kalimat tauhid sebagai pegangan bagi keturunannya sehingga kalau di antara mereka ada yang mempersekutukan Allah, mereka diharapkan segera kembali pada tauhid itu.
Bal matta‘tu hā'ulā'i wa ābā'ahum ḥattā jā'ahumul-ḥaqqu wa rasūlum mubīn(un).
Bahkan
Aku telah memberikan kenikmatan hidup kepada mereka dan nenek moyang
mereka sampai kebenaran (Al-Qur’an) datang kepada mereka beserta seorang
Rasul yang memberi penjelasan.679)
Catatan Kaki
679) Sebagian keturunan Nabi Ibrahim a.s. melupakan tauhid serta tidak mensyukuri kenikmatan dan kehidupan yang dianugerahkan Allah. Allah tidak segera mengazab mereka. Sebaliknya, Allah memberi mereka kenikmatan hingga Dia menurunkan Al-Qur’an serta mengutus seorang rasul untuk membimbing mereka.
Apakah
mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu? Kamilah yang menentukan
penghidupan mereka dalam kehidupan dunia dan Kami telah meninggikan
sebagian mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar sebagian
mereka dapat memanfaatkan sebagian yang lain. Rahmat Tuhanmu lebih baik
dari apa yang mereka kumpulkan.
Wa
lau lā ay yakūnan-nāsu ummataw wāḥidatal laja‘alnā limay yakfuru
bir-raḥmāni libuyūtihim suqufam min fiḍḍatiw wa ma‘ārija ‘alaihā
yaẓharūn(a).
Seandainya
bukan karena (Kami tidak menghendaki) manusia menjadi satu umat (yang
kufur), pastilah sudah Kami buatkan bagi orang-orang yang ingkar kepada
(Allah) Yang Maha Pengasih, loteng-loteng rumah mereka dan tangga-tangga
yang mereka naiki dari perak.
Wa zukhrufā(n), wa in kullu żālika lammā matā‘ul-ḥayātid-dun-yā, wal-ākhiratu ‘inda rabbika lil-muttaqīn(a).
(Kami
buatkan pula) perhiasan-perhiasan dari emas. Semuanya itu tidak lain
hanyalah kesenangan hidup dunia, sedangkan (kenikmatan hidup) akhirat di
sisi Tuhanmu (dikhususkan) bagi orang-orang bertakwa.
Wa innahum layaṣuddūnahum ‘anis-sabīli wa yaḥsabūna annahum muhtadūn(a).
Sesungguhnya
mereka (setan-setan itu) benar-benar menghalangi mereka (manusia) dari
jalan (yang benar), sedangkan mereka (manusia yang sesat itu) mengira
bahwa mereka adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.
Ḥattā iżā jā'anā qāla yā laita bainī wa bainaka bu‘dal-masyriqaini fa bi'sal-qarīn(u).
Sehingga,
apabila dia (orang yang berpaling itu) datang kepada Kami (pada hari
Kiamat) dia berkata, “Aduhai, sekiranya (jarak) antara aku dan kamu
seperti jarak antara timur dan barat! Memang (setan itu) teman yang
paling buruk (bagi manusia).”
Wa lay yanfa‘akumul-yauma iẓ ẓalamtum annakum fil-‘ażābi musytarikūn(a).
(Harapanmu
itu) sekali-kali tidak akan memberi manfaat kepadamu pada hari itu
karena kamu telah menzalimi (dirimu sendiri). Sesungguhnya kamu (orang
yang berpaling dan setan) adalah bersekutu dalam azab itu.
Afa anta tusmi‘uṣ-ṣumma au tahdil-‘umya wa man kāna fī ḍalālim mubīn(in).
Maka,
apakah engkau (Nabi Muhammad) dapat menjadikan orang-orang yang tuli
bisa mendengar (kebenaran) atau (dapatkah) engkau memberi petunjuk
kepada orang-orang yang buta (hatinya) dan kepada orang yang tetap dalam
kesesatan yang nyata?
Fa immā nażhabanna bika fa innā minhum muntaqimūn(a).
Maka,
sungguh jika Kami benar-benar mewafatkanmu (sebelum engkau mencapai
kemenangan), sesungguhnya kepada mereka Kami akan (tetap) memberikan
balasan.
Was'al man arsalnā min qablika mir rusulinā, aja‘alnā min dūnir-raḥmāni ālihatay yu‘badūn(a).
Tanyakanlah
(Nabi Muhammad) kepada (pengikut) rasul-rasul Kami yang telah Kami utus
sebelum engkau, “Apakah Kami menjadikan selain (Allah) yang Maha
Pengasih sebagai tuhan-tuhan yang disembah?”
Wa laqad arsalnā mūsā bi'āyātinā ilā fir‘auna wa mala'ihī fa qāla innī rasūlu rabbil-‘ālamīn(a).
Sungguh,
Kami benar-benar telah mengutus Musa dengan membawa ayat-ayat
(mukjizat) Kami kepada Fir‘aun dan para pemuka (kaum)-nya. Dia (Musa)
berkata, “Sesungguhnya aku adalah utusan dari Tuhan semesta alam.”
Wa mā nurīhim min āyatin illā hiya akbaru min ukhtihā, wa akhażnāhum bil-‘ażābi la‘allahum yarji‘ūn(a).
Tidaklah
Kami perlihatkan suatu mukjizat kepada mereka kecuali ia (mukjizat itu)
lebih besar daripada mukjizat (sebelumnya) dan Kami timpakan kepada
mereka azab agar mereka kembali (ke jalan yang benar).
Mereka berkata, “Wahai penyihir,680)
berdoalah kepada Tuhanmu untuk (melepaskan) kami sesuai dengan apa yang
telah dijanjikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya kami benar-benar akan
menjadi orang-orang yang mendapat petunjuk.”
Catatan Kaki
680) Kata penyihir tidak mereka gunakan untuk tujuan menghina, tetapi justru untuk menghormati karena mereka sangat mengagungkan ilmu sihir.
Wa nādā fir‘aunu fī qaumihī qāla yā qaumi alaisa lī mulku miṣra wa hāżihil-anhāru tajrī min taḥtī, afalā tubṣirūn(a).
Fir‘aun
berseru kepada kaumnya (seraya) berkata, “Wahai kaumku, bukankah
Kerajaan Mesir itu milikku dan (bukankah) sungai-sungai itu mengalir di
bawah (istana-istana)-ku. Apakah kamu tidak melihat?
Wa qālū a'ālihatunā khairun am huw(a), mā ḍarabūhu laka illā jadalā(n), bal hum qaumun khaṣimūn(a).
Mereka
berkata, “Manakah yang lebih baik, tuhan-tuhan kami atau dia (Isa)?”
Mereka tidak memberikan (perumpamaan itu) kepadamu, kecuali dengan
maksud membantah saja. Sebenarnya mereka adalah kaum yang suka
bertengkar.
In huwa illā ‘abdun an‘amnā ‘alaihi wa ja‘alnāhu maṡalal libanī isrā'īl(a).
Dia
(Isa) tidak lain hanyalah seorang hamba yang Kami anugerahkan nikmat
(kenabian) kepadanya dan Kami jadikan dia sebagai pelajaran (tanda
kekuasaan Kami) bagi Bani Israil.
Sesungguhnya
dia (Isa) itu benar-benar menjadi pertanda akan datangnya hari Kiamat.
Oleh karena itu, janganlah sekali-kali kamu ragu tentang (kiamat) itu
dan ikutilah (petunjuk)-Ku. Ini adalah jalan yang lurus.
Wa
lammā jā'a ‘īsā bil-bayyināti qāla qad ji'tukum bil-ḥikmati wa
li'ubayyina lakum ba‘ḍal-lażī takhtalifūna fīh(i), fattaqullāha wa
aṭī‘ūn(i).
Ketika
Isa datang membawa bukti-bukti yang nyata, dia berkata, “Sungguh, aku
datang kepadamu dengan membawa hikmah dan untuk aku jelaskan kepadamu
sebagian dari apa yang kamu perselisihkan. Maka, bertakwalah kepada
Allah dan taatilah aku.
Golongan-golongan
di antara mereka (Yahudi dan Nasrani) berselisih. Celakalah orang-orang
yang zalim (karena) azab pada hari yang sangat pedih (kiamat).
Yuṭāfu
‘alaihim biṣiḥāfim min żahabiw wa akwāb(in), wa fīhā mā
tasytahīhil-anfusu wa talażżul-a‘yun(u), wa antum fīhā khālidūn(a).
Kepada
mereka diedarkan piring-piring dan gelas-gelas dari emas dan di
dalamnya (surga) terdapat apa yang diingini oleh hati dan dipandang
sedap oleh mata serta kamu kekal di dalamnya.
Am yaḥsabūna annā lā nasma‘u sirrahum wa najwāhum, balā wa rusulunā ladaihim yaktubūn(a).
Ataukah
mereka mengira bahwa Kami tidak mendengar rahasia dan bisikan mereka?
Sebenarnya (Kami mendengar) dan utusan-utusan Kami (malaikat) mencatat
di sisi mereka.
Wa tabārakal-lażī lahū mulkus-samāwāti wal-arḍi wa mā bainahumā, wa ‘indahū ‘ilmus-sā‘ah(ti), wa ilaihi turja‘ūn(a).
Maha
Berkah (Allah) yang memiliki kerajaan langit dan bumi serta apa yang
ada di antara keduanya. Di sisi-Nyalah ilmu tentang hari Kiamat dan
hanya kepada-Nyalah kamu dikembalikan.
Wa lā yamlikul-lażīna yad‘ūna min dūnihisy-syafā‘ata illā man syahida bil-ḥaqqi wa hum ya‘lamūn(a).
Sembahan-sembahan
mereka selain Dia tidak bisa memberi syafaat (pertolongan di akhirat),
kecuali orang yang bersaksi dengan yang hak (tauhid) dan mereka
meyakininya.