Wakhtilāfil-laili
wan-nahāri wa mā anzalallāhu minas-samā'i mir rizqin fa aḥyā bihil-arḍa
ba‘da mautihā wa taṣrīfir-riyāḥi āyātul liqaumiy ya‘qilūn(a).
(Pada)
pergantian malam dan siang serta rezeki yang diturunkan Allah dari
langit, lalu dihidupsuburkannya bumi (dengan air hujan) sesudah matinya,
dan pada perkisaran angin terdapat (pula) tanda-tanda (kebesaran Allah)
bagi kaum yang mengerti.
yang
mendengar ayat-ayat Allah dibacakan kepadanya, kemudian dia tetap
menyombongkan diri seakan-akan tidak mendengarnya. Peringatkanlah dia
(wahai Nabi Muhammad) dengan azab yang amat pedih.
Miw
warā'ihim jahannam(u), wa lā yugnī ‘anhum mā kasabū syai'aw wa lā
mattakhażū min dūnillāhi auliyā'(a), wa lahum ‘ażābun ‘aẓīm(un).
Di
hadapan mereka ada (neraka) Jahanam. Tidak akan berguna sedikit pun
bagi mereka apa yang telah mereka kerjakan dan tidak (pula bermanfaat)
apa yang mereka jadikan sebagai sesembahan selain Allah. Bagi mereka
azab yang sangat berat.
Allāhul-lażī sakhkhara lakumul-baḥra litajriyal-fulku fīhi bi'amrihī wa litabtagū min faḍlihī wa la‘allakum tasykurūn(a).
Allahlah
yang telah menundukkan laut untukmu agar kapal-kapal dapat berlayar di
atasnya dengan perintah-Nya, agar kamu dapat mencari sebagian
karunia-Nya, dan agar kamu bersyukur.
Wa sakhkhara lakum mā fis-samāwāti wa mā fil-arḍi jamī‘am minh(u), inna fī żālika la'āyātil liqaumiy yatafakkarūn(a).
Dia
telah menundukkan (pula) untukmu apa yang ada di langit dan apa yang
ada di bumi semuanya (sebagai rahmat) dari-Nya. Sesungguhnya pada yang
demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi
kaum yang berpikir.
Katakanlah
(Nabi Muhammad) kepada orang-orang yang beriman, hendaklah mereka
memaafkan orang-orang yang tidak mengharapkan akan hari-hari
(pembalasan) Allah karena Dia akan memberi ganjaran kepada suatu kaum
atas apa yang telah mereka usahakan.
Man ‘amila ṣāliḥan fa linafsih(ī), wa man asā'a fa ‘alaihā, ṡumma ilā rabbikum turja‘ūn(a).
Siapa
yang mengerjakan amal saleh, itu untuk dirinya sendiri dan siapa yang
berbuat keburukan, itu akan menimpa dirinya sendiri. Kemudian, hanya
kepada Tuhanmulah kamu dikembalikan.
Wa laqad ātainā banī isrā'īlal-kitāba wal-ḥukma wan-nubuwwata wa razaqnāhum minaṭ-ṭayyibāti wa faḍḍalnāhum ‘alal-‘ālamīn(a).
Sungguh,
Kami benar-benar telah menganugerahkan kepada Bani Israil kitab suci,
hukum, dan kenabian. Kami pun telah menganugerahkan kepada mereka rezeki
yang baik dan Kami lebihkan mereka atas semua umat yang lain di alam
ini (pada masa itu).
Kami
telah menganugerahkan pula kepada mereka keterangan-keterangan yang
jelas tentang urusan (agama). Maka, mereka tidak berselisih, kecuali
setelah datang ilmu kepada mereka karena kedengkian di antara mereka.
Sesungguhnya Tuhanmu akan memutuskan di antara mereka pada hari Kiamat
apa yang selalu mereka perselisihkan.
Kemudian,
Kami jadikan engkau (Nabi Muhammad) mengikuti syariat dari urusan
(agama) itu. Maka, ikutilah ia (syariat itu) dan janganlah engkau ikuti
hawa nafsu orang-orang yang tidak mengetahui.
Sesungguhnya
mereka sekali-kali tidak akan dapat menghindarkan engkau sedikit pun
dari (azab) Allah. Sesungguhnya orang-orang zalim itu sebagian mereka
menjadi pelindung bagi sebagian yang lain. Adapun Allah adalah pelindung
orang-orang bertakwa.
Am
ḥasibal-lażīnajtaraḥus -sayyi'āti an naj‘alahum kal-lażīna āmanū wa
‘amiluṣ-ṣāliḥāti sawā'am maḥyāhum wa mamātuhum, sā'a mā yaḥkumūn(a).
Apakah
orang-orang yang melakukan keburukan itu mengira bahwa Kami akan
menjadikan mereka seperti orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal
saleh, yaitu sama kehidupan dan kematian mereka? Alangkah buruknya apa
yang mereka tetapkan itu.
Wa khalaqallāhus-samāwāti wal-arḍa bil-ḥaqqi wa litujzā kullu nafsim bimā kasabat wa hum lā yuẓlamūn(a).
Allah
menciptakan langit dan bumi dengan hak dan agar setiap jiwa diberi
balasan (setimpal) dengan apa yang diusahakan serta mereka tidak akan
dizalimi.
Afa
ra'aita manittakhaża ilāhahū hawāhu wa aḍallahullāhu ‘alā ‘ilmiw wa
khatama ‘alā sam‘ihī wa qalbihī wa ja‘ala ‘alā baṣarihī gisyāwah(tan),
famay yahdīhi mim ba‘dillāh(i), afalā tażakkarūn(a).
Tahukah
kamu (Nabi Muhammad), orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai
Tuhannya dan dibiarkan sesat oleh Allah dengan pengetahuan-Nya,688)
Allah telah mengunci pendengaran dan hatinya serta meletakkan tutup
atas penglihatannya, siapakah yang mampu memberinya petunjuk setelah
Allah (membiarkannya sesat)? Apakah kamu (wahai manusia) tidak mengambil
pelajaran?
Catatan Kaki
688) Allah membiarkan orang itu sesat karena Allah mengetahui bahwa ia tidak menerima petunjuk yang Dia berikan kepadanya.
Wa
qālū mā hiya illā ḥayātunad-dun-yā namūtu wa naḥyā wa mā yuhlikunā
illad-dahr(u), wa mā lahum biżālika min ‘ilmin in hum illā yaẓunnūn(a).
Mereka
berkata, “Kehidupan ini tidak lain hanyalah kehidupan di dunia saja,
kita mati dan kita hidup, dan tidak ada yang membinasakan kita selain
masa.” Padahal, mereka tidak mempunyai ilmu (sama sekali) tentang itu.
Mereka hanyalah menduga-duga.
Wa iżā tutlā ‘alaihim āyātunā bayyinātim mā kāna ḥujjatahum illā an qālu'tū bi'ābā'inā in kuntum ṣādiqīn(a).
Apabila
dibacakan kepada mereka ayat-ayat Kami yang jelas, tidak ada bantahan
mereka, kecuali mengatakan, “Hidupkanlah kembali nenek moyang kami jika
kamu adalah orang-orang benar.”
Katakanlah,
“Allah menghidupkan kamu lalu mematikan kamu kemudian mengumpulkan kamu
pada hari Kiamat yang tidak ada keraguan tentangnya, tetapi kebanyakan
manusia tidak mengetahui.”
(Pada
hari itu) engkau akan melihat setiap umat berlutut. Setiap umat
dipanggil untuk (melihat) buku (catatan amal)-nya. Pada hari itu kamu
diberi balasan atas apa yang telah kamu kerjakan.
(Allah
berfirman,) “Inilah Kitab (catatan) Kami yang menuturkan kepadamu
dengan hak. Sesungguhnya Kami telah menyuruh mencatat apa yang telah
kamu kerjakan.”
Wa ammal-lażīna kafarū, falam takun āyātī tutlā ‘alaikum fastakbartum wa kuntum qaumam mujrimīn(a).
Adapun
orang-orang yang kufur (dikatakan kepada mereka,) “Bukankah
ayat-ayat-Ku telah dibacakan kepadamu, lalu kamu menyombongkan diri dan
menjadi kaum pendurhaka?”
Wa
iżā qīla inna wa‘dallāhi ḥaqquw was-sā‘atu lā raiba fīhā qultum mā
nadrī mas-sā‘ah(tu), in naẓunnu illā ẓannaw wa mā naḥnu
bimustaiqinīn(a).
Apabila
dikatakan (kepadamu), “Sesungguhnya janji Allah itu hak dan hari Kiamat
itu tidak ada keraguan tentangnya,” kamu menjawab, “Kami tidak tahu
apakah hari Kiamat itu, kami hanyalah menduga-duga, dan kami tidak
berupaya meyakininya.”
Wa badā lahum sayyi'ātu mā ‘amilū wa ḥāqa bihim mā kānū bihī yastahzi'ūn(a).
Tampak
nyatalah kepada mereka keburukan-keburukan apa yang mereka kerjakan dan
berlakulah terhadap mereka apa (azab) yang dahulu selalu mereka
perolok-olokkan.
Wa qīlal-yauma nansākum kamā nasītum liqā'a yaumikum hāżā, wa ma'wākumun nāru wa mā lakum min nāṣirīn(a).
(Kepada
mereka) dikatakan, “Pada hari ini Kami melupakan kamu sebagaimana kamu
telah melupakan pertemuan (dengan) harimu ini. Tempat kembalimu hanyalah
neraka dan sama sekali tidak ada penolong bagimu.
Żālikum
bi'annakumuttakhażtum āyātillāhi huzuwaw wa garratkumul-ḥayātud-dun-yā,
fal-yauma lā yukhrajūna minhā wa lā hum yusta‘tabūn(a).
Yang
demikian itu (terjadi) karena sesungguhnya kamu telah menjadikan
ayat-ayat Allah sebagai (bahan) olok-olok dan kamu telah diperdaya oleh
kehidupan dunia.” Maka, pada hari ini mereka tidak dikeluarkan darinya
(neraka) dan tidak pula mereka diberi kesempatan untuk bertobat.