In
hiya illā asmā'un sammaitumūhā antum wa ābā'ukum mā anzalallāhu bihā
min sulṭān(in), iy yattabi‘ūna illaẓ-ẓanna wa mā tahwal-anfus(u), wa
laqad jā'ahum mir rabbihimul-hudā.
(Berhala-berhala) itu tidak lain hanyalah nama-nama yang kamu dan nenek
moyangmu ada-adakan. Allah tidak menurunkan suatu keterangan apa pun
untuk (menyembah)-nya. Mereka hanya mengikuti dugaan dan apa yang
diinginkan oleh hawa nafsu. Padahal, sungguh, mereka benar-benar telah
didatangi petunjuk dari Tuhan mereka.
24
اَمْ لِلْاِنْسَانِ مَا تَمَنّٰىۖ
Am lil-insāni mā tamannā.
Apakah manusia akan mendapat segala yang diinginkannya?
25
فَلِلّٰهِ الْاٰخِرَةُ وَالْاُوْلٰى ࣖ
Fa lillāhil-ākhiratu wal-ūlā.
(Tidak!) Milik Allahlah kehidupan akhirat dan dunia.
Wa kam mim malakin fis-samāwāti lā tugnī syafā‘atuhum syai'an illā mim ba‘di ay ya'żanallāhu limay yasyā'u wa yarḍā.
Betapa
banyak malaikat di langit yang syafaat (pertolongan) mereka sedikit pun
tidak berguna, kecuali apabila Allah telah mengizinkan(-nya untuk
diberikan) kepada siapa yang Dia kehendaki dan ridai.
Wa mā lahum bihī min ‘ilm(in), iy yattabi‘ūna illaẓ-ẓann(a), wa innaẓ-ẓanna lā yugnī minal-ḥaqqi syai'ā(n).
Padahal,
mereka tidak mempunyai pengetahuan tentang hal itu. Mereka tidak lain
hanyalah mengikuti dugaan dan sesungguhnya dugaan itu tidak berfaedah
sedikit pun terhadap kebenaran.
Żālika mablaguhum minal-‘ilm(i), inna rabbaka huwa a‘lamu biman ḍalla ‘an sabīlih(ī), wa huwa a‘lamu bimanihtadā.
Itulah kadar pengetahuan mereka. Sesungguhnya Tuhanmulah yang lebih
mengetahui siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dia pulalah yang
mengetahui siapa yang mendapat petunjuk.
Wa lillāhi mā fis-samāwāti wa mā fil-arḍ(i), liyajziyal-lażīna asā'ū bimā ‘amilū wa yajziyal-lażīna aḥsanū bil-ḥusnā.
Milik Allahlah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. (Dengan
demikian,) Dia akan memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat
jahat sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan dan Dia akan memberi
balasan kepada orang-orang yang berbuat baik dengan pahala yang lebih
baik (surga).
Allażīna
yajtanibūna kabā'iral-iṡmi wal-fawāḥisya illal-lamam(a), inna rabbaka
wāsi‘ul-magfirah(ti), huwa a‘lamu bikum iż ansya'akum minal-arḍi wa iż
antum ajinnatun fī buṭūni ummahātikum, falā tuzakkū anfusakum, huwa
a‘lamu bimanittaqā.
(Mereka
adalah) orang-orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan keji.
Akan tetapi, mereka (memang) melakukan dosa-dosa kecil. Sesungguhnya
Tuhanmu Maha Luas ampunan-Nya. Dia lebih mengetahui dirimu sejak Dia
menjadikanmu dari tanah dan ketika kamu masih berupa janin dalam perut
ibumu. Maka, janganlah kamu menganggap dirimu suci. Dia lebih mengetahui
siapa yang bertakwa.
33
اَفَرَءَيْتَ الَّذِيْ تَوَلّٰىۙ
Afa ra'aital-lażī tawallā.
Tidakkah engkau melihat orang yang berpaling (dari Al-Qur’an)?
34
وَاَعْطٰى قَلِيْلًا وَّاَكْدٰى
Wa a‘ṭā qalīlaw wa akdā.
Dia memberikan sedikit (dari apa yang telah disepakati), lalu menahan sisanya.
35
اَعِنْدَهٗ عِلْمُ الْغَيْبِ فَهُوَ يَرٰى
A‘indahū ‘ilmul-gaibi fahuwa yarā.
Apakah dia mempunyai pengetahuan tentang yang gaib, sehingga dia dapat melihat(-nya)?
36
اَمْ لَمْ يُنَبَّأْ بِمَا فِيْ صُحُفِ مُوْسٰى
Am lam yunabba' bimā fī ṣuḥufi mūsā.
Apakah belum diberitakan kepadanya apa yang ada dalam lembaran-lembaran (kitab suci yang diturunkan kepada) Musa
37
وَاِبْرٰهِيْمَ الَّذِيْ وَفّٰىٓ ۙ
Wa ibrāhīmal-lażī waffā.
dan (lembaran-lembaran) Ibrahim yang telah memenuhi janji setianya?
38
اَلَّا تَزِرُ وَازِرَةٌ وِّزْرَ اُخْرٰىۙ
Allā taziru wāziratuw wizra ukhrā.
(Dalam lembaran-lembaran itu terdapat ketetapan) bahwa seseorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain,
39
وَاَنْ لَّيْسَ لِلْاِنْسَانِ اِلَّا مَا سَعٰىۙ
Wa al laisa lil-insāni illā mā sa‘ā.
bahwa manusia hanya memperoleh apa yang telah diusahakannya,
40
وَاَنَّ سَعْيَهٗ سَوْفَ يُرٰىۖ
Wa anna sa‘yahū saufa yurā.
bahwa sesungguhnya usahanya itu kelak akan diperlihatkan (kepadanya),
41
ثُمَّ يُجْزٰىهُ الْجَزَاۤءَ الْاَوْفٰىۙ
Ṡumma yujzāhul-jazā'al-aufā.
kemudian dia akan diberi balasan atas (amalnya) itu dengan balasan yang paling sempurna,
42
وَاَنَّ اِلٰى رَبِّكَ الْمُنْتَهٰىۙ
Wa anna ilā rabbikal-muntahā.
bahwa sesungguhnya kepada Tuhanmulah kesudahan (segala sesuatu),
43
وَاَنَّهٗ هُوَ اَضْحَكَ وَاَبْكٰى
Wa annahū huwa aḍḥaka wa abkā.
bahwa sesungguhnya Dialah yang menjadikan orang tertawa dan menangis,
44
وَاَنَّهٗ هُوَ اَمَاتَ وَاَحْيَاۙ
Wa annahū huwa amāta wa aḥyā.
bahwa sesungguhnya Dialah yang mematikan dan menghidupkan,