Segala
puji bagi Allah yang telah menciptakan langit dan bumi, dan menjadikan
kegelapan-kegelapan dan cahaya. Sungguhpun demikian, orang-orang yang
kufur mempersamakan tuhan mereka (dengan sesuatu yang lain).
Huwal-lażī khalaqakum min ṭīnin ṡumma qaḍā ajalā(n), wa ajalum musamman ‘indahū ṡumma antum tamtarūn(a).
Dialah
yang menciptakan kamu dari tanah, kemudian Dia menentukan batas waktu
hidup (masing-masing). Waktu yang ditentukan (untuk kebangkitan setelah
mati) ada pada-Nya. Kemudian, kamu masih meragukannya.
Wa huwallāhu fis-samāwāti wa fil-arḍ(i), ya‘lamu sirrakum wa jahrakum wa ya‘lamu mā taksibūn(a).
Dialah
Allah (yang disembah) di langit dan di bumi. Dia mengetahui apa pun
yang kamu rahasiakan dan kamu tampakkan serta mengetahui apa pun yang
kamu usahakan.
Sungguh,
mereka telah mendustakan kebenaran (Al-Qur’an) ketika sampai kepada
mereka. Maka, kelak akan sampai kepada mereka berita-berita (tentang
kebenaran) sesuatu yang selalu mereka perolok-olokkan.
Alam
yarau kam ahlaknā min qablihim min qarnim makkanāhum fil-arḍi mā lam
numakkil lakum wa arsalnas-samā'a ‘alaihim midrārā(n), wa
ja‘alnal-anhāra tajrī min taḥtihim fa ahlaknāhum biżunūbihim wa ansya'nā
mim ba‘dihim qarnan ākharīn(a).
Tidakkah
mereka perhatikan betapa banyak generasi sebelum mereka yang telah Kami
binasakan? (Yaitu) generasi yang telah Kami teguhkan kedudukan mereka
di muka bumi, yang belum pernah Kami lakukan kepada kamu; dan Kami
curahkan air hujan yang lebat, Kami jadikan sungai-sungai mengalir di
bawah mereka; lalu Kami binasakan mereka karena dosa-dosa mereka,
selanjutnya Kami munculkan sesudah mereka generasi lain.
Wa lau nazzalnā ‘alaika kitāban fī qirṭāsin fa lamasūhu bi'aidīhim laqālal-lażīna kafarū in hāżā illā siḥrum mubīn(un).
Seandainya
Kami turunkan kepadamu (Nabi Muhammad) kitab (berupa tulisan) pada
kertas sehingga mereka dapat menyentuhnya dengan tangan mereka sendiri,
pastilah orang-orang kafir itu mengatakan, “Ini tidak lain hanyalah
sihir yang nyata.”
Wa qālū lau lā unzila ‘alaihi malak(un), wa lau anzalnā malakal laquḍiyal-amru ṡumma lā yunẓarūn(a).
Mereka berkata, “Mengapa tidak diturunkan malaikat kepadanya (Nabi Muhammad)?”237)
Andaikata Kami turunkan malaikat, niscaya selesailah urusan (mereka
dibinasakan karena pengingkaran) kemudian mereka tidak lagi ditangguhkan
(sedikit pun untuk bertobat).
Catatan Kaki
237) Ungkapan ini adalah untuk menerangkan bahwa Nabi Muhammad saw. adalah seorang nabi.
Wa lau ja‘alnāhu malakal laja‘alnāhu rajulaw wa lalabasnā ‘alaihim mā yalbisūn(a).
Seandainya
Kami jadikan dia (rasul) itu (dari) malaikat, tentu Kami jadikan dia
(berwujud) laki-laki, dan pasti Kami buat mereka tetap ragu sebagaimana
kini mereka ragu.238)
Catatan Kaki
238) Kalau Allah Swt. mengutus malaikat sebagai rasul, tentu Dia mengutusnya dalam wujud manusia. Hal itu karena manusia tidak dapat melihat malaikat dan tentu mereka akan berkata, “Ini bukanlah malaikat, tetapi hanya manusia sebagaimana kami juga.” Jadi, mereka akan tetap ragu-ragu.
Wa laqadistuhzi'a birusulim min qablika fa ḥāqa bil-lażīna sakhirū minhum mā kānū bihī yastahzi'ūn(a).
Sungguh,
rasul-rasul sebelum engkau (Nabi Muhammad) benar-benar telah
diperolok-olokkan, maka turunlah kepada orang-orang yang mencemooh
mereka (rasul-rasul) apa (azab) yang selalu mereka perolok-olokkan.
Katakanlah
(Nabi Muhammad), “Milik siapakah apa yang di langit dan di bumi?”
Katakanlah, “Milik Allah.” Dia telah menetapkan (sifat) kasih sayang
pada diri-Nya.239)
Sungguh, Dia pasti akan mengumpulkan kamu pada hari Kiamat yang tidak
ada keraguan padanya. Orang-orang yang merugikan dirinya, mereka itu
tidak beriman.
Catatan Kaki
239) Allah Swt. telah berjanji, sebagai tanda kemurahan-Nya, bahwa Dia akan melimpahkan rahmat kepada makhluk-Nya.
Qul
agairallāhi attakhiżu waliyyan fāṭiris-samāwāti wal-arḍi wa huwa
yuṭ‘imu wa lā yuṭ‘am(u), qul innī umirtu an akūna awwala man aslama wa
lā takūnanna minal-musyrikīn(a).
Katakanlah
(Nabi Muhammad), “Apakah selain Allah, Pencipta langit dan bumi serta
Dia memberi makan dan tidak diberi makan, akan aku jadikan sebagai
pelindung?” Katakanlah (Nabi Muhammad), “Sesungguhnya aku diperintahkan
agar aku menjadi orang pertama yang berserah diri (kepada Allah), dan
jangan sekali-kali kamu masuk golongan orang-orang musyrik.”
Iy yamsaskallāhu biḍurrin falā kāsyifa lahū illā huw(a), wa iy yamsaska bikhairin fa huwa ‘alā kulli syai'in qadīr(un).
Jika
Allah menimpakan kemudaratan kepadamu, tidak ada yang dapat
menghilangkannya selain Dia; dan jika Dia memberikan kebaikan kepadamu,
Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Qul
ayyu syai'in akbaru syahādah(tan), qulillāhu syahīdum bainī wa
bainakum, wa ūḥiya ilayya hāżal-qur'ānu li'unżirakum bihī wa man
balag(a), a'innakum latasyhadūna anna ma‘allāhi ālihatan ukhrā, qul lā
asyhad(u), qul innamā huwa ilāhuw wāḥiduw wa innanī barī'um mimmā
tusyrikūn(a).
Katakanlah
(Nabi Muhammad), “Siapakah yang lebih kuat kesaksiannya?” Katakanlah,
“Allah. Dia menjadi saksi antara aku dan kamu. Al-Qur’an ini diwahyukan
kepadaku supaya dengan itu aku mengingatkan kamu dan orang yang sampai
(Al-Qur’an kepadanya). Apakah kamu benar-benar bersaksi bahwa ada
tuhan-tuhan lain selain Allah?” Katakanlah, “Aku tidak bersaksi.”
Katakanlah, “Sesungguhnya Dialah Tuhan Yang Maha Esa dan aku lepas
tangan dari apa yang kamu persekutukan.”
Orang-orang
yang telah Kami beri Kitab mengenalnya (Nabi Muhammad) seperti mereka
mengenal anak-anaknya sendiri. Orang-orang yang merugikan diri sendiri
itu tidak beriman.
Wa man aẓlamu mimmaniftarā ‘alallāhi każiban au każżaba bi'āyātih(ī), innahū lā yufliḥuẓ-ẓālimūn(a).
Siapakah
yang lebih zalim daripada orang yang mengada-adakan suatu kebohongan
terhadap Allah atau mendustakan ayat-ayat-Nya? Sesungguhnya orang-orang
yang zalim itu tidak beruntung.
Wa yauma naḥsyuruhum jamī‘an ṡumma naqūlu lil-lażīna asyrakū aina syurakā'ukumul-lażīna kuntum taz‘umūn(a).
(Ingatlah)
tatkala Kami kumpulkan mereka semua kemudian Kami berfirman kepada
orang-orang yang mempersekutukan Kami, “Manakah sekutu-sekutumu yang
kamu sangkakan?”
Kemudian,
mereka tidak punya jawaban atas kebohongan mereka, kecuali (terpaksa)
mengatakan, “Demi Allah, Tuhan kami, kami bukanlah orang-orang musyrik.”
Wa
minhum may yastami‘u ilaik(a), wa ja‘alnā ‘alā qulūbihim akinnatan ay
yafqahūhu wa fī āżānihim waqrā(n), wa iy yarau kulla āyatil lā yu'minū
bihā, ḥattā iżā jā'ūka yujādilūnaka yaqūlul-lażīna kafarū in hāżā illā
asāṭīrul-awwalīn(a).
Di
antara mereka ada yang mendengarkan engkau (Nabi Muhammad membaca
Al-Qur’an), padahal Kami menjadikan di hati mereka penutup, (sehingga
mereka tidak) memahaminya, dan (Kami jadikan) pada telinga mereka
penyumbat. Jika mereka melihat segala tanda kebenaran, mereka tetap
tidak beriman padanya, sehingga apabila mereka datang kepadamu untuk
membantahmu, orang-orang kafir itu berkata, “Ini (Al-Qur’an) tiada lain
hanyalah dongengan orang-orang terdahulu.”
Wa hum yanhauna ‘anhu wa yan'auna ‘anh(u), wa iy yuhlikūna illā anfusahum wa mā yasy‘urūn(a).
Mereka
melarang (orang lain) mendengarkannya (Al-Qur’an) dan mereka pun
menjauhkan diri darinya. Mereka tidak membinasakan kecuali diri mereka
sendiri, tetapi mereka tidak menyadari.
Wa lau tarā iż wuqifū ‘alan-nāsi fa qālū yā laitanā nuraddu wa lā nukażżiba bi'āyāti rabbinā wa nakūna minal-mu'minīn(a).
Seandainya
engkau (Nabi Muhammad) melihat ketika mereka dihadapkan ke neraka,
mereka berkata, “Seandainya kami dikembalikan (ke dunia), tentu kami
tidak akan mendustakan ayat-ayat Tuhan kami, dan kami menjadi
orang-orang mukmin.”
Bal badā lahum mā kānū yukhfūna min qabl(u), wa lau ruddū la‘ādū limā nuhū ‘anhu wa innahum lakāżibūn(a).
Namun,
(sebenarnya) kejahatan yang mereka selalu sembunyikan dahulu telah
tampak bagi mereka. Seandainya dikembalikan (ke dunia), tentu mereka
akan mengulang kembali apa yang telah dilarang mengerjakannya.
Sesungguhnya mereka benar-benar para pendusta.
Wa
lau tarā iż wuqifū ‘alā rabbihim, qāla alaisa hāżā bil-ḥaqq(i), qālū
balā wa rabbinā, qāla fa żūqul-‘ażāba bimā kuntum takfurūn(a).
Seandainya
engkau (Nabi Muhammad) melihat ketika mereka dihadapkan kepada Tuhannya
(tentulah engkau melihat peristiwa yang luar biasa). Dia berfirman,
“Bukankah (kebangkitan) ini benar?” Mereka menjawab, “Sungguh benar,
demi Tuhan kami.” Dia berfirman, “Rasakanlah azab ini karena kamu selalu
kufur (kepadanya).”
Sungguh
rugi orang-orang yang mendustakan pertemuan dengan Allah. Maka, apabila
hari Kiamat datang kepada mereka secara tiba-tiba, mereka berkata,
“Alangkah besarnya penyesalan kami atas kelalaian kami tentangnya (hari
Kiamat),” sambil memikul dosa-dosa di atas punggungnya. Alangkah
buruknya apa yang mereka pikul itu.
Wa mal-ḥayātud-dun-yā illā la‘ibuw wa lahw(un), wa lad-dārul-ākhiratu khairul lil-lażīna yattaqūn(a), afalā ta‘qilūn(a).
Kehidupan
dunia hanyalah permainan dan kelengahan, sedangkan negeri akhirat itu,
sungguh lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Tidakkah kamu
mengerti?
Qad na‘lamu innahū layaḥzunukal-lażī yaqūlūna fa innahum lā yukażżibūnaka wa lākinnaẓ-ẓālimīna bi'āyātillāhi yajhadūn(a).
Sungguh,
Kami mengetahui bahwa sesungguhnya apa yang mereka katakan itu
betul-betul membuatmu (Nabi Muhammad) bersedih. (Bersabarlah) karena
sebenarnya mereka tidak mendustakanmu, tetapi orang-orang zalim itu
selalu mengingkari ayat-ayat Allah.
Wa
laqad kużżibat rusulum min qablika fa ṣabarū ‘alā mā kużżibū wa ūżū
ḥattā atāhum naṣrunā, wa lā mubaddila likalimātillāh(i), wa laqad jā'aka
min naba'il-mursalīn(a).
Sungguh
rasul-rasul sebelum engkau pun telah didustakan, lalu mereka sabar
terhadap pendustaan dan penganiayaan (yang dilakukan) terhadap mereka
sampai datang pertolongan Kami kepada mereka. Tidak ada yang dapat
mengubah kalimāt Allah.240) Sungguh, telah datang kepadamu sebagian berita rasul-rasul itu.
Catatan Kaki
240) Yang dimaksud dengan kalimāt Allah adalah ketetapan-ketetapan-Nya yang sudah tertulis di Lauhulmahfuz. Di antaranya adalah bahwa mereka yang mendustakannya pasti akan hancur dan orang yang mengimaninya akan menang.
Wa
in kāna kabura ‘alaika i‘rāḍuhum fa inistaṭa‘ta an tabtagiya nafaqan
fil-arḍi au sullaman fis-samā'i fa ta'tiyahum bi'āyah(tin), wa lau
syā'allāhu lajama‘ahum ‘alal-hudā falā takūnanna minal-jāhilīn(a).
Jika
keberpalingan mereka terasa berat bagimu (Nabi Muhammad), andaikan
engkau dapat membuat lubang di bumi atau tangga ke langit lalu engkau
dapat mendatangkan bukti (mukjizat) kepada mereka, (maka buatlah).
Seandainya Allah menghendaki, tentu Dia akan menjadikan mereka semua
mengikuti petunjuk. Oleh karena itu, janganlah sekali-kali engkau
termasuk orang-orang yang bodoh.
Hanya orang-orang yang menyimak (ayat-ayat Allah) sajalah yang mematuhi (seruan-Nya). Adapun orang-orang yang mati241) kelak akan dibangkitkan oleh Allah, kemudian kepada-Nya mereka dikembalikan.
Catatan Kaki
241) Orang-orang kafir diserupakan dengan orang-orang yang mati karena mereka tidak mau mendengar seruan Allah Swt.
Wa
qālū lau lā nuzzila ‘alaihi āyatum mir rabbih(ī), qul innallāha qādirun
‘alā ay yunazzila āyataw wa lākinna akṡarahum lā ya‘lamūn(a).
Mereka
(orang-orang musyrik) berkata, “Mengapa tidak diturunkan kepadanya
(Nabi Muhammad) suatu bukti (mukjizat) dari Tuhannya?” Katakanlah,
“Sesungguhnya Allah Maha Kuasa menurunkan suatu bukti (mukjizat), tetapi
kebanyakan mereka tidak mengetahui.”
Wa
mā min dābbatin fil-arḍi wa lā ṭā'iriy yaṭīru bijanāḥaihi illā umamun
amṡālukum, mā farraṭnā fil-kitābi min syai'in ṡumma ilā rabbihim
yuḥsyarūn(a).
Tidak
ada seekor hewan pun (yang berada) di bumi dan burung-burung yang
terbang dengan kedua sayapnya, melainkan semuanya merupakan umat (juga)
seperti kamu.242) Tidak ada sesuatu pun yang Kami luputkan di dalam kitab,243) kemudian kepada Tuhannya mereka dikumpulkan.
Catatan Kaki
242) Sebagai makhluk hidup, binatang mempunyai kemiripan biologis dengan manusia, bahkan sebagian mempunyai sistem sosial seperti masyarakat manusia dengan kepemimpinannya.
243) Sebagian mufasir menafsirkan kitab itu dengan Lauhulmahfuz sehingga kalimat ini menunjukkan bahwa nasib semua makhluk sudah dituliskan (ditetapkan) di dalamnya. Ada pula yang menafsirkannya dengan Al-Qur’an sehingga maknanya adalah bahwa Al-Qur’an telah memuat pokok-pokok agama, norma, hukum, hikmah, dan tuntunan untuk kebahagiaan manusia di dunia dan akhirat.
Wal-lażīna
każżabū bi'āyātinā ṣummuw wa bukmun fiẓ-ẓulumāt(i), may yasya'illāhu
yuḍlilhu wa may yasya' yaj‘alhu ‘alā ṣirāṭim mustaqīm(in).
Orang-orang
yang mendustakan ayat-ayat Kami (seperti orang yang) tuli dan bisu,
serta berada dalam berbagai kegelapan. Siapa yang dikehendaki Allah
(dalam kesesatan), niscaya disesatkan-Nya. Siapa yang dikehendaki Allah
(dalam petunjuk), niscaya Dia menjadikannya berada di atas jalan yang
lurus.244)
Catatan Kaki
244) Mereka yang disesatkan oleh Allah Swt. memang memilih jalan kekufuran, sedangkan mereka yang diberi petunjuk memang memilih jalan petunjuk.
Qul ara'aitakum in atākum ‘ażābullāhi au atatkumus-sā‘atu agairallāhi tad‘ūn(a), in kuntum ṣādiqīn(a).
Katakanlah
(Nabi Muhammad), “Terangkanlah kepadaku (bahwa) jika siksaan Allah
sampai kepadamu (di dunia) atau hari Kiamat sampai kepadamu, apakah kamu
(tetap) akan menyeru (tuhan) selain Allah, jika kamu (merasa) orang
yang benar?”
Bal iyyāhu tad‘ūna fa yaksyifu mā tad‘ūna ilaihi in syā'a wa tansauna mā tusyrikūn(a).
Tidak!
Hanya kepada-Nya kamu menyeru. Maka, jika Dia menghendaki, Dia
hilangkan apa (bahaya dan siksa) yang (karenanya) kamu memohon
kepada-Nya, dan (karena dahsyatnya keadaan) kamu tinggalkan apa yang
kamu persekutukan (dengan Allah).
Wa laqad arsalnā ilā umamim min qablika fa akhażnāhum bil-ba'sā'i waḍ-ḍarrā'i la‘allahum yataḍarra‘ūn(a).
Sungguh,
Kami telah mengutus (para rasul) kepada umat-umat sebelum engkau,
(tetapi mereka membangkang,) kemudian Kami siksa mereka dengan
(menimpakan) kemelaratan dan kesengsaraan, agar tunduk merendahkan diri
(kepada Allah).
Falau lā iż jā'ahum ba'sunā taḍarra‘ū wa lākin qasat qulūbuhum wa zayyana lahumusy-syaiṭānu mā kānū ya‘malūn(a).
Akan
tetapi, mengapa mereka tidak tunduk merendahkan diri (kepada Allah)
ketika siksaan Kami datang menimpa mereka? Bahkan hati mereka telah
menjadi keras dan setan pun menjadikan terasa indah bagi mereka apa yang
selalu mereka kerjakan.
Maka,
ketika mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka,
Kami pun membukakan pintu-pintu segala sesuatu (kesenangan) untuk
mereka, sehingga ketika mereka bergembira dengan apa yang telah
diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka secara tiba-tiba, maka ketika
itu mereka terdiam putus asa.
Qul
ara'aitum in akhażallāhu sam‘akum wa abṣārakum wa khatama ‘alā
qulūbikum man ilāhun gairullāhi ya'tīkum bih(ī), unẓur kaifa
nuṣarriful-āyāti ṡumma hum yaṣdifūn(a).
Katakanlah
(Nabi Muhammad), “Terangkanlah kepadaku jika Allah mencabut pendengaran
dan penglihatan serta menutup hatimu, siapakah tuhan selain Allah yang
kuasa mengembalikannya kepadamu?” Perhatikanlah, bagaimana Kami
menjelaskan berulang-ulang (kepada mereka) tanda-tanda kekuasaan (Kami),
tetapi mereka tetap berpaling.
Qul ara'aitakum in atākum ‘ażābullāhi bagtatan au jahratan hal yuhlaku illal-qaumuẓ-ẓālimūn(a).
Katakanlah
(Nabi Muhammad), “Terangkanlah kepadaku jika siksaan Allah sampai
kepadamu secara tiba-tiba atau terang-terangan, adakah yang dibinasakan
(Allah) selain orang-orang yang zalim?”
Wa mā nursilul-mursalīna illā mubasysyirīna wa munżirīn(a), faman āmana wa aṣlaḥa falā khaufun ‘alaihim wa lā hum yaḥzanūn(a).
Tidaklah
Kami utus para rasul melainkan untuk memberi kabar gembira dan memberi
peringatan. Siapa beriman dan mengadakan perbaikan, maka tidak ada rasa
takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati.
Qul
lā aqūlu lakum ‘indī khazā'inullāhi wa lā a‘lamul-gaiba wa lā aqūlu
lakum innī malak(un), in attabi‘u illā mā yūḥā ilayy(a), qul hal
yastawil-a‘mā wal-baṣīr(u), afalā tatafakkarūn(a).
Katakanlah
(Nabi Muhammad), “Aku tidak mengatakan kepadamu bahwa perbendaharaan
(rezeki) Allah ada padaku, aku (sendiri) tidak mengetahui yang gaib, dan
aku tidak (pula) mengatakan kepadamu bahwa aku malaikat. Aku tidak
mengikuti kecuali apa yang diwahyukan kepadaku.” Katakanlah, “Apakah
sama orang yang buta dengan orang yang melihat? Apakah kamu tidak
memikirkan(-nya)?”
Wa anżir bihil-lażīna yakhāfūna ay yuḥsyarū ilā rabbihim laisa lahum min dūnihī waliyyuw wa lā syafī‘ul la‘allahum yattaqūn(a).
Peringatkanlah
dengannya (Al-Qur’an) orang-orang yang takut akan dikumpulkan menghadap
Tuhannya (pada hari Kiamat). Tidak ada bagi mereka pelindung dan
pemberi syafaat (pertolongan) selain Allah, agar mereka bertakwa.
Wa
lā taṭrudil-lażīna yad‘ūna rabbahum bil-gadāti wal-‘asyiyyi yurīdūna
wajhah(ū), mā ‘alaika min ḥisābihim min syai'iw wa mā min ḥisābika
‘alaihim min syai'in fa taṭrudahum fa takūna minaẓ-ẓālimīn(a).
Janganlah
engkau (Nabi Muhammad) mengusir orang-orang yang menyeru Tuhannya pada
pagi dan petang hari, sedangkan mereka mengharapkan keridaan-Nya. Engkau
tidak memikul tanggung jawab sedikit pun terhadap perbuatan mereka dan
mereka (pun) tidak memikul tanggung jawab sedikit pun terhadap
perbuatanmu, sehingga engkau (tidak berhak) mengusir mereka. (Jika
dilakukan,) engkau termasuk orang-orang yang zalim.245)
Catatan Kaki
245) Ketika Rasulullah saw. sedang duduk-duduk bersama beberapa orang mukmin yang dianggap hina dan miskin oleh kaum Quraisy, datanglah beberapa pemuka Quraisy hendak berbicara dengan Rasulullah. Mereka enggan duduk bersama dengan orang mukmin itu dan mendesak beliau untuk mengusir orang-orang mukmin itu supaya mereka dapat berbicara dengan Rasulullah secara nyaman. Ayat ini turun sebagai teguran terhadap sikap tersebut.
Demikianlah
Kami telah menguji sebagian mereka (yang kaya dan berkuasa) dengan
sebagian yang lain (yang miskin dan menderita), sehingga mereka (yang
kaya dan kufur itu) berkata, “Orang-orang semacam inikah (yang status
sosialnya rendah) di antara kita yang diberi anugerah oleh Allah?”
(Allah berfirman,) “Tidakkah Allah lebih mengetahui tentang mereka yang
bersyukur (kepada-Nya)?”
Wa
iżā jā'akal-lażīna yu'minūna bi'āyātinā fa qul salāmun ‘alaikum kataba
rabbukum ‘alā nafsihir-raḥmah(ta), annahū man ‘amila minkum sū'am
bijahālatin ṡumma tāba mim ba‘dihī wa aṣlaḥa fa annahū gafūrur
raḥīm(un).
Apabila
orang-orang yang beriman pada ayat-ayat Kami datang kepadamu,
katakanlah, “Salāmun ‘alaikum (semoga keselamatan tercurah kepadamu).”
Tuhanmu telah menetapkan sifat kasih sayang pada diri-Nya, (yaitu) siapa
yang berbuat kejahatan di antara kamu karena kejahilan (kebodohan,
kecerobohan, dorongan nafsu, amarah dan sebagainya), kemudian dia
bertobat setelah itu dan memperbaiki diri, maka sesungguhnya Dia Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang.
Wa każālika nufaṣṣilul-āyāti wa litastabīna sabīlal-mujrimīn(a).
Demikianlah
Kami terangkan ayat-ayat Al-Qur’an secara terperinci (agar terlihat
jelas jalan kebenaran) dan agar terlihat jelas (pula) jalan para
pendurhaka.
Qul
innī nuhītu an a‘budal-lażīna tad‘ūna min dūnillāh(i), qul lā attabi‘u
ahwā'akum, qad ḍalaltu iżaw wa mā ana minal-muhtadīn(a).
Katakanlah
(Nabi Muhammad), “Sesungguhnya aku dilarang menyembah tuhan-tuhan yang
kamu sembah selain Allah.” Katakanlah, “Aku tidak akan mengikuti
keinginanmu. Jika berbuat demikian, sungguh tersesatlah aku, dan aku
tidak termasuk orang yang mendapat petunjuk.”
Qul
innī ‘alā bayyinatim mir rabbī wa każżabtum bih(ī), mā ‘indī mā
tasta‘jilūna bih(ī), inil-ḥukmu illā lillāh(i), yaquṣṣul-ḥaqqa wa huwa
khairul-fāṣilīn(a).
Katakanlah
(Nabi Muhammad), “Aku (berada) di atas keterangan yang nyata
(kebenarannya, yaitu Al-Qur’an) dari Tuhanku, sedangkan kamu
mendustakannya. Bukanlah kewenanganku (untuk menurunkan azab) yang kamu
tuntut untuk disegerakan kedatangannya. Menetapkan hukum itu hanyalah
hak Allah. Dia menerangkan kebenaran dan Dia pemberi keputusan yang
terbaik.”
Qul lau anna ‘indī mā tasta‘jilūna bihī laquḍiyal-amru bainī wa bainakum, wallāhu a‘lamu biẓ-ẓālimīn(a).
Katakanlah
(Nabi Muhammad), “Seandainya ada padaku (kewenangan untuk menurunkan)
apa (azab) yang kamu minta agar disegerakan kedatangannya, tentu
selesailah segala perkara antara aku dan kamu.”246) Allah lebih mengetahui tentang orang-orang yang zalim.
Catatan Kaki
246) Maksudnya, tentu Allah Swt. menurunkan azab kepadamu sampai kamu binasa.
Wa
‘indahū mafātiḥul-gaibi lā ya‘lamuhā illā huw(a), wa ya‘lamu mā
fil-barri wal-baḥr(i), wa mā tasquṭu miw waraqatin illā ya‘lamuhā wa lā
ḥabbatin fī ẓulumātil-arḍi wa lā raṭbiw wa lā yābisin illā fī kitābim
mubīn(in).
Kunci-kunci
semua yang gaib ada pada-Nya; tidak ada yang mengetahuinya selain Dia.
Dia mengetahui apa yang ada di darat dan di laut. Tidak ada sehelai daun
pun yang gugur yang tidak diketahui-Nya. Tidak ada sebutir biji pun
dalam kegelapan bumi dan tidak pula sesuatu yang basah atau yang kering,
melainkan (tertulis) dalam kitab yang nyata (Lauhulmahfuz).
Dialah
yang menidurkan kamu pada malam hari dan Dia mengetahui apa yang kamu
kerjakan pada siang hari. Kemudian, Dia membangunkan kamu padanya (siang
hari) untuk disempurnakan umurmu yang telah ditetapkan. Kemudian
kepada-Nya tempat kamu kembali, lalu Dia memberitahukan kepadamu apa
yang telah kamu kerjakan.
Wa
huwal-qāhiru fauqa ‘ibādihī wa yursilu ‘alaikum ḥafaẓah(tan), ḥattā iżā
jā'a aḥadakumul-mautu tawaffathu rusulunā wa hum lā yufarriṭūn(a).
Dialah
Penguasa mutlak di atas semua hamba-Nya, dan Dia mengutus kepadamu
malaikat-malaikat penjaga, sehingga apabila kematian datang kepada salah
seorang di antara kamu, malaikat-malaikat Kami mencabut nyawanya, dan
mereka tidak melalaikan tugasnya.
Ṡumma ruddū ilallāhi maulāhumul-ḥaqq(i), alā lahul-ḥukmu wa huwa asra‘ul-ḥāsibīn(a).
Kemudian
mereka (hamba-hamba Allah) dikembalikan kepada Allah, Penguasa mereka
yang sebenarnya. Ketahuilah bahwa segala hukum (pada hari itu) hanya
milik-Nya, Dialah pembuat perhitungan yang paling cepat.
Qul
may yunajjīkum min ẓulumātil-barri wal-baḥri tad‘ūnahū taḍarru‘aw wa
khufyah(tan), la'in anjānā min hāżihī lanakūnanna minasy- syākirīn(a).
Katakanlah
(Nabi Muhammad), “Siapakah yang dapat menyelamatkanmu dari berbagai
kegelapan (bencana) di darat dan di laut, ketika kamu berdoa kepada-Nya
dengan rendah hati dan dengan suara yang lembut (dengan berkata),
‘Sungguh, jika Dia menyelamatkan kami dari (bencana) ini, tentulah kami
menjadi orang-orang yang bersyukur.’”
Qulillāhu yunajjīkum minhā wa min kulli karbin ṡumma antum tusyrikūn(a).
Katakanlah
(Nabi Muhammad), “Allah yang menyelamatkanmu darinya (bencana itu) dan
dari segala macam kesusahan. Kemudian, kamu (kembali)
mempersekutukan-Nya.”
Qul
huwal-qādiru ‘alā ay yab‘aṡa ‘alaikum ‘ażābam min fauqikum au min taḥti
arjulikum au yalbisakum syiya‘aw wa yużīqa ba‘ḍakum ba'sa ba‘ḍ(in),
unẓur kaifa nuṣarriful-āyāti la‘allahum yafqahūn(a).
Katakanlah (Nabi Muhammad), “Dialah Yang Maha Kuasa mengirimkan azab kepadamu, dari atas atau dari bawah kakimu247)
atau Dia memecah belah kamu menjadi golongan-golongan (yang saling
bertentangan) dan merasakan kepada sebagian kamu keganasan sebagian yang
lain.” Perhatikanlah, bagaimana Kami menjelaskan berulang-ulang
tanda-tanda (kekuasaan Kami) agar mereka memahami(-nya).248)
Catatan Kaki
247) Azab yang datang dari atas adalah hujan batu, sambaran petir, dan lain-lain. Adapun yang datang dari bawah adalah seperti gempa bumi dan banjir.
248) Allah Swt. menjelaskan tanda-tanda kekuasaan-Nya dalam berbagai rupa dengan cara yang berbeda-beda. Sebagian ulama menjelaskan bahwa tanda-tanda kekuasaan Allah itu berupa peringatan, kisah, hukum, dan lain-lain.
Wa
iżā ra'aital-lażīna yakhūḍūna fī āyātinā fa a‘riḍ ‘anhum ḥattā yakhūḍū
fī ḥadīṡin gairih(ī), wa immā yunsiyannakasy-syaiṭānu falā taq‘ud
ba‘daż-żikrā ma‘al-qaumiẓ-ẓālimīn(a).
Apabila
engkau (Nabi Muhammad) melihat orang-orang memperolok-olokkan ayat-ayat
Kami, maka tinggalkanlah mereka hingga mereka beralih ke pembicaraan
lain. Jika setan benar-benar menjadikan engkau lupa (akan larangan ini),
setelah ingat kembali janganlah engkau duduk bersama kaum yang zalim.
Wa mā ‘alal-lażīna yattaqūna min ḥisābihim min syai'iw wa lākin żikrā la‘allahum yattaqūn(a).
Orang-orang
yang bertakwa tidak ada tanggung jawab sedikit pun atas (dosa-dosa)
mereka, tetapi (berkewajiban memberi) peringatan agar mereka (juga)
bertakwa.
Wa
żaril-lażīnattakhażū dīnahum la‘ibaw wa lahwaw wa
garrathumul-ḥayātud-dun-yā wa żakkir bihī an tubsala nafsum bimā
kasabat, laisa lahā min dūnillāhi waliyyuw wa lā syafī‘(un), wa in
ta‘dil kulla ‘adlil lā yu'khaż minhā, ulā'ikal-lażīna ubsilū bimā kasabū
lahum syarābum min ḥamīmiw wa ‘ażābun alīmum bimā kānū yakfurūn(a).
Tinggalkanlah
orang-orang yang menjadikan agamanya sebagai permainan dan kelengahan,
dan mereka telah tertipu oleh kehidupan dunia. Peringatkanlah (mereka)
dengannya (Al-Qur’an) agar seseorang tidak terjerumus (ke dalam neraka),
karena perbuatannya sendiri. Tidak ada baginya pelindung dan pemberi
syafaat (pertolongan) selain Allah. Jika dia hendak menebus dengan
segala macam tebusan apa pun, niscaya tidak akan diterima. Mereka itulah
orang-orang yang dijerumuskan (ke dalam neraka), karena perbuatan
mereka sendiri. Mereka mendapat minuman dari air yang mendidih dan azab
yang pedih karena mereka selalu kufur.
Qul
anad‘ū min dūnillāhi mā lā yanfa‘unā wa lā yaḍurrunā wa nuraddu ‘alā
a‘qābinā ba‘da iż hadānallāhu kal-lażīstahwathusy-syayāṭīnu fil-arḍi
ḥairāna lahū aṣḥābuy yad‘ūnahū ilal-huda'tinā, qul inna hudallāhi
huwal-hudā, wa umirnā linuslima lirabbil-‘ālamīn(a).
Katakanlah
(Nabi Muhammad), “Apakah kita akan memohon pada sesuatu selain Allah,
yang tidak dapat memberi manfaat dan tidak (pula) mendatangkan mudarat
kepada kita, dan (apakah) kita akan dikembalikan ke belakang (kufur dan
sesat), setelah Allah memberi petunjuk kepada kita, seperti orang yang
telah disesatkan oleh setan di bumi, dalam keadaan kebingungan,”
sedangkan dia mempunyai kawan-kawan yang selalu mengajaknya ke jalan
yang lurus (dengan mengatakan), ‘Ikutilah kami.’?” Katakanlah,
“Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang sebenarnya). Kita
diperintahkan agar berserah diri kepada Tuhan semesta alam,
Wa
huwal-lażī khalaqas-samāwāti wal-arḍa bil-ḥaqq(i), wa yauma yaqūlu kun
fa yakūn(u), qauluhul-ḥaqq(u), wa lahul-mulku yauma yunfakhu fiṣ-ṣūr(i),
‘ālimul-gaibi wasy-syahādati wa huwal-ḥakīmul-khabīr(u).
Dialah
yang menciptakan langit dan bumi dengan hak (benar). (Sungguh benar
ketetapan-Nya) pada hari (ketika) Dia berkata, “Jadilah!” Maka, jadilah
sesuatu itu. Firman-Nya adalah benar, dan milik-Nyalah segala kekuasaan
pada waktu sangkakala ditiup. Dia mengetahui yang gaib dan yang nyata.
Dialah Yang Maha Bijaksana lagi Maha Teliti.
Wa iż qāla ibrāhīmu li'abīhi āzara atattakhiżu aṣnāman ālihah(tan), innī arāka wa qaumaka fī ḍalālim mubīn(in).
(Ingatlah) ketika Ibrahim berkata kepada ayahnya,250)
Azar, “Apakah (pantas) engkau menjadikan berhala-berhala itu sebagai
tuhan? Sesungguhnya aku melihat engkau dan kaummu dalam kesesatan yang
nyata.”
Catatan Kaki
250) Sebagian mufasir meyakini bahwa yang dimaksud dengan abīhi adalah pamannya, bukan ayahnya.
Ketika
malam telah menjadi gelap, dia (Ibrahim) melihat sebuah bintang (lalu)
dia berkata, “Inilah Tuhanku.” Maka, ketika bintang itu terbenam dia
berkata, “Aku tidak suka kepada yang terbenam.”251)
Catatan Kaki
251) Apa yang dilakukan Nabi Ibrahim a.s. ini lebih tepat dipahami sebagai upayanya menanamkan akidah tauhid kepada kaumnya, bukan sebagai perjalanannya mencari Tuhan.
Kemudian,
ketika dia melihat bulan terbit dia berkata (kepada kaumnya), “Inilah
Tuhanku.” Akan tetapi, ketika bulan itu terbenam dia berkata, “Sungguh,
jika Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaku, pastilah aku termasuk kaum
yang sesat.”
Kemudian,
ketika dia melihat matahari terbit dia berkata (lagi kepada kaumnya),
“Inilah Tuhanku. Ini lebih besar.” Akan tetapi, ketika matahari terbenam
dia berkata, “Wahai kaumku, sesungguhnya aku berlepas diri dari yang
kamu persekutukan.”
Innī wajjahtu wajhiya lil-lażī faṭaras-samāwāti wal-arḍa ḥanīfaw wa mā ana minal-musyrikīn(a).
Sesungguhnya
aku menghadapkan wajahku (hanya) kepada Yang menciptakan langit dan
bumi dengan (mengikuti) agama yang lurus dan aku bukanlah termasuk
orang-orang musyrik.
Wa
ḥājjahū qaumuh(ū), qāla atuḥājjūnnī fillāhi wa qad hadān(i), wa lā
akhāfu mā tusyrikūna bihī illā ay yasyā'a rabbī syai'ā(n), wasi‘a rabbī
kulla syai'in ‘ilmā(n), afalā tatażakkarūn(a).
Kaumnya
membantah. Dia (Ibrahim) berkata, “Apakah kamu hendak membantahku
tentang Allah, padahal Dia benar-benar telah memberi petunjuk kepadaku?
Aku tidak takut kepada yang kamu persekutukan dengan-Nya, kecuali
Tuhanku menghendaki sesuatu. Ilmu Tuhanku meliputi segala sesuatu.
Tidakkah kamu dapat mengambil pelajaran?”
Wa
kaifa akhāfu mā asyraktum wa lā takhāfūna annakum asyraktum billāhi mā
lam yunazzil bihī ‘alaikum sulṭānā(n), fa ayyul-farīqaini aḥaqqu
bil-amn(i), in kuntum ta‘lamūn(a).
Bagaimana
mungkin aku takut kepada yang kamu sekutukan (dengan Allah), padahal
kamu tidak takut menyekutukan sesuatu dengan Allah yang Dia (sendiri)
tidak pernah menurunkan kepadamu alasan apa pun. Maka, golongan yang
manakah dari keduanya yang lebih berhak mendapat keamanan (dari
malapetaka) jika kamu mengetahui?”252)
Catatan Kaki
252) Setelah Allah Swt. memperlihatkan tanda-tanda keagungan-Nya kepada Nabi Ibrahim a.s. sehingga imannya kepada Allah Swt. makin teguh (ayat 75), ia menuntun kaumnya menuju tauhid dengan mengikuti logika berpikir mereka.
Al-lażīna āmanū wa lam yalbisū īmānahum biẓulmin ulā'ika lahumul-amnu wa hum muhtadūn(a).
Orang-orang
yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman
(syirik), merekalah orang-orang yang mendapat rasa aman dan mendapat
petunjuk.
Wa tilka ḥujjatunā ātaināhā ibrāhīma ‘alā qaumih(ī), narfa‘u darajātim man nasyā'(u), inna rabbaka ḥakīmun ‘alīm(un).
Itulah
keterangan yang Kami anugerahkan kepada Ibrahim untuk menghadapi
kaumnya. Kami tinggikan orang yang Kami kehendaki beberapa derajat.
Sesungguhnya Tuhanmu Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui.
Wa
wahabnā lahū isḥāqa wa ya‘qūb(a), kullan hadainā wa nūḥan hadainā min
qablu wa min żurriyyatihī dāwūda wa sulaimāna wa ayyūba wa yūsufa wa
mūsā wa hārūna wa każālika najzil-muḥsinīn(a).
Kami
telah menganugerahkan kepadanya Ishaq dan Ya‘qub. Tiap-tiap mereka
telah Kami beri petunjuk. Sebelumnya Kami telah menganugerahkan petunjuk
kepada Nuh. (Kami juga menganugerahkan petunjuk) kepada sebagian dari
keturunannya, yaitu Daud, Sulaiman, Ayyub, Yusuf, Musa, dan Harun.
Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat
kebaikan.
Wa min ābā'ihim wa żurriyyātihim wa ikhwānihim, wajtabaināhum wa hadaināhum ilā ṣirāṭim mustaqīm(in).
(Kami
lebihkan pula) sebagian dari nenek moyang mereka, keturunan mereka, dan
saudara-saudara mereka. Kami telah memilih mereka (menjadi nabi dan
rasul) dan Kami memberi mereka petunjuk menuju jalan yang lurus.
Żālika hudallāhi yahdī bihī may yasyā'u min ‘ibādih(ī), wa lau asyrakū laḥabiṭa ‘anhum mā kānū ya‘malūn(a).
Demikian
itu petunjuk Allah. Dengannya Dia memberi petunjuk kepada siapa saja di
antara hamba-hamba-Nya yang Dia kehendaki. Seandainya mereka
mempersekutukan Allah, pasti sia-sialah amal yang telah mereka kerjakan.
Mereka
itulah orang-orang yang telah Kami anugerahi kitab, hikmah, dan
kenabian. Jika orang-orang (Quraisy) itu mengingkarinya, Kami akan
menyerahkannya kepada kaum yang tidak mengingkarinya.
Ulā'ikal-lażīna hadallāhu fa bihudāūhumuqtadih, qul lā as'alukum ‘alaihi ajrā(n), in huwa illā żikrā lil-‘ālamīn(a).
Mereka
itulah (para nabi) yang telah diberi petunjuk oleh Allah. Maka,
ikutilah petunjuk mereka. Katakanlah (Nabi Muhammad), “Aku tidak meminta
imbalan kepadamu atasnya (menyampaikan Al-Qur’an).” (Al-Qur’an) itu
hanyalah peringatan untuk (umat) seluruh alam.
Wa
mā qadarullāha ḥaqqa qadrihī iż qālū mā anzalallāhu ‘alā basyarim min
syai'(in), qul man anzalal-kitābal-lażī jā'a bihī mūsā nūraw wa hudal
lin-nāsi taj‘alūnahū qarāṭīsa tubdūnahā wa tukhfūna kaṡīrā(n), wa
‘ullimtum mā lam ta‘lamū antum wa lā ābā'ukum, qulillāh(u), ṡumma żarhum
fī khauḍihim yal‘abūn(a).
Mereka
(Bani Israil) tidak mengagungkan Allah sebagaimana mestinya ketika
mereka berkata, “Allah tidak menurunkan sesuatu pun kepada manusia.”
Katakanlah (Nabi Muhammad), “Siapakah yang menurunkan kitab suci
(Taurat) yang dibawa Musa sebagai cahaya dan petunjuk bagi manusia? Kamu
(Bani Israil) menjadikannya lembaran-lembaran lepas. Kamu
memperlihatkan (sebagiannya) dan banyak yang kamu sembunyikan, padahal
telah diajarkan kepadamu apa yang tidak diketahui baik olehmu maupun
oleh nenek moyangmu.” Katakanlah, “Allah.” Kemudian, biarkanlah mereka
bermain-main dalam kesesatannya.253)
Catatan Kaki
253) Kalimat ini diucapkan sebagai sindiran kepada mereka, seakan-akan mereka dipandang sebagai kanak-kanak yang belum berakal.
Wa
hāżā kitābun anzalnāhu mubārakum muṣaddiqul-lażī baina yadaihi wa
litunżira ummal-qurā wa man ḥaulahā, wal-lażīna yu'minūna bil-ākhirati
yu'minūna bihī wa hum ‘alā ṣalātihim yuḥāfiẓūn(a).
Ini
(Al-Qur’an) adalah kitab suci yang telah Kami turunkan lagi diberkahi
yang membenarkan kitab-kitab yang (diturunkan) sebelumnya dan agar
engkau memberi peringatan kepada (penduduk) Ummul Qura (Makkah) dan
orang-orang yang ada di sekitarnya. Orang-orang yang beriman pada
(kehidupan) akhirat (tentu) beriman padanya (Al-Qur’an) dan mereka
selalu memelihara salatnya.
Wa
man aẓlamu mimmaniftarā ‘alallāhi każiban au qāla ūḥiya ilayya wa lam
yūḥa ilaihi syai'uw wa man qāla sa'unzilu miṡla mā anzalallāh(u), wa lau
tarā iżiẓ-ẓālimūna fī gamarātil-mauti wal-malā'ikatu bāsiṭū aidīhim,
akhirjū anfusakum, al-yauma tujzauna ‘ażābal-hūni bimā kuntum taqūlūna
‘alallāhi gairal-ḥaqqi wa kuntum ‘an āyātihī tastakbirūn(a).
Siapakah
yang lebih zalim daripada orang-orang yang mengada-adakan dusta
terhadap Allah atau yang berkata, “Telah diwahyukan kepadaku,” padahal
tidak diwahyukan sesuatu pun kepadanya dan orang yang berkata, “Aku akan
mendatangkan seperti yang diturunkan Allah.” Seandainya saja engkau
melihat pada waktu orang-orang zalim itu (berada) dalam kesakitan
sakratulmaut, sedang para malaikat memukul dengan tangannya (sembari
berkata), “Keluarkanlah nyawamu!” Pada hari ini kamu akan dibalas dengan
azab yang sangat menghinakan karena kamu mengatakan terhadap Allah
(perkataan) yang tidak benar dan (karena) kamu menyombongkan diri
terhadap ayat-ayat-Nya.
Wa
laqad ji'tumūnā furādā kamā khalaqnākum awwala marratiw wa taraktum mā
khawwalnākum warā'a ẓuhūrikum, wa mā narā ma‘akum syufa‘ā'akumul-lażīna
za‘amtum annahum fīkum syurakā'(u), laqat taqaṭṭa‘a bainakum wa ḍalla
‘ankum mā kuntum taz‘umūn(a).
(Kini)
kamu benar-benar datang kepada Kami sendiri-sendiri sebagaimana Kami
ciptakan kamu pada mulanya. Kamu sudah meninggalkan di belakangmu (di
dunia) apa yang telah Kami karuniakan kepadamu. Kami tidak melihat
bersamamu para pemberi syafaat (pertolongan) yang kamu anggap bagi
dirimu sebagai sekutu-sekutu(-Ku). Sungguh, telah terputus (semua
pertalian) antara kamu dan telah lenyap dari kamu apa yang dahulu kamu
sangka (sebagai sekutu Allah).
Innallāha
fāliqul-ḥabbi wan-nawā, yukhrijul-ḥayya minal-mayyiti wa
mukhrijul-mayyiti minal-ḥayy(i), żālikumullāhu fa annā tu'fakūn(a).
Sesungguhnya
Allah yang menumbuhkan butir (padi-padian) dan biji (buah-buahan). Dia
mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari
yang hidup. Itulah (kekuasaan) Allah. Maka, bagaimana kamu dapat
dipalingkan?
Fāliqul-iṣbāḥ(i), wa ja‘alal-laila sakanaw wasy-syamsa wal-qamara ḥusbānā(n), żālika taqdīrul-‘azīzil-‘alīm(i).
(Dia)
yang menyingsingkan pagi dan menjadikan malam untuk beristirahat, serta
(menjadikan) matahari dan bulan untuk perhitungan. Itulah ketetapan
Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.
Wa huwal-lażī ja‘ala lakumun-nujūma litahtadū bihā fī ẓulumātil-barri wal-baḥr(i), qad faṣṣalnal-āyāti liqaumiy ya‘lamūn(a).
Dialah
yang menjadikan bagimu bintang-bintang agar kamu menjadikannya petunjuk
dalam kegelapan (yang pekat) di darat dan di laut. Sungguh, Kami telah
memerinci tanda-tanda (kekuasaan Kami) kepada kaum yang mengetahui.
Wa huwal-lażī ansya'akum min nafsiw wāḥidatin fa mustaqarruw wa mustauda‘(un), qad faṣṣalnal-āyāti liqaumiy yafqahūn(a).
Dialah yang menciptakanmu dari diri yang satu (Adam), maka (bagimu) ada tempat menetap dan tempat menyimpan.254) Sungguh, Kami telah memerinci tanda-tanda (kekuasaan Kami) kepada kaum yang memahami.
Catatan Kaki
254) Menurut sebagian mufasir, yang dimaksud tempat menetap adalah tulang sulbi bapak dan tempat menyimpan adalah rahim ibu. Ada pula yang berpendapat bahwa tempat menetap adalah permukaan bumi pada waktu manusia masih hidup dan tempat menyimpan adalah perut bumi (kuburan) pada waktu manusia telah mati.
Wa
huwal-lażī anzala minas-samā'i mā'ā(n), fa akhrajnā bihī nabāta kulli
syai'in fa akhrajnā minhu khaḍiran nukhriju minhu ḥabbam mutarākibā(n),
wa minan nakhli min ṭal‘ihā qinwānun dāniyatuw wa jannātim min a‘nābiw
waz-zaitūna war-rummāna musytabihaw wa gaira mutasyābih(in), unẓurū ilā
ṡamarihī iżā aṡmara wa yan‘ih(ī), inna fī żālikum la'āyātil liqaumiy
yu'minūn(a).
Dialah
yang menurunkan air dari langit lalu dengannya Kami menumbuhkan segala
macam tumbuhan. Maka, darinya Kami mengeluarkan tanaman yang menghijau.
Darinya Kami mengeluarkan butir yang bertumpuk (banyak). Dari mayang
kurma (mengurai) tangkai-tangkai yang menjuntai. (Kami menumbuhkan)
kebun-kebun anggur. (Kami menumbuhkan pula) zaitun dan delima yang
serupa dan yang tidak serupa. Perhatikanlah buahnya pada waktu berbuah
dan menjadi masak. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar
terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang beriman.
Wa
ja‘alū lillāhi syurakā'al-jinna wa khalaqahum wa kharaqū lahū banīna wa
banātim bigairi ‘ilm(in), subḥānahū wa ta‘ālā ‘ammā yaṣifūn(a).
Mereka
(orang-orang musyrik) menjadikan jin sekutu-sekutu bagi Allah, padahal
Dia yang menciptakannya (jin-jin itu). Mereka berbohong terhadap-Nya
(dengan mengatakan bahwa Allah mempunyai) anak laki-laki dan anak
perempuan, tanpa (dasar) pengetahuan.255) Maha Suci dan Maha Tinggi Dia dari sifat-sifat yang mereka gambarkan.
Catatan Kaki
255) Mereka mengatakan bahwa Allah Swt. mempunyai anak, sebagaimana orang Yahudi mengatakan bahwa Uzair adalah putra Allah Swt. dan orang-orang musyrik mengatakan bahwa malaikat merupakan anak-anak perempuan Allah Swt. Mereka mengatakan demikian karena kebodohannya.
Badī‘us-samāwāti
wal-arḍ(i), annā yakūnu lahū waladuw wa lam takul lahū ṣāḥibah(tun), wa
khalaqa kulla syai'(in), wa huwa bikulli syai'in‘alīm(un).
Dia
(Allah) pencipta langit dan bumi. Bagaimana (mungkin) Dia mempunyai
anak, padahal Dia tidak mempunyai istri? Dia menciptakan segala sesuatu
dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.
Qad jā'akum baṣā'iru mir rabbikum, faman abṣara fa linafsih(ī), wa man ‘amiya fa ‘alaihā, wa mā ana ‘alaikum biḥafīẓ(in).
Sungguh, telah datang kepadamu bukti-bukti yang nyata dari Tuhanmu. Siapa yang melihat (bukti-bukti itu),256)
maka (manfaatnya) bagi dirinya sendiri dan siapa yang buta (tidak
melihat bukti-bukti itu), maka (akibat buruknya) bagi dirinya sendiri,
sedangkan aku (Nabi Muhammad) bukanlah pengawas(-mu).
Catatan Kaki
256) Siapa yang mengetahui kebenaran dan mengerjakan kebajikan serta memperoleh petunjuk, dia telah mencapai puncak kebahagiaan.
Wa każālika nuṣarriful-āyāti wa liyaqūlū darasta wa linubayyinahū liqaumiy ya‘lamūn(a).
Demikianlah
Kami menjelaskan berulang-ulang ayat-ayat Kami (agar orang-orang
beriman mengambil pelajaran darinya) dan agar mereka (orang-orang
musyrik) mengatakan, “Engkau telah mempelajari (ayat-ayat itu dari
Ahlulkitab),” dan agar Kami menjelaskannya (Al-Qur’an) kepada kaum yang
mengetahui.
Ittabi‘ mā ūḥiya ilaika mir rabbik(a), lā ilāha illā huw(a), wa a‘riḍ ‘anil-musyrikīn(a).
Ikutilah
apa (Al-Qur'an) yang telah diwahyukan kepadamu (Nabi Muhammad) dari
Tuhanmu. Tidak ada tuhan selain Dia. Berpalinglah pula dari orang-orang
musyrik.
Wa lau syā'allāhu mā asyrakū, wa mā ja‘alnā ‘alaihim ḥafīẓā(n), wa mā anta ‘alaihim biwakīl(in).
Sekiranya
Allah menghendaki, niscaya mereka tidak mempersekutukan(-Nya). Kami
tidak menjadikan engkau pengawas mereka dan engkau bukan pula penanggung
jawab mereka.
Wa
lā tasubbul-lażīna yad‘ūna min dūnillāhi fa yasubbullāha ‘adwam bigairi
‘ilm(in), każālika zayyannā likulli ummatin ‘amalahum, ṡumma ilā
rabbihim marji‘uhum fa yunabbi'uhum bimā kānū ya‘malūn(a).
Janganlah
kamu memaki (sesembahan) yang mereka sembah selain Allah karena mereka
nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa (dasar)
pengetahuan. Demikianlah, Kami jadikan setiap umat menganggap baik
pekerjaan mereka. Kemudian kepada Tuhan merekalah tempat kembali mereka,
lalu Dia akan memberitahukan kepada mereka apa yang telah mereka
kerjakan.
Mereka
bersumpah dengan (nama) Allah dengan sebenar-benarnya sumpah (bahwa)
sungguh jika datang suatu bukti (mukjizat) kepada mereka, pastilah
mereka akan beriman kepadanya. Katakanlah, “Sesungguhnya bukti-bukti itu
hanya ada pada sisi Allah.” Kamu tidak akan mengira bahwa jika bukti
(mukjizat) itu datang, mereka tidak juga akan beriman.257)
Catatan Kaki
257) Orang musyrik bersumpah bahwa jika mukjizat dari Allah datang, mereka akan beriman. Oleh karena itu, orang mukmin berharap agar Nabi memohon kepada Allah Swt. untuk menurunkan mukjizat yang dimaksud. Maka, Allah Swt. menolak harapan orang-orang mukmin itu dengan ayat ini.
Wa nuqallibu af'idatahum wa abṣārahum kamā lam yu'minū bihī awwala marratiw wa nażaruhum fī ṭugyānihim ya‘mahūn(a).
(Kamu
pun tidak akan mengira bahwa) Kami akan memalingkan hati dan
penglihatan mereka seperti pertama kali mereka tidak beriman kepadanya
(Al-Qur’an) serta Kami membiarkan mereka bingung dalam kesesatan.
Wa
lau annanā nazzalnā ilaihimul-malā'ikata wa kallamahumul-mautā wa
ḥasyarnā ‘alaihim kulla syai'in qubulam mā kānū liyu'minū illā ay
yasyā'allāhu wa lākinna akṡarahum yajhalūn(a).
Seandainya
Kami benar-benar menurunkan malaikat kepada mereka (sebagai saksi
kebenaran Rasul), orang yang telah mati pun (Kami hidupkan kembali lalu)
berbicara dengan mereka, dan Kami kumpulkan di hadapan mereka segala
sesuatu (yang mereka inginkan), mereka tidak juga akan beriman, kecuali
jika Allah menghendaki. Namun, kebanyakan mereka tidak mengetahui
(hakikat ini).
Wa
każālika ja‘alnā likulli nabiyyin ‘aduwwan syayāṭīnal-insi wal-jinni
yūḥī ba‘ḍuhum ilā ba‘ḍin zukhrufal-qauli gurūrā(n), wa lau syā'a rabbuka
mā fa‘alūhu fa żarhum wa mā yaftarūn(a).
Demikianlah
(sebagaimana Kami menjadikan bagimu musuh) Kami telah menjadikan (pula)
bagi setiap nabi musuh yang terdiri atas setan-setan (berupa) manusia
dan jin. Sebagian mereka membisikkan kepada sebagian yang lain perkataan
yang indah sebagai tipuan. Seandainya Tuhanmu menghendaki, niscaya
mereka tidak akan melakukannya. Maka, tinggalkan mereka bersama apa yang
mereka ada-adakan (kebohongan).
Wa litaṣgā ilaihi af'idatul-lażīna lā yu'minūna bil-ākhirati wa liyarḍauhu wa liyaqtarifū mā hum muqtarifūn(a).
(Setan-setan
itu saling membisikkan perkataan yang indah juga) agar hati kecil
orang-orang yang tidak beriman pada akhirat tertarik pada bisikan itu
serta menyenanginya, dan agar mereka melakukan apa yang biasa mereka
(setan-setan itu) lakukan.
Afagairallāhi
abtagī ḥakamaw wa huwal-lażī anzala ilaikumul-kitāba mufaṣṣalā(n),
wal-lażīna ātaināhumul-kitāba ya‘lamūna annahū munazzalum mir rabbika
bil-ḥaqqi falā takunanna minal-mumtarīn(a).
Maka,
apakah (pantas) aku mencari selain Allah sebagai hakim, padahal Dialah
yang menurunkan Kitab (Al-Qur’an) kepadamu (dengan penjelasan) secara
terperinci? Orang-orang yang telah Kami anugerahi Kitab Suci mengetahui
(bahwa) sesungguhnya (Al-Qur’an) itu diturunkan dari Tuhanmu dengan
benar. Maka, janganlah sekali-kali kamu termasuk orang-orang yang ragu.
Wa tammat kalimatu rabbika ṣidqaw wa ‘adlā(n), lā mubaddila likalimātih(ī), wa huwas-samī‘ul-‘alīm(u).
Telah
sempurna kalimat Tuhanmu (Al-Qur’an) dengan (mengandung) kebenaran dan
keadilan. Tidak ada (seorang pun) yang dapat mengubah
kalimat-kalimat-Nya. Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
Wa in tuṭi‘ akṡara man fil-arḍi yuḍillūka ‘an sabīlillāh(i), iy yattabi‘ūna illaẓ-ẓanna wa in hum illā yakhruṣ ūn(a).
Jika
engkau mengikuti (kemauan) kebanyakan orang (kafir) di bumi ini (dalam
urusan agama), niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah.
Mereka hanya mengikuti persangkaan belaka dan mereka hanyalah membuat
kebohongan.
Inna rabbaka huwa a‘lamu may yaḍillu ‘an sabīlih(ī), wa huwa a‘lamu bil-muhtadīn(a).
Sesungguhnya
Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui siapa yang tersesat dari
jalan-Nya dan Dia (pula) yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat
petunjuk.
Wa
mā lakum allā ta'kulū mimmā żukirasmullāhi ‘alaihi wa qad faṣṣala lakum
mā ḥarrama ‘alaikum illā maḍṭurirtum ilaih(i), wa inna kaṡīral
layuḍillūna bi'ahwā'ihim bigairi ‘ilm(in), inna rabbaka huwa a‘lamu
bil-mu‘tadīn(a).
Mengapa
kamu tidak mau memakan sesuatu (daging hewan) yang (ketika disembelih)
disebut nama Allah. Padahal, Allah telah menjelaskan secara rinci
kepadamu sesuatu yang Dia haramkan kepadamu, kecuali jika kamu dalam
keadaan terpaksa. Sesungguhnya banyak yang menyesatkan (orang lain)
dengan mengikuti hawa nafsunya tanpa dasar pengetahuan. Sesungguhnya
Tuhanmu lebih mengetahui orang-orang yang melampaui batas.
Wa żarū ẓāhiral-iṡmi wa bāṭinah(ū), innal-lażīna yaksibūnal-iṡma sayujzauna bimā kānū yaqtarifūn(a).
Tinggalkanlah
dosa yang terlihat dan yang tersembunyi. Sesungguhnya orang-orang yang
mengerjakan (perbuatan) dosa kelak akan dibalas (dengan siksaan) karena
apa yang mereka kerjakan.
Wa
lā ta'kulū mimmā lam yużkarismullāhi ‘alaihi wa innahū lafisq(un), wa
innasy-syayāṭīna layūḥūna ilā auliyā'ihim liyujādilūkum, wa in
aṭa‘tumūhum innakum lamusyrikūn(a).
Janganlah
kamu memakan sesuatu dari (daging hewan) yang (ketika disembelih) tidak
disebut nama Allah. Perbuatan itu benar-benar suatu kefasikan.
Sesungguhnya setan benar-benar selalu membisiki kawan-kawannya258) agar mereka membantahmu. Jika kamu menuruti mereka, sesungguhnya kamu benar-benar musyrik.
Awa
man kāna maitan fa aḥyaināhu wa ja‘alnā lahū nūray yamsyī bihī fin-nāsi
kamam maṡaluhū fiẓ-ẓulumāti laisa bikhārijim minhā, każālika zuyyina
lil-kāfirīna mā kānū ya‘malūn(a).
Apakah
orang yang sudah mati lalu Kami hidupkan dan beri dia cahaya yang
membuatnya dapat berjalan di tengah-tengah orang banyak, seperti orang
yang berada dalam kegelapan sehingga dia tidak dapat keluar dari sana?
Demikianlah, dijadikan terasa indah bagi orang-orang kafir apa yang
mereka kerjakan.
Wa każālika ja‘alnā fī kulli qaryatin akābira mujrimīhā liyamkurū fīhā, wa mā yamkurūna illā bi'anfusihim wa mā yasy‘urūn(a).
Demikian pula pada setiap negeri Kami jadikan orang-orang jahatnya259) sebagai pembesar agar melakukan tipu daya di sana. Padahal, mereka hanya menipu diri sendiri tanpa menyadarinya.
Catatan Kaki
259) Menurut sebagian mufasir, akābira mujrimīhā artinya adalah ‘para penjahat besar’.
Wa
iżā jā'athum āyatun qālū lan nu'mina ḥattā nu'tā miṡla mā ūtiya
rusulullāh(i), allāhu a‘lamu ḥaiṡu yaj‘alu risālatah(ū),
sayuṣībul-lażīna ajramū ṣagārun ‘indallāhi wa ‘ażābun syadīdum bimā kānū
yamkurūn(a).
Apabila
datang suatu ayat kepada mereka, mereka berkata, “Kami tidak akan
beriman hingga diberikan kepada kami (sesuatu) seperti apa yang
diberikan kepada rasul-rasul Allah.” Allah lebih mengetahui di mana Dia
menempatkan tugas kerasulan-Nya. Orang-orang yang berdosa nanti akan
ditimpa kehinaan di sisi Allah dan azab yang keras karena tipu daya yang
mereka lakukan.
Fa
may yuridillāhu ay yahdiyahū yasyraḥ ṣadrahū lil-islām(i), wa may yurid
ay yuḍillahū yaj‘al ṣadrahū ḍayyiqan ḥarajan ka'annamā yaṣṣa‘‘adu
fis-samā'(i), każālika yaj‘alullāhur-rijsa ‘alal-lażīna lā yu'minūn(a).
Maka,
siapa yang Allah kehendaki mendapat hidayah, Dia akan melapangkan
dadanya untuk menerima Islam. Siapa yang Dia kehendaki menjadi sesat,
Dia akan menjadikan dadanya sempit lagi sesak seakan-akan dia sedang
mendaki ke langit. Begitulah Allah menimpakan siksa kepada orang-orang
yang tidak beriman.
(Ingatlah)
pada hari ketika Dia mengumpulkan mereka semua (dan Allah berfirman),
“Wahai golongan jin, kamu telah sering kali (menyesatkan) manusia.”
Kawan-kawan260) mereka dari golongan manusia berkata, “Ya Tuhan, kami telah saling mendapatkan kesenangan261)
dan kami telah sampai pada waktu yang telah Engkau tentukan buat kami.”
Allah berfirman, “Nerakalah tempat kamu selama-lamanya, kecuali jika
Allah menghendaki lain.” Sesungguhnya Tuhanmu Maha Bijaksana lagi Maha
Mengetahui.
Catatan Kaki
260) Tentang makna kata waliy dan auliyā’, silakan lihat catatan kaki surah Āli ‘Imrān (3): 28.
261) Masing-masing telah merasakan kesenangan dari pihak lain. Pihak jin setan merasa bahagia karena berhasil menyesatkan manusia, sedangkan manusia merasa senang mengikuti bujukan jin dan leluasa merasakan kenikmatan duniawi.
Yā
ma‘syaral-jinni wal-insi alam ya'tikum rusulum minkum yaquṣṣūna
‘alaikum āyātī wa yunżirūnakum liqā'a yaumikum hāżā, qālū syahidnā ‘alā
anfusinā wa garrathumul-ḥayātud-un-yā wa syahidū ‘alā anfusihim annahum
kānū kāfirīn(a).
(Allah
berfirman,) “Wahai golongan jin dan manusia, tidakkah sudah datang
kepadamu rasul-rasul dari kalanganmu sendiri yang menyampaikan
ayat-ayat-Ku kepadamu dan memperingatkanmu tentang pertemuan pada hari
ini?” Mereka menjawab, “(Ya,) kami menjadi saksi atas diri kami
sendiri.” Namun, mereka tertipu oleh kehidupan dunia. Mereka telah
menjadi saksi atas diri mereka sendiri bahwa mereka adalah orang kafir.
Żālika allam yakur rabbuka muhlikal-qurā biẓulmiw wa ahluhā gāfilūn(a).
Demikian
itu (pengutusan para rasul) karena Tuhanmu tidak akan membinasakan
suatu negeri karena kezaliman (mereka), sedangkan penduduknya dalam
keadaan belum tahu.
Wa
rabbukal-ganiyyu żur-raḥmah(ti), iy yasya' yużhibkum wa yastakhlif mim
ba‘dikum mā yasyā'u kamā ansya'akum min żurriyyati qaumin ākharīn(a).
Tuhanmulah
Yang Maha Kaya lagi penuh rahmat. Jika menghendaki, Dia akan
memusnahkanmu. Setelah itu, Dia akan menggantimu dengan yang
dikehendaki-Nya, sebagaimana Dia menjadikan kamu dari keturunan kaum
lain (sebelummu).
Qul
yā qaumi‘malū ‘alā makānatikum innī ‘āmil(un), fa saufa ta‘lamūn(a),
man takūnu lahū ‘āqibatud-dār(i), innahū lā yufliḥuẓ-ẓālimūn(a).
Katakanlah
(Nabi Muhammad), “Wahai kaumku, berbuatlah menurut kedudukanmu, aku pun
berbuat (demikian). Kelak kamu akan mengetahui siapa yang akan
memperoleh tempat (terbaik) di akhirat (nanti). Sesungguhnya orang-orang
yang zalim tidak akan beruntung.
Wa
ja‘alū lillāhi mimmā żara'a minal-ḥarṡi wal-an‘āmi naṣīban fa qālū hāżā
lillāhi biza‘mihim wa hāżā lisyurakā'inā, famā kāna lisyurakā'ihim falā
yaṣilu ilallāh(i), wa mā kāna lillāhi fa huwa yaṣilu ilā syurakā'ihim,
sā'a mā yaḥkumūn(a).
Mereka
menyediakan sebagian dari sesuatu yang Allah ciptakan, yaitu hasil
tanaman dan hewan ternak, untuk Allah sambil berkata menurut persangkaan
mereka, “Ini untuk Allah dan yang ini untuk berhala-berhala kami.”
Bagian yang (disediakan) untuk berhala-berhala mereka tidak akan sampai
kepada Allah, sedangkan bagian yang (disediakan) untuk Allah akan sampai
pada berhala-berhala mereka.262) Sangat buruk ketetapan mereka itu.
Catatan Kaki
262) Mereka membagi hasil tanaman dan ternak menjadi tiga bagian: satu bagian untuk mereka sendiri, satu bagian untuk Allah Swt., dan satu bagian untuk berhala mereka. Jika bagian untuk berhala tersebut menguntungkan, mereka tidak akan menguranginya sedikit pun untuk dipersembahkan kepada Allah Swt. Sebaliknya, jika bagian yang mereka persembahkan untuk Allah Swt. menguntungkan, mereka akan mengambil sebagiannya untuk dipersembahkan pada berhala.
Wa
każālika zayyana likaṡīrim minal-musyrikīna qatla aulādihim
syurakā'uhum liyurdūhum wa liyalbisū ‘alaihim dīnahum, wa lau syā'allāhu
mā fa‘alūhu fa żarhum wa mā yaftarūn(a).
Demikianlah
berhala-berhala mereka (setan) menjadikan terasa indah bagi banyak
orang musyrik membunuh anak-anak mereka untuk membinasakan mereka dan
mengacaukan agama mereka sendiri.263)
Seandainya Allah berkehendak, niscaya mereka tidak akan mengerjakannya.
Biarkanlah mereka bersama apa (kebohongan) yang mereka ada-adakan
Catatan Kaki
263) Sebagian orang Arab adalah penganut syariat Nabi Ibrahim a.s. Nabi Ibrahim a.s. pernah diperintah Allah Swt. untuk mengurbankan anaknya, Ismail. Kemudian, sejumlah pemuka agama mereka mengaburkan pengertian berkurban itu sehingga dapat menanamkan rasa memandang baik membunuh anak-anak mereka dengan alasan mendekatkan diri kepada Allah Swt. Padahal, alasan yang sesungguhnya adalah karena takut miskin dan takut ternoda.
Wa
qālū hāżihī an‘āmuw wa ḥarṡun ḥijrul lā yaṭ‘amuhā illā man nasyā'u
biza‘mihim wa an‘āmun ḥurrimat ẓuhūruhā wa an‘āmul lā yażkurūnasmallāhi
‘alaihaftirā'an ‘alaih(i), sayajzīhim bimā kānū yaftarūn(a).
Mereka
berkata menurut anggapan mereka, “Inilah hewan ternak dan hasil bumi
yang dilarang, tidak boleh dimakan, kecuali oleh orang yang kami
kehendaki. Ada pula hewan yang diharamkan punggungnya (tidak boleh
ditunggangi) dan ada hewan ternak yang (ketika disembelih) boleh tidak
menyebut nama Allah.” (Hal itu) sebagai kebohongan terhadap Allah. Kelak
Allah akan membalas semua yang mereka ada-adakan.
Wa
qālū mā fī buṭūni hāżihil-an‘āmi khāliṣatul liżukūrinā wa muḥarramun
‘alā azwājinā, wa iy yakum maitatan fahum fīhi syurakā'(u), sayajzīhim
waṣfahum, innahū ḥakīmun ‘alīm(un).
Mereka
juga berkata, “Apa yang ada di dalam perut hewan ternak ini khusus
untuk kaum laki-laki kami dan haram bagi istri-istri kami.” Jika (yang
ada di dalam perut itu dilahirkan dalam keadaan) mati, semua boleh
(memakannya). Kelak Allah akan membalas ketetapan mereka. Sesungguhnya
Dia Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui.
Qad
khasiral-lażīna qatalū aulādahum safaham bigairi ‘ilmiw wa ḥarramū mā
razaqahumullāhuftirā'an ‘alallāh(i), qad ḍallū wa mā kānū muhtadīn(a).
Sungguh
rugi orang-orang yang membunuh anak-anak mereka karena kebodohan tanpa
pengetahuan dan mengharamkan rezeki yang dikaruniakan Allah kepada
mereka dengan (semata-mata) membuat-buat kebohongan terhadap Allah.
Sungguh, mereka telah sesat dan tidak mendapat petunjuk.
Wa
huwal-lażī ansya'a jannātim ma‘rūsyātiw wa gaira ma‘rūsyātiw wan-nakhla
waz-zar‘a mukhtalifan ukuluhū waz-zaitūna war-rummāna mutasyābihaw wa
gaira mutasyābih(in), kulū min ṡamarihī iżā aṡmara wa ātū ḥaqqahū yauma
ḥaṣādih(ī), wa lā tusrifū, innahū lā yuḥibbul-musrifīn(a).
Dialah
yang menumbuhkan tanaman-tanaman yang merambat dan yang tidak merambat,
pohon kurma, tanaman yang beraneka ragam rasanya, serta zaitun dan
delima yang serupa (bentuk dan warnanya) dan tidak serupa (rasanya).
Makanlah buahnya apabila ia berbuah dan berikanlah haknya (zakatnya)
pada waktu memetik hasilnya. Akan tetapi, janganlah berlebih-lebihan.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.
Wa
minal-an‘āmi ḥamūlataw wa farsyā(n), kulū mimmā razaqakumullāhu wa lā
tattabi‘ū khuṭuwātisy-syaiṭān(i), innahū lakum ‘aduwwum mubīn(un).
Di
antara hewan-hewan ternak itu ada yang dijadikan pengangkut beban dan
ada (pula) yang untuk disembelih. Makanlah rezeki yang diberikan Allah
kepadamu. Janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan. Sesungguhnya
dia adalah musuh yang nyata bagimu.
Ṡamāniya
azwāj(in), minaḍ-ḍa'niṡnaini wa minal-ma‘ziṡnain(i), qul āżżakaraini
ḥarrama amil-unṡayaini ammasytamalat ‘alaihi arḥāmul-unṡayain(i),
nabbi'ūnī bi‘ilmin in kuntum ṣādiqīn(a).
Ada
delapan hewan ternak yang berpasangan (empat pasang, yaitu) sepasang
domba dan sepasang kambing. Katakanlah, “Apakah yang Dia haramkan itu
dua yang jantan, dua yang betina, atau yang ada dalam kandungan kedua
betinanya? Terangkanlah kepadaku berdasarkan pengetahuan jika kamu orang
yang benar.”
Wa
minal-ibiliṡnaini wa minal-baqariṡnain(i), qul āżżakaraini ḥarrama
amil-unṡayaini ammasytamalat ‘alaihi arḥāmul-unṡayain(i), am kuntum
syuhadā'a iż waṣṣākumullāhu bihāżā, faman aẓlamu mimmaniftarā ‘alallāhi
każibal liyuḍillan-nāsa bigairi ‘ilm(in), innallāha lā
yahdil-qaumaẓ-ẓālimīn(a).
(Dua
pasang lagi adalah) sepasang unta dan sepasang sapi. Katakanlah,
“Apakah yang Dia haramkan dua yang jantan, dua yang betina, atau yang
ada dalam kandungan kedua betinanya? Apakah kamu menjadi saksi ketika
Allah menetapkan ini bagimu? Siapakah yang lebih zalim daripada
orang-orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah untuk
menyesatkan orang-orang tanpa pengetahuan?”264) Sesungguhnya Allah tidak akan memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.
Catatan Kaki
264) Maksud diharamkan pada ayat 143 dan 144 ini adalah bahwa hewan-hewan itu diharamkan karena akan dipersembahkan pada berhala-berhala mereka.
Qul
lā ajidu fīmā ūḥiya ilayya muḥarraman ‘alā ṭā‘imiy yaṭ‘amuhū illā ay
yakūna maitatan au damam masfūḥan au laḥma khinzīrin fa innahū rijsun au
fisqan uhilla ligairillāhi bih(ī), famaniḍṭurra gaira bāgiw wa lā ‘ādin
fa inna rabbaka gafūrur raḥīm(un).
Katakanlah,
“Tidak kudapati di dalam apa yang diwahyukan kepadaku sesuatu yang
diharamkan memakannya bagi yang ingin memakannya, kecuali (daging) hewan
yang mati (bangkai), darah yang mengalir, daging babi karena ia najis,
atau yang disembelih secara fasik, (yaitu) dengan menyebut (nama) selain
Allah. Akan tetapi, siapa pun yang terpaksa bukan karena
menginginkannya dan tidak melebihi (batas darurat), maka sesungguhnya
Tuhanmu Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
Wa
‘alal-lażīna hādū ḥarramnā kulla żī ẓufur(in), wa minal-baqari
wal-ganami ḥarramnā ‘alaihim syuḥūmahumā illā mā ḥamalat ẓuhūruhumā
awil-ḥawāyā au makhtalaṭa bi‘aẓm(in), żālika jazaināhum bibagyihim, wa
innā laṣādiqūn(a).
Atas orang-orang Yahudi Kami mengharamkan semua (hewan) yang berkuku.265)
Kami mengharamkan pula atas mereka lemak sapi dan domba, kecuali yang
melekat di punggungnya, yang ada dalam isi perutnya, atau yang bercampur
dengan tulang. Demikianlah Kami menghukum mereka karena kedurhakaannya.
Sesungguhnya Kami Maha Benar
Catatan Kaki
265) Yang dimaksud hewan berkuku di sini adalah hewan yang jari-jarinya tidak saling terpisah, seperti unta, itik, dan angsa. Sebagian mufasir mengartikannya dengan hewan yang berkuku tunggal, seperti kuda dan keledai.
Sayaqūlul-lażīna
asyrakū lau syā'allāhu mā asyraknā wa lā ābā'unā wa lā ḥarramnā min
syai'(in), każālika każżabal-lażīna min qablihim ḥattā żāqū ba'sanā, qul
hal ‘indakum min ‘ilmin fa tukhrijūhu lanā, in tattabi‘ūna illaẓ-ẓanna
wa in antum illā takhruṣūn(a).
Orang-orang
musyrik akan berkata, “Jika Allah menghendaki, tentu kami tidak akan
mempersekutukan-Nya, begitu pula nenek moyang kami, dan kami tidak akan
mengharamkan apa pun.” Seperti itu pula orang-orang sebelum mereka telah
mendustakan (para rasul) sampai mereka merasakan azab Kami. Katakanlah
(Nabi Muhammad), “Apakah kamu mempunyai dalil yang dapat kamu kemukakan
kepada kami? Yang kamu ikuti hanya persangkaan belaka dan kamu hanya
mengira-ngira.”
Qul
halumma syuhadā'akumul-lażīna yasyhadūna annallāha ḥarrama hāżā, fa in
syahidū falā tasyhad ma‘ahum, wa lā tattabi‘ ahwā'al-lażīna każżabū
bi'āyātinā wal-lażīna lā yu'minūna bil-ākhirati wa hum birabbihim
ya‘dilūn(a).
Katakanlah
(Nabi Muhammad), “Bawalah saksi-saksimu yang dapat membuktikan bahwa
Allah mengharamkan ini.” Jika mereka memberi kesaksian, engkau jangan
(ikut pula) memberi kesaksian bersama mereka. Jangan engkau ikuti
keinginan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan orang-orang
yang tidak beriman kepada akhirat dan mempersekutukan Tuhan.
Qul
ta‘ālau atlu mā ḥarrama rabbukum ‘alaikum allā tusyrikū bihī syai'aw wa
bil-wālidaini iḥsānā(n), wa lā taqtulū aulādakum min imlāq(in), naḥnu
narzuqukum wa iyyāhum, wa lā taqrabul-fawāḥisya mā ẓahara minhā wa mā
baṭan(a), wa lā taqtulun-nafsal-latī ḥarramallāhu illā bil-ḥaqq(i),
żālikum waṣṣākum bihī la‘allakum ta‘qilūn(a).
Katakanlah
(Nabi Muhammad), “Kemarilah! Aku akan membacakan apa yang diharamkan
Tuhan kepadamu, (yaitu) janganlah mempersekutukan-Nya dengan apa pun,
berbuatbaiklah kepada kedua orang tua, dan janganlah membunuh
anak-anakmu karena kemiskinan. (Tuhanmu berfirman,) ‘Kamilah yang
memberi rezeki kepadamu dan kepada mereka.’ Janganlah pula kamu
mendekati perbuatan keji, baik yang terlihat maupun yang tersembunyi.
Janganlah kamu membunuh orang yang diharamkan Allah, kecuali dengan
alasan yang benar.266) Demikian itu Dia perintahkan kepadamu agar kamu mengerti.
Catatan Kaki
266) Yaitu yang dibenarkan oleh syariat, seperti kisas, hukuman mati bagi orang murtad, dan rajam.
Wa
lā taqrabū mālal-yatīmi illā bil-latī hiya aḥsanu ḥattā yabluga
asyuddah(ū), wa auful-kaila wal-mīzāna bil-qisṭ(i), lā nukallifu nafsan
illā wus‘ahā, wa iżā qultum fa‘dilū wa lau kāna żā qurbā, wa
bi‘ahdillāhi aufū, żālikum waṣṣākum bihī la‘allakum tażakkarūn(a).
Janganlah
kamu mendekati (menggunakan) harta anak yatim, kecuali dengan cara yang
lebih bermanfaat, sampai dia mencapai (usia) dewasa. Sempurnakanlah
takaran dan timbangan dengan adil. Kami tidak membebani seseorang
melainkan menurut kesanggupannya. Apabila kamu berbicara, lakukanlah
secara adil sekalipun dia kerabat(-mu). Penuhilah pula janji Allah.
Demikian itu Dia perintahkan kepadamu agar kamu mengambil pelajaran.”
Wa
anna hāżā ṣirāṭī mustaqīman fattabi‘ūh(u), wa lā tattabi‘us-subula fa
tafarraqa bikum ‘an sabīlih(ī), żālikum waṣṣākum bihī la‘allakum
tattaqūn(a).
Sungguh,
inilah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah! Jangan kamu ikuti
jalan-jalan (yang lain) sehingga mencerai-beraikanmu dari jalan-Nya.
Demikian itu Dia perintahkan kepadamu agar kamu bertakwa.
Ṡumma
ātainā mūsal-kitāba tamāman ‘alal-lażī aḥsana wa tafṣīlal likulli
syai'iw wa hudaw wa raḥmatal la‘allahum biliqā'i rabbihim yu'minūn(a).
Kemudian,
Kami telah menganugerahkan kepada Musa Kitab (Taurat) untuk
menyempurnakan (nikmat Kami) kepada orang yang berbuat kebaikan,
menjelaskan secara rinci segala sesuatu, serta memberi petunjuk dan
rahmat agar mereka beriman kepada pertemuan dengan Tuhannya.
An taqūlū innamā unzilal-kitābu ‘alā ṭā'ifataini min qablinā, wa in kunnā ‘an dirāsatihim lagāfilīn(a).
(Kami
turunkan Al-Qur’an itu) supaya kamu (tidak) mengatakan, “Kitab itu
hanya diturunkan kepada dua golongan sebelum kami (Yahudi dan Nasrani)
dan sesungguhnya kami lengah dari apa yang mereka baca,”
Au
taqūlū lau annā unzila ‘alainal-kitābu lakunnā ahdā minhum, faqad
jā'akum bayyinatum mir rabbikum wa hudaw wa raḥmah(tun), faman aẓlamu
mimman każżaba bi'āyātillāhi wa ṣadafa ‘anhā, sanajzil-lażīna yaṣdifūna
‘an āyātinā sū'al-‘ażābi bimā kānū yaṣdifūn(a).
atau
supaya kamu (tidak) mengatakan, “Sesungguhnya jikalau Kitab itu
diturunkan kepada kami, tentulah kami lebih mendapat petunjuk daripada
mereka.” Sungguh, telah datang kepadamu penjelasan yang nyata, petunjuk,
dan rahmat dari Tuhanmu. Maka, siapakah yang lebih zalim daripada orang
yang mendustakan ayat-ayat Allah dan berpaling darinya? Kelak, Kami
akan memberi balasan kepada orang-orang yang berpaling dari ayat-ayat
Kami dengan siksaan yang buruk karena mereka selalu berpaling.
Hal
yanẓurūna illā an ta'tiyahumul-malā'ikatu au ya'tiya rabbuka au ya'tiya
ba‘ḍu āyāti rabbik(a), yauma ya'tī ba‘ḍu āyāti rabbika lā yanfa‘u
nafsan īmānuhā lam takun āmanat min qablu au kasabat fī īmānihā
khairā(n), qulintaẓirū innā muntaẓirūn(a).
Yang
mereka nanti-nantikan hanyalah kedatangan malaikat kepada mereka,
kedatangan Tuhanmu, atau sebagian tanda-tanda dari Tuhanmu. Pada hari
datangnya sebagian tanda-tanda Tuhanmu tidak bermanfaat lagi iman
seseorang yang belum beriman sebelum itu atau (belum) berusaha berbuat
kebajikan dalam masa imannya itu. Katakanlah, “Tunggulah! Sesungguhnya
Kami pun menunggu.”
Innal-lażīna
farraqū dīnahum wa kānū syiya‘al lasta minhum fī syai'(in), innamā
amruhum ilallāhi ṡumma yunabbi'uhum bimā kānū yaf‘alūn(a).
Sesungguhnya
orang-orang yang memecah belah agamanya dan mereka menjadi (terpecah)
dalam golongan-golongan, sedikit pun engkau (Nabi Muhammad) tidak
bertanggung jawab terhadap mereka. Sesungguhnya urusan mereka (terserah)
hanya kepada Allah. Kemudian, Dia akan memberitahukan kepada mereka apa
yang telah mereka perbuat.
Man jā'a bil-ḥasanati fa lahū ‘asyru amṡālihā, wa man jā'a bis-sayyi'ati falā yujzā illā miṡlahā wa hum lā yuẓlamūn(a).
Siapa
yang berbuat kebaikan, dia akan mendapat balasan sepuluh kali lipatnya.
Siapa yang berbuat keburukan, dia tidak akan diberi balasan melainkan
yang seimbang dengannya. Mereka (sedikit pun) tidak dizalimi
(dirugikan).
Katakanlah
(Nabi Muhammad), “Sesungguhnya Tuhanku telah membimbingku ke jalan yang
lurus, agama yang benar, agama Ibrahim yang lurus, dan dia (Ibrahim)
tidak termasuk orang-orang musyrik.”
Qul
agairallāhi abgī rabbaw wa huwa rabbu kulli syai'(in), wa lā taksibu
kullu nafsin illā ‘alaihā, wa lā taziru wāziratuw wizra ukhrā, ṡumma ilā
rabbikum marji‘ukum fa yunabbi'ukum bimā kuntum fīhi takhtalifūn(a).
Katakanlah
(Nabi Muhammad), “Apakah aku (pantas) mencari tuhan selain Allah,
padahal Dialah Tuhan bagi segala sesuatu. Setiap orang yang berbuat
dosa, dirinya sendirilah yang akan bertanggung jawab. Seseorang tidak
akan memikul beban dosa orang lain. Kemudian, kepada Tuhanmulah kamu
kembali, lalu Dia akan memberitahukan kepadamu apa yang dahulu kamu
perselisihkan.”
Wa
huwal-lażī ja‘alakum khalā'ifal-arḍi wa rafa‘a ba‘ḍakum fauqa ba‘ḍin
darajātil liyabluwakum fī mā ātākum, inna rabbaka sarī‘ul-‘iqāb(i), wa
innahū lagafūrur raḥīm(un).
Dialah
yang menjadikan kamu sebagai khalifah-khalifah di bumi dan Dia
meninggikan sebagian kamu beberapa derajat atas sebagian (yang lain)
untuk menguji kamu atas apa yang diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya
Tuhanmu sangat cepat hukuman-Nya. Sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang.
Traktir creator minum kopi dengan cara memberi sedikit donasi. Silahkan Pilih Metode Pembayaran