Apabila
orang-orang munafik datang kepadamu (Nabi Muhammad), mereka berkata,
“Kami bersaksi bahwa engkau adalah benar-benar utusan Allah.” Allah
mengetahui bahwa engkau benar-benar utusan-Nya. Allah pun bersaksi bahwa
orang-orang munafik itu benar-benar para pendusta.
Mereka menjadikan sumpah-sumpah mereka sebagai perisai717) lalu mereka menghalang-halangi (orang lain) dari jalan Allah. Sesungguhnya apa yang selalu mereka kerjakan itu sangatlah buruk.
Catatan Kaki
717) Mereka bersumpah telah beriman agar tidak ditawan atau dibunuh dan harta mereka tidak dirampas.
Apabila
engkau melihat mereka, tubuhnya mengagumkanmu. Jika mereka bertutur
kata, engkau mendengarkan tutur katanya (dengan saksama karena
kefasihannya). Mereka bagaikan (seonggok) kayu yang tersandar.718)
Mereka mengira bahwa setiap teriakan (kutukan) ditujukan kepada mereka.
Mereka itulah musuh (yang sebenarnya). Maka, waspadalah terhadap
mereka. Semoga Allah membinasakan mereka. Bagaimanakah mereka dapat
dipalingkan (dari kebenaran)?
Catatan Kaki
718) Orang-orang munafik bagaikan seonggok kayu yang tersandar tanpa daya hidup, tanpa pijakan yang kukuh, dan tanpa buah yang bisa dimanfaatkan.
Wa iżā qīla lahum ta‘ālau yastagfir lakum rasūlullāhi lawwau ru'ūsahum wa ra'aitahum yaṣuddūna wa hum mustakbirūn(a).
Apabila
dikatakan kepada mereka, “Marilah (beriman) agar Rasulullah memohonkan
ampunan bagimu,” mereka membuang muka dan engkau melihat mereka menolak
(ajakan itu) sambil menyombongkan diri.
Sama
saja bagi mereka apakah engkau (Nabi Muhammad) memohonkan ampunan untuk
mereka atau tidak, Allah tidak akan mengampuni mereka. Sesungguhnya
Allah tidak akan memberi petunjuk kepada kaum fasik.
Humul-lażīna
yaqūlūna lā tunfiqū ‘alā man ‘inda rasūlillāhi ḥattā yanfaḍḍū, wa
lillāhi khazā'inus-samāwāti wal-arḍ(i), wa lākinnal-munāfiqīna lā
yafqahūn(a).
Merekalah
orang-orang yang berkata (kepada kaum Ansar), “Janganlah bersedekah
kepada orang-orang (Muhajirin) yang ada di sisi Rasulullah sampai mereka
bubar (meninggalkan Rasulullah),” padahal milik Allahlah perbendaharaan
langit dan bumi. Akan tetapi, orang-orang munafik itu tidak mengerti.
Yaqūlūna
la'ir raja‘nā ilal-madīnati layukhrijannal-a‘azzu minhal-ażall(a), wa
lillāhil-‘izzatu wa lirasūlihī wa lil-mu'minīna wa lākinnal-munāfiqīna
lā ya‘lamūn(a).
Mereka
berkata, “Sungguh, jika kita kembali ke Madinah (dari perang Bani
Mustaliq), pastilah orang yang kuat akan mengusir orang-orang yang lemah
dari sana,” padahal kekuatan itu hanyalah milik Allah, Rasul-Nya, dan
orang-orang mukmin. Akan tetapi, orang-orang munafik itu tidak
mengetahui.
Yā
ayyuhal-lażīna āmanū lā tulhikum amwālukum wa lā aulādukum ‘an
żikrillāh(i), wa may yaf‘al żālika fa ulā'ika humul-khāsirūn(a).
Wahai
orang-orang yang beriman, janganlah harta bendamu dan anak-anakmu
membuatmu lalai dari mengingat Allah. Siapa yang berbuat demikian,
mereka itulah orang-orang yang merugi.
Wa
anfiqū mimmā razaqnākum min qabli ay ya'tiya aḥadakumul-mautu fa yaqūla
rabbi lau lā akhkhartanī ilā ajalin qarīb(in), fa aṣṣaddaqa wa akum
minaṣ-ṣāliḥīn(a).
Infakkanlah
sebagian dari apa yang telah Kami anugerahkan kepadamu sebelum kematian
datang kepada salah seorang di antaramu. Dia lalu berkata (sambil
menyesal), “Ya Tuhanku, sekiranya Engkau berkenan menunda (kematian)-ku
sedikit waktu lagi, aku akan dapat bersedekah dan aku akan termasuk
orang-orang saleh.”