(Inilah)
Kitab yang diturunkan kepadamu (Nabi Muhammad), maka janganlah engkau
sesak dada karenanya supaya dengan (kitab itu) engkau memberi
peringatan, dan menjadi pelajaran bagi orang-orang yang beriman.
Wa kam min qaryatin ahlaknāhā fa jā'ahā ba'sunā bayātan au hum qā'ilūn(a).
Betapa
banyak negeri yang telah Kami binasakan. Siksaan Kami datang (menimpa
penduduknya) pada malam hari atau pada saat mereka beristirahat pada
siang hari.
Wa laqad makkannākum fil-arḍi wa ja‘alnā lakum fīhā ma‘āyisy(a), qalīlam mā tasykurūn(a).
Sungguh,
Kami benar-benar telah menempatkan kamu sekalian di bumi dan Kami
sediakan di sana (bumi) penghidupan untukmu. (Akan tetapi,) sedikit
sekali kamu bersyukur
Wa
laqad khalaqnākum ṡumma ṣawwarnākum ṡumma qulnā lil-malā'ikatisjudū
li'ādama fa sajadū illā iblīs(a), lam yakum minas-sājidīn(a).
Sungguh,
Kami benar-benar telah menciptakan kamu (Adam), kemudian Kami membentuk
(tubuh)-mu. Lalu, Kami katakan kepada para malaikat, “Bersujudlah kamu
kepada Adam.” Mereka pun sujud, tetapi Iblis (enggan). Ia (Iblis) tidak
termasuk kelompok yang bersujud.
Qāla mā mana‘aka allā tasjuda iż amartuk(a), qāla ana khairum minh(u), khalaqtanī min nāriw wa khalaqtahū min ṭīn(in).
Dia
(Allah) berfirman, “Apakah yang menghalangimu (sehingga) kamu tidak
bersujud ketika Aku menyuruhmu?” Ia (Iblis) menjawab, “Aku lebih baik
daripada dia. Engkau menciptakanku dari api, sedangkan dia Engkau
ciptakan dari tanah.”
Dia
(Allah) berfirman, “Turunlah kamu darinya (surga) karena kamu tidak
sepatutnya menyombongkan diri di dalamnya. Keluarlah! Sesungguhnya kamu
termasuk makhluk yang hina.”
14
قَالَ اَنْظِرْنِيْٓ اِلٰى يَوْمِ يُبْعَثُوْنَ
Qāla anẓirnī ilā yaumi yub‘aṡūn(a).
Ia (Iblis) menjawab, “Berilah aku penangguhan waktu sampai hari mereka dibangkitkan.”
15
قَالَ اِنَّكَ مِنَ الْمُنْظَرِيْنَ
Qāla innaka minal-munẓarīn(a).
Dia (Allah) berfirman, “Sesungguhnya kamu termasuk mereka yang diberi penangguhan waktu.”
Ṡumma
la'ātiyannahum mim baini aidīhim wa min khalfihim wa ‘an aimānihim wa
‘an syamā'ilihim, wa lā tajidu akṡarahum syākirīn(a).
Kemudian,
pasti aku akan mendatangi mereka dari depan, dari belakang, dari kanan,
dan dari kiri mereka. Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka
bersyukur.”
Dia
(Allah) berfirman, “Keluarlah kamu darinya (surga) dalam keadaan
terhina dan terusir! Sungguh, siapa pun di antara mereka yang
mengikutimu pasti akan Aku isi (neraka) Jahanam dengan kamu semua.”
Wa yā ādamuskun anta wa zaujukal-jannata fa kulā min ḥaiṡu syi'tumā wa lā taqrabā hāżihisy-syajarata fa takūnā minaẓ-ẓālimīn(a).
(Allah
berfirman,) “Wahai Adam, tinggallah engkau dan istrimu di surga (ini).
Lalu, makanlah apa saja yang kamu berdua sukai dan janganlah kamu berdua
mendekati pohon yang satu ini sehingga kamu berdua termasuk orang-orang
yang zalim.”
Fa
waswasa lahumasy-syaiṭānu liyubdiya lahumā mā wūriya ‘anhumā min
sau'ātihimā wa qāla mā nahākumā rabbukumā ‘an hāżihisy-syajarati illā an
takūnā malakaini au takūnā minal-khālidīn(a).
Maka,
setan membisikkan (pikiran jahat) kepada keduanya yang berakibat tampak
pada keduanya sesuatu yang tertutup dari aurat keduanya. Ia (setan)
berkata, “Tuhanmu tidak melarang kamu berdua untuk mendekati pohon ini,
kecuali (karena Dia tidak senang) kamu berdua menjadi malaikat atau kamu
berdua termasuk orang-orang yang kekal (dalam surga).”
Fa
dallāhumā bigurūr(in), falammā żāqasy-syajarata badat lahumā
sau'ātuhumā wa ṭafiqā yakhṣifāni ‘alaihimā miw waraqil-jannah(ti), wa
nādāhumā rabbuhumā alam anhakumā ‘an tilkumasy-syajarati wa aqul lakumā
innasy-syaiṭāna lakumā ‘aduwwum mubīn(un).
Ia
(setan) menjerumuskan keduanya dengan tipu daya. Maka, ketika keduanya
telah mencicipi (buah) pohon itu, tampaklah pada keduanya auratnya dan
mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun (di) surga. Tuhan mereka
menyeru mereka, “Bukankah Aku telah melarang kamu berdua dari pohon itu
dan Aku telah mengatakan bahwa sesungguhnya setan adalah musuh yang
nyata bagi kamu berdua?”
Qālā rabbanā ẓalamnā anfusanā wa illam tagfir lanā wa tarḥamnā lanakūnanna minal-khāsirīn(a).
Keduanya
berkata, “Ya Tuhan kami, kami telah menzalimi diri kami sendiri. Jika
Engkau tidak mengampuni kami dan tidak merahmati kami, niscaya kami
termasuk orang-orang yang rugi.”
Qālahbiṭū ba‘ḍukum liba‘ḍin ‘aduww(un), wa lakum fil-arḍi mustaqarruw wa matā‘un ilā ḥīn(in).
Dia
(Allah) berfirman, “Turunlah kamu! Sebagian kamu menjadi musuh bagi
yang lain serta bagi kamu ada tempat tinggal dan kesenangan di bumi
sampai waktu yang telah ditentukan.”
Yā
banī ādama qad anzalnā ‘alaikum libāsay yuwārī sau'ātikum wa rīsyā(n),
wa libāsut-taqwā żālika khair(un), żālika min āyātillāhi la‘allahum
yażżakkarūn(a).
Wahai
anak cucu Adam, sungguh Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk
menutupi auratmu dan bulu (sebagai bahan pakaian untuk menghias diri).
(Akan tetapi,) pakaian takwa itulah yang paling baik. Yang demikian itu
merupakan sebagian tanda-tanda (kekuasaan) Allah agar mereka selalu
ingat.
Yā
banī ādama lā yaftinannakumusy-syaiṭānu kamā akhraja abawaikum
minal-jannati yanzi‘u ‘anhumā libāsahumā liyuriyahumā sau'ātihimā,
innahū yarākum huwa wa qabīluhū min ḥaiṡu lā taraunahum, innā
ja‘alnasy-syayāṭīna auliyā'a lil-lażīna lā yu'minūn(a).
Wahai
anak cucu Adam, janganlah sekali-kali kamu tertipu oleh setan
sebagaimana ia (setan) telah mengeluarkan ibu bapakmu dari surga dengan
menanggalkan pakaian keduanya untuk memperlihatkan kepada keduanya aurat
mereka berdua. Sesungguhnya ia (setan) dan para pengikutnya melihat
kamu dari suatu tempat yang kamu tidak (bisa) melihat mereka.
Sesungguhnya Kami telah menjadikan setan-setan itu (sebagai) penolong268) bagi orang-orang yang tidak beriman.
Apabila
mereka melakukan perbuatan keji, mereka berkata, “Kami mendapati nenek
moyang kami melakukan yang demikian dan Allah menyuruh kami
mengerjakannya.” Katakanlah (Nabi Muhammad), “Sesungguhnya Allah tidak
memerintahkan kekejian.269) Pantaskah kamu mengatakan tentang Allah apa yang tidak kamu ketahui?”
Catatan Kaki
269) Maksud melakukan kekejian di sini adalah syirik, tawaf bertelanjang di sekeliling Ka‘bah, dan sebagainya.
Katakanlah
(Nabi Muhammad), “Tuhanku memerintahkan aku berlaku adil. Hadapkanlah
wajahmu (kepada Allah) di setiap masjid dan berdoalah kepada-Nya dengan
mengikhlaskan ketaatan kepada-Nya. Kamu akan kembali kepada-Nya
sebagaimana Dia telah menciptakan kamu pada permulaan.”
Farīqan
hadā wa farīqan ḥaqqa ‘alaihimuḍ-ḍalālah(tu),
innahumuttakhażusy-syayāṭīna auliyā'a min dūnillāhi wa yaḥsabūna annahum
muhtadūn(a).
Sekelompok
(manusia) telah diberi-Nya petunjuk dan sekelompok (lainnya) telah
pasti kesesatan atas mereka. Sesungguhnya mereka menjadikan setan-setan
sebagai pelindung270) selain Allah. Mereka mengira bahwa mereka adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.
Yā banī ādama khużū zīnatakum ‘inda kulli masjidiw wa kulū wasyrabū wa lā tusrifū, innahū lā yuḥibbul-musrifīn(a).
Wahai
anak cucu Adam, pakailah pakaianmu yang indah pada setiap (memasuki)
masjid dan makan serta minumlah, tetapi janganlah berlebihan.
Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang berlebihan.
Katakanlah
(Nabi Muhammad), “Siapakah yang mengharamkan perhiasan (dari) Allah
yang telah Dia sediakan untuk hamba-hamba-Nya dan rezeki yang baik-baik?
Katakanlah, ‘Semua itu adalah untuk orang-orang yang beriman (dan juga
tidak beriman) dalam kehidupan dunia, (tetapi ia akan menjadi) khusus
(untuk mereka yang beriman saja) pada hari Kiamat.’” Demikianlah Kami
menjelaskan secara terperinci ayat-ayat itu kepada kaum yang mengetahui.
Qul
innamā ḥarrama rabbiyal-fawāḥisya mā ẓahara minhā wa mā baṭana wal-iṡma
wal-bagya bigairil-ḥaqqi wa an tusyrikū billāhi mā lam yunazzil bihī
sulṭānaw wa an taqūlū ‘alallāhi mā lā ta‘lamūn(a).
Katakanlah
(Nabi Muhammad), “Sesungguhnya Tuhanku hanya mengharamkan segala
perbuatan keji yang tampak dan yang tersembunyi, perbuatan dosa, dan
perbuatan melampaui batas tanpa alasan yang benar. (Dia juga
mengharamkan) kamu mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah tidak
menurunkan bukti pembenaran untuk itu dan (mengharamkan) kamu
mengatakan tentang Allah apa yang tidak kamu ketahui.”
Wa likulli ummatin ajal(un), fa iżā jā'a ajaluhum lā yasta'khirūna sā‘ataw wa lā yastaqdimūn(a).
Setiap
umat mempunyai ajal (batas waktu). Jika ajalnya tiba, mereka tidak
dapat meminta penundaan sesaat pun dan tidak dapat (pula) meminta
percepatan.
Yā
banī ādama immā ya'tiyannakum rusulum minkum yaquṣṣūna ‘alaikum āyātī,
famanittaqā wa aṣlaḥa falā khaufun ‘alaihim wa lā hum yaḥzanūn(a).
Wahai
anak cucu Adam, jika datang kepadamu rasul-rasul dari kalanganmu
sendiri, yang menceritakan kepadamu ayat-ayat-Ku, siapa pun yang
bertakwa dan melakukan perbaikan, tidak ada rasa takut menimpa mereka
dan tidak (pula) mereka bersedih.
Faman
aẓlamu mimmaniftarā ‘alallāhi każiban au każżaba bi'āyātih(ī), ulā'ika
yanāluhum naṣībuhum minal-kitāb(i), ḥattā iżā jā'athum rusulunā
yatawaffaunahum, qālū aina mā kuntum tad‘ūna min dūnillāh(i), qālū ḍallū
‘annā wa syahidū ‘alā anfusihim annahum kānū kāfirīn(a).
Siapakah
yang lebih zalim daripada orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap
Allah atau yang mendustakan ayat-ayat-Nya? Mereka itu akan memperoleh
bagian (yang telah ditentukan) dari ketetapan Allah (di dunia) sehingga
apabila datang kepada mereka para utusan (malaikat) Kami untuk mencabut
nyawanya, mereka (para malaikat) berkata, “Manakah sembahan yang biasa
kamu sembah selain Allah?” Mereka (orang-orang musyrik) menjawab,
“Semuanya telah lenyap dari kami.” Mereka memberikan kesaksian terhadap
diri mereka sendiri bahwa mereka adalah orang-orang kafir.
Qāladkhulū
fī umamin qad khalat min qablikum minal-jinni wal-insi fin-nār(i),
kullamā dakhalat ummatul la‘anat ukhtahā, ḥattā iżaddārakū fīhā
jamī‘ā(n), qālat ukhrāhum li'ūlāhum rabbanā hā'ulā'i aḍallūnā fa ātihim
‘ażāban ḍi‘fam minan-nār(i), qāla likullin ḍi‘fuw wa lākil lā
ta‘lamūn(a).
Allah
berfirman, “Masuklah kamu ke dalam api neraka bersama umat-umat yang
telah berlalu sebelum kamu dari (golongan) jin dan manusia.” Setiap kali
suatu umat masuk, dia melaknat saudaranya, sehingga apabila mereka
telah masuk semuanya, berkatalah orang yang (masuk) belakangan (kepada)
orang yang (masuk) terlebih dahulu, “Ya Tuhan kami, mereka telah
menyesatkan kami. Datangkanlah siksaan api neraka yang berlipat ganda
kepada mereka.” Allah berfirman, “Masing-masing mendapatkan (siksaan)
yang berlipat ganda, tetapi kamu tidak mengetahui.”
Wa qālat ūlāhum li'ukhrāhum famā kāna lakum ‘alainā min faḍlin fa żūqul-‘ażāba bimā kuntum taksibūn(a).
Orang
yang (masuk) terlebih dahulu berkata kepada yang (masuk) belakangan,
“Kamu tidak mempunyai kelebihan sedikit pun atas kami. Maka, rasakanlah
azab itu karena perbuatan yang telah kamu lakukan.”
Innal-lażīna
każżabū bi'āyātinā wastakbarū ‘anhā lā tufattaḥu lahum abwābus-samā'i
wa lā yadkhulūnal-jannata ḥattā yalijal-jamalu fī sammil-khiyāṭ(i), wa
każālika najzil-mujrimīn(a).
Sesungguhnya
(bagi) orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan menyombongkan
diri terhadapnya, tidak akan dibukakan bagi mereka pintu-pintu langit271) dan mereka tidak akan masuk surga sebelum unta masuk ke dalam lubang jarum.272) Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat durhaka.
Catatan Kaki
271) Maksudnya, doa dan amal mereka tidak diterima oleh Allah Swt.
272) Maksudnya, mereka tidak mungkin masuk surga sebagaimana unta mustahil masuk ke dalam lubang jarum.
Lahum min jahannama mihāduw wa min fauqihim gawāsy(in), wa każālika najziẓ-ẓālimīn(a).
Bagi
mereka (disediakan) alas tidur dari (api neraka) Jahanam dan di atas
mereka ada selimut (dari api neraka). Demikianlah Kami memberi balasan
kepada orang-orang yang zalim.
(Adapun)
orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, Kami tidak akan
membebani seseorang melainkan menurut kesanggupannya. Mereka itulah
penghuni surga. Mereka kekal di dalamnya.
Wa
naza‘nā mā fī ṣudūrihim min gillin tajrī min taḥtihimul-anhār(u), wa
qālul-ḥamdu lillāhil-lażī hadānā lihāżā, wa mā kunnā linahtadiya lau lā
an hadānallāh(u), laqad jā'at rusulu rabbinā bil-ḥaqq(i), wa nūdū an
tilkumul-jannatu ūriṡtumūhā bimā kuntum ta‘malūn(a).
Kami
mencabut rasa dendam dari dalam dada mereka, (di surga) mengalir di
bawah mereka sungai-sungai. Mereka berkata, “Segala puji bagi Allah yang
telah menunjukkan kami ke (surga) ini. Kami tidak akan mendapat
petunjuk sekiranya Allah tidak menunjukkan kami. Sungguh, rasul-rasul
Tuhan kami telah datang membawa kebenaran.” Diserukan kepada mereka,
“Itulah surga yang telah diwariskan kepadamu karena apa yang selalu kamu
kerjakan.”
Wa
nādā aṣḥābul-jannati aṣḥāban-nāri an qad wajadnā mā wa‘adanā rabbunā
ḥaqqan fahal wajattum mā wa‘ada rabbukum ḥaqqā(n), qālū na‘am, fa ażżana
mu'ażżinum bainahum al la‘natullāhi ‘alaẓ-ẓālimīn(a).
Para
penghuni surga menyeru para penghuni neraka, “Sungguh, kami telah
mendapati sesuatu (surga) yang dijanjikan Tuhan kepada kami itu benar.
Apakah kamu telah mendapati (pula) sesuatu (azab) yang dijanjikan Tuhan
kepadamu itu benar?” Mereka menjawab, “Benar.” Kemudian penyeru
(malaikat) mengumumkan di antara mereka, “Laknat Allah bagi orang-orang
yang zalim.”
Al-lażīna yaṣuddūna ‘an sabīlillāhi wa yabgūnahā ‘iwajā(n), wa hum bil-ākhirati kāfirūn(a).
(Mereka
adalah) orang-orang yang menghalang-halangi (orang lain) dari jalan
Allah serta menginginkan jalan itu menjadi bengkok dan mereka itu
orang-orang yang mengingkari (kehidupan) akhirat.
Wa
bainahumā ḥijāb(un), wa ‘alal-a‘rāfi rijāluy ya‘rifūna kullam
bisīmāhum, wa nādau aṣḥābal-jannati an salāmun ‘alaikum, lam yadkhulūhā
wa hum yaṭma‘ūn(a).
Di antara keduanya (para penghuni surga dan neraka) ada batas pemisah dan di atas tempat yang tertinggi (al-a‘rāf)273)
ada orang-orang yang saling mengenal dengan tandanya masing-masing.
Mereka menyeru para penghuni surga, “Salāmun ‘alaikum (semoga
keselamatan tercurah kepadamu).” Mereka belum dapat memasukinya, padahal
mereka sangat ingin (memasukinya).
Catatan Kaki
273) Kata a‘rāf adalah bentuk jamak dari ‘urf yang berarti ‘sesuatu yang tinggi’ atau ‘sesuatu yang terhormat’. Pembatas antara surga dan neraka disebut dengan a‘rāf karena posisinya yang tinggi.
Apabila
pandangan mereka dialihkan ke arah penghuni neraka, mereka berkata, “Ya
Tuhan kami, janganlah Engkau tempatkan kami bersama kaum yang zalim
itu.”
Wa nādā aṣḥābul-a‘rāfi rijālay ya‘rifūnahum bisīmāhum qālū mā agnā ‘ankum jam‘ukum wa mā kuntum tastakbirūn(a).
Orang-orang
di atas tempat yang tertinggi (al-a‘rāf) menyeru orang-orang yang
mereka kenal dengan tanda-tanda (khusus) sambil berkata, “Tidak ada
manfaatnya bagimu (harta) yang kamu kumpulkan dan apa yang selalu kamu
sombongkan.
Itukah
orang-orang yang kamu telah bersumpah (ketika kamu hidup di dunia),
bahwa mereka tidak akan diberi rahmat oleh Allah?” (Allah berfirman,)
“Masuklah kamu ke dalam surga! Tidak ada rasa takut padamu dan kamu juga
tidak akan bersedih.”
Wa
nādā aṣḥābun-nāri aṣḥābal-jannati an afīḍū ‘alainā minal-mā'i au mimmā
razaqakumullāh(u), qālū innallāha ḥarramahumā ‘alal-kāfirīn(a).
Para
penghuni neraka menyeru para penghuni surga, “Tuangkanlah (sedikit) air
kepada kami atau rezeki apa saja yang telah dikaruniakan Allah
kepadamu.” Mereka menjawab, “Sesungguhnya Allah telah mengharamkan
keduanya (air dan rezeki) bagi orang-orang kafir.”
Al-lażīnattakhażū
dīnahum lahwaw wa la‘ibaw wa garrathumul-ḥayātud-dun-yā, fal-yauma
nansāhum kamā nasū liqā'a yaumihim hāżā, wa mā kānū bi'āyātinā
yajḥadūn(a).
(Mereka
adalah) orang-orang yang menjadikan agamanya sebagai kelengahan dan
permainan serta mereka telah tertipu oleh kehidupan dunia. Maka, pada
hari ini (Kiamat), Kami melupakan mereka sebagaimana mereka dahulu
melupakan pertemuan hari ini dan karena mereka selalu mengingkari
ayat-ayat Kami.
Wa laqad ji'nāhum bikitābin faṣṣalnāhu ‘alā ‘ilmin hudaw wa raḥmatal liqaumiy yu'minūn(a).
Sungguh,
Kami telah mendatangkan kepada mereka Kitab (Al-Qur’an) yang telah Kami
jelaskan secara terperinci atas dasar pengetahuan sebagai petunjuk dan
rahmat bagi orang-orang yang beriman.
Hal
yanẓurūna illā ta'wīlah(ū), yauma ya'tī ta'wīluhū yaqūlul-lażīna nasūhu
min qablu qad jā'at rusulu rabbinā bil-ḥaqq(i), fahal lanā min
syufa‘ā'a fa yasyfa‘ū lanā au nuraddu fa na‘mala gairal-lażī kunnā
na‘mal(u), qad khasirū anfusahum wa ḍalla ‘anhum mā kānū yaftarūn(a).
Tidakkah
mereka menunggu kecuali takwilnya (terwujudnya kebenaran Al-Qur’an).
Pada hari bukti kebenaran itu tiba, orang-orang yang sebelum itu
mengabaikannya berkata, “Sungguh, rasul-rasul Tuhan kami telah datang
membawa kebenaran. Maka adakah pemberi syafaat bagi kami yang akan
memberikan pertolongan kepada kami atau agar kami dikembalikan (ke
dunia) sehingga kami akan beramal tidak seperti perbuatan yang pernah
kami lakukan dahulu?” Sungguh, mereka telah merugikan diri sendiri dan
telah hilang lenyap dari mereka apa pun yang dahulu mereka ada-adakan.
Sesungguhnya Tuhanmu adalah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa,274) kemudian Dia bersemayam di atas ʻArasy.275)
Dia menutupkan malam pada siang yang mengikutinya dengan cepat. (Dia
ciptakan) matahari, bulan, dan bintang-bintang tunduk pada perintah-Nya.
Ingatlah! Hanya milik-Nyalah segala penciptaan dan urusan. Maha
Berlimpah anugerah Allah, Tuhan semesta alam.
Catatan Kaki
274) Allah menciptakan alam semesta dalam enam masa yang prosesnya sepanjang sejarah alam semesta, seperti yang dijelaskan dalam surah an-Nāzi‘āt (79): 27‒33.
275) Bersemayam di atas ʻArasy adalah satu sifat Allah yang wajib diimani sesuai dengan keagungan Allah Swt. dan kesucian-Nya.
Wa lā tufsidū fil-arḍi ba‘da iṣlāḥihā wad‘ūhu khaufaw wa ṭama‘ā(n), inna raḥmatallāhi qarībum minal-muḥsinīn(a).
Janganlah
kamu berbuat kerusakan di bumi setelah diatur dengan baik. Berdoalah
kepada-Nya dengan rasa takut dan penuh harap. Sesungguhnya rahmat Allah
sangat dekat dengan orang-orang yang berbuat baik.
Wa
huwal-lażī yursilur-riyāḥa busyram baina yadai raḥmatih(ī), ḥattā iżā
aqallat saḥāban ṡiqālan suqnāhu libaladim mayyitin fa anzalnā bihil-mā'a
fa akhrajnā bihī min kulliṡ-ṡamarāt(i), każālika nukhrijul-mautā
la‘allakum tażakkarūn(a).
Dialah
yang mendatangkan angin sebagai kabar gembira yang mendahului
kedatangan rahmat-Nya (hujan) sehingga apabila (angin itu) telah memikul
awan yang berat, Kami halau ia ke suatu negeri yang mati (tandus), lalu
Kami turunkan hujan di daerah itu. Kemudian Kami tumbuhkan dengan hujan
itu berbagai macam buah-buahan. Seperti itulah Kami membangkitkan
orang-orang mati agar kamu selalu ingat.
Tanah
yang baik, tanaman-tanamannya tumbuh subur seizin Tuhannya. Adapun
tanah yang tidak subur, tanaman-tanamannya hanya tumbuh merana.
Demikianlah Kami jelaskan berulang kali tanda-tanda kebesaran (Kami)
bagi orang-orang yang bersyukur.
Laqad
arsalnā nūḥan ilā qaumihī fa qāla yā qaumi‘budullāha mā lakum min
ilāhin gairuh(ū), innī akhāfu ‘alaikum ‘ażāba yaumin ‘aẓīm(in).
Sungguh,
Kami telah mengutus Nuh (sebagai rasul) kepada kaumnya, lalu ia
berkata, “Wahai kaumku, sembahlah Allah (karena) tidak ada tuhan bagi
kamu selain Dia.” Sesungguhnya (kalau kamu tidak menyembah Allah) aku
takut kamu akan ditimpa azab hari yang besar (hari Kiamat).
Awa‘ajibtum an jā'akum żikrum mir rabbikum ‘alā rajulim minkum liyunżirakum wa litattaqū wa la‘allakum turḥamūn(a).
Apakah
kamu (tidak percaya dan) heran bahwa telah datang kepada kamu
peringatan dari Tuhanmu kepada seorang laki-laki dari golonganmu agar
dia memberi peringatan kepadamu, agar kamu bertakwa, dan agar kamu
mendapat rahmat?”
Fa każżabūhu fa anjaināhu wal-lażīna ma‘ahū fil-fulki wa agraqnal-lażīna każżabū bi'āyātinā, innahum kānū qauman ‘amīn(a).
(Karena)
mereka mendustakannya (Nuh), Kami selamatkan dia dan orang-orang yang
bersamanya di dalam bahtera serta Kami tenggelamkan orang-orang yang
mendustakan ayat-ayat Kami. Sesungguhnya mereka adalah kaum yang buta
(mata hatinya).
Wa ilā ‘ādin akhāḥum hūdā(n), qāla yā qaumi‘budullāha mā lakum min ilāhin gairuh(ū), afalā tattaqūn(a).
(Kami
telah mengutus) kepada (kaum) ‘Ad saudara mereka, Hud. Dia berkata,
“Wahai kaumku, sembahlah Allah, tidak ada tuhan bagimu selain Dia.
Tidakkah kamu bertakwa?”
Qālal-mala'ul-lażīna kafarū min qaumihī innā lanarāka fī safāhatiw wa innā lanaẓunnuka minal-kāżibīn(a).
Para
pemuka yang kufur di antara kaumnya berkata, “Sesungguhnya kami
benar-benar melihat kamu dalam keadaan kurang akal dan sesungguhnya kami
menduga bahwa kamu termasuk para pembohong.”
Awa‘ajibtum
an jā'akum żikrum mir rabbikum ‘alā rajulim minkum liyunżirakum,
ważkurū iż ja‘alakum khulafā'a mim ba‘di qaumi nūḥiw wa zādakum
fil-khalqi basṭah(tan), fażkurū ālā'allāhi la‘allakum tufliḥūn(a).
Apakah
kamu (tidak percaya dan) heran bahwa telah datang kepadamu tuntunan
dari Tuhanmu atas seorang laki-laki dari golonganmu supaya dia memberi
peringatan kepadamu? Ingatlah, ketika Dia (Allah) menjadikan kamu
pengganti-pengganti (yang berkuasa) sesudah kaum Nuh, dan melebihkan
kamu dalam penciptaan (berupa) tubuh yang tinggi, besar, dan kuat. Maka,
ingatlah nikmat-nikmat Allah supaya kamu mendapat keberuntungan.”
Qālū aji'tanā lina‘budallāha waḥdahū wa nażara mā kāna ya‘budu ābā'unā, fa'tinā bimā ta‘idunā in kunta minaṣ ṣādiqīn(a).
Mereka
berkata, “Apakah engkau (wahai Hud) datang kepada kami agar kami
menyembah Allah semata dan meninggalkan apa yang biasa disembah oleh
bapak-bapak kami? Maka, datangkanlah kepada kami apa yang kamu janjikan
kepada kami jika kamu termasuk orang-orang yang benar.”
Qāla
qad waqa‘a ‘alaikum mir rabbikum rijsuw wa gaḍab(un), atujādilūnanī fī
asmā'in sammaitumūhā antum wa ābā'ukum mā nazzalallāhu bihā min
sulṭān(in), fantaẓirū innī ma‘akum minal-muntaẓirīn(a).
Dia
(Hud) berkata, “Sungguh, sudah pasti kamu akan ditimpa azab dan
kemarahan dari Tuhanmu. Apakah kamu sekalian hendak berbantah dengan Aku
tentang nama-nama (berhala) yang kamu beserta nenek moyangmu
menamakannya, padahal Allah tidak menurunkan sedikit pun hujah (alasan
pembenaran) untuk itu? Maka, tunggulah (azab dan kemarahan itu)!
Sesungguhnya aku bersamamu termasuk orang-orang yang menunggu.”
Fa anjaināhu wal-lażīna ma‘ahū biraḥmatim minnā wa qaṭa‘nā dābiral-lażīna każżabū bi'āyātinā wa mā kānū mu'minīn(a).
Maka,
Kami selamatkan dia (Hud) dan orang-orang yang bersamanya karena rahmat
yang besar dari Kami, dan Kami binasakan sampai akar-akarnya
orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan mereka bukanlah
orang-orang mukmin.
Wa
ilā ṡamūda akhāhum ṣāliḥā(n), qāla yā qaumi‘budullāha mā lakum min
ilāhin gairuh(ū), qad jā'atkum bayyinatum mir rabbikum, hāżihī
nāqatullāhi lakum āyatan fa żarūhā ta'kul fī arḍillāhi wa lā tamassūhā
bisū'in fa ya'khużakum ‘ażābun alīm(un).
Kami
telah mengutus) kepada (kaum) Samud saudara mereka, Saleh. Dia berkata,
“Wahai kaumku, sembahlah Allah, tidak ada bagi kamu tuhan selain Dia.
Sungguh, telah datang kepada kamu bukti yang nyata dari Tuhanmu. Ini
adalah unta betina Allah untuk kamu sebagai mukjizat. Maka, biarkanlah
ia makan di bumi Allah dan janganlah kamu mengganggunya dengan keburukan
apa pun sehingga kamu ditimpa siksa yang sangat pedih.”
Ważkurū
iż ja‘alakum khulafā'a mim ba‘di ‘ādiw wa bawwa'akum fil-arḍi
tattakhiżūna min suhūlihā quṣūraw wa tanḥitūnal-jibāla buyūtā(n),
fażkurū ālā'allāhi wa lā ta‘ṡau fil-arḍi mufsidīn(a).
Ingatlah
ketika (Allah) menjadikan kamu pengganti-pengganti (yang berkuasa)
sesudah ‘Ad dan memberikan tempat bagimu di bumi. Kamu membuat pada
dataran rendahnya bangunan-bangunan besar dan kamu pahat
gunung-gunungnya menjadi rumah. Maka, ingatlah nikmat-nikmat Allah dan
janganlah kamu melakukan kejahatan di bumi dengan berbuat kerusakan.
Qālal-mala'ul-lażīnastakbarū
min qaumihī lil-lażīnastuḍ‘ifū liman āmana minhum ata‘lamūna anna
ṣāliḥam mursalum mir rabbih(ī), qālū innā bimā ursila bihī mu'minūn(a).
Pemuka-pemuka
yang menyombongkan diri di antara kaumnya berkata kepada orang-orang
yang dianggap lemah yang telah beriman di antara mereka, “Tahukah kamu
bahwa Saleh diutus (menjadi rasul) oleh Tuhannya?” Mereka menjawab,
“Sesungguhnya kami beriman kepada apa (wahyu) yang dibawanya.”
Fa ‘aqarun-nāqata wa ‘atau ‘an amri rabbihim wa qālū yā ṣāliḥu'tinā bimā ta‘idunā in kunta minal-mursalīn(a).
Lalu,
mereka memotong unta betina itu dan mereka melampaui batas terhadap
perintah Tuhan mereka, dan mereka berkata, “Wahai Saleh, datangkanlah
kepada kami apa (ancaman siksa) yang engkau janjikan kepada kami jika
engkau termasuk orang-orang yang diutus (Allah).”
Fa tawallā ‘anhum wa qāla yā qaumi laqad ablagtukum risālata rabbī wa naṣaḥtu lakum wa lākil lā tuḥibbūnan-nāṣiḥīn(a).
Maka,
dia (Saleh) meninggalkan mereka seraya berkata, “Wahai kaumku, sungguh
aku telah menyampaikan kepadamu risalah (amanat) Tuhanku dan aku telah
menasihatimu, tetapi kamu tidak menyukai para pemberi nasihat.”
Wa lūṭan iż qāla liqaumihī ata'tūnal-fāḥisyata mā sabaqakum bihā min aḥadim minal-‘ālamīn(a).
(Kami
juga telah mengutus) Lut (kepada kaumnya). (Ingatlah) ketika dia
berkata kepada kaumnya, “Apakah kamu mengerjakan perbuatan keji yang
belum pernah dikerjakan oleh seorang pun sebelum kamu di dunia ini?
Wa mā kāna jawāba qaumihī illā an qālū akhrijūhum min qaryatikum, innahum unāsuy yataṭahharūn(a).
Tidak
ada jawaban kaumnya selain berkata, “Usirlah mereka (Lut dan
pengikutnya) dari negerimu ini. Sesungguhnya mereka adalah orang-orang
yang menganggap dirinya suci.”
Wa
ilā madyana akhāhum syu‘aibā(n), qāla yā qaumi‘budullāha mā lakum min
ilāhin gairuh(ū), qad jā'atkum bayyinatum mir rabbikum fa auful-kaila
wal-mīzāna wa lā tabkhasun-nāsa asy-yā'ahum wa lā tufsidū fil-arḍi ba‘da
iṣlāḥihā, żālikum khairul lakum in kuntum mu'minīn(a).
Kepada penduduk Madyan,276)
Kami (utus) saudara mereka, Syuʻaib. Dia berkata, “Wahai kaumku,
sembahlah Allah. Tidak ada bagimu tuhan (yang disembah) selain Dia.
Sungguh, telah datang kepadamu bukti yang nyata dari Tuhanmu. Maka,
sempurnakanlah takaran dan timbangan, dan janganlah merugikan (hak-hak)
orang lain sedikit pun. Jangan (pula) berbuat kerusakan di bumi setelah
perbaikannya.277) Itulah lebih baik bagimu, jika kamu beriman.”
Catatan Kaki
276) Madyan pada mulanya adalah nama putra Nabi Ibrahim a.s. dari istri beliau yang ketiga, Qatura. Madyan menikah dengan putri Nabi Lut a.s. Selanjutnya, kata Madyan dipakai sebagai sebutan bagi suku yang berasal dari keturunan Madyan. Mereka tinggal di pantai Laut Merah sebelah tenggara Gurun Sinai, yaitu antara Hijaz, tepatnya Tabuk Saudi Arabia dan Teluk Aqabah.
277) Yakni perbaikan melalui syariat dan aturan yang dibawa oleh para nabi dan dilanjutkan oleh para penerusnya.
Wa
lā taq‘udū bikulli ṣirāṭin tū‘idūna wa taṣuddūna ‘an sabīlillāhi man
āmana bihī wa tabgūnahā ‘iwajā(n), ważkurū iż kuntum qalīlan fa
kaṡṡarakum, wanẓurū kaifa kāna ‘āqibatul-mufsidīn(a).
Janganlah
kamu duduk di setiap jalan dengan menakut-nakuti dan menghalang-halangi
orang-orang yang beriman dari jalan Allah, serta ingin membelokkannya.
Ingatlah ketika kamu dahulunya sedikit, lalu Allah memperbanyak jumlah
kamu. Perhatikanlah, bagaimana kesudahan orang-orang yang berbuat
kerusakan.
Wa
in kāna ṭā'ifatum minkum āmanū bil-lażī ursiltu bihī wa ṭā'ifatul lam
tu'minū faṣbirū ḥattā yaḥkumallāhu bainanā, wa huwa khairul-ḥākimīn(a).
Jika
ada segolongan di antara kamu yang beriman kepada (ajaran) yang aku
diutus menyampaikannya dan ada (pula) segolongan yang tidak beriman,
bersabarlah sampai Allah menetapkan keputusan di antara kita. Dia adalah
pemberi putusan yang terbaik.
Qālal-mala'ul-lażīnastakbarū
min qaumihī lanukhrijannaka yā syu‘aibu wal-lażīna āmanū ma‘aka min
qaryatinā au lata‘ūdunna fī millatinā, qāla awalau kunnā kārihīn(a).
Para
pemuka yang sombong dari kaumnya berkata, “Wahai Syuʻaib, sungguh, kami
akan mengusirmu bersama orang-orang yang beriman kepadamu dari negeri
kami, kecuali engkau benar-benar kembali kepada agama kami.” Syuʻaib
berkata, “Apakah (kami kembali padanya) meskipun kami membenci(-nya)?
Qadiftarainā
‘alallāhi każiban in ‘udnā fī millatikum ba‘da iż najjānallāhu minhā,
wa mā yakūnu lanā an na‘ūda fīhā illā ay yasyā'allāhu rabbunā, wasi‘a
rabbunā kulla syai'in ‘ilmā(n), ‘alallāhi tawakkalnā, rabbanaftaḥ
bainanā wa baina qauminā bil-ḥaqqi wa anta khairul-fātiḥīn(a).
Sungguh,
kami telah mengada-adakan kebohongan besar kepada Allah jika kami
kembali pada agamamu setelah Allah menyelamatkan kami darinya. Tidaklah
patut kami kembali padanya, kecuali jika Allah Tuhan kami menghendaki.
Pengetahuan Tuhan kami meliputi segala sesuatu. Hanya kepada Allah kami
bertawakal. Wahai Tuhan kami, berilah keputusan antara kami dan kaum
kami dengan hak (adil). Engkaulah pemberi keputusan terbaik.”
Wa qālal-mala'ul-lażīna kafarū min qaumihī la'inittaba‘tum syu‘aiban innakum iżal lakhāsirūn(a).
Para
pemuka orang-orang yang kufur dari kaumnya berkata (kepada sesamanya),
“Sungguh, jika kamu mengikuti Syuʻaib, niscaya kamu benar-benar menjadi
orang-orang yang rugi.”
Fa tawallā ‘anhum wa qāla yā qaumi laqad ablagtukum risālāti rabbī wa naṣaḥtu lakum, fa kaifa āsā ‘alā qaumin kāfirīn(a).
(Ketika
Syuʻaib yakin azab akan menimpa kaum kafir,) ia meninggalkan mereka
seraya berkata, “Wahai kaumku, sungguh aku benar-benar telah
menyampaikan risalah Tuhanku kepadamu dan aku telah menasihatimu. Maka,
bagaimana aku akan bersedih terhadap kaum kafir?”
Wa mā arsalnā fī qaryatim min nabiyyin illā akhażnā ahlahā bil-ba'sā'i waḍ-ḍarrā'i la‘allahum yaḍḍarra‘ūn(a).
Kami
tidak mengutus seorang nabi pun di suatu negeri, (lalu penduduknya
mendustakan nabi itu,) melainkan Kami timpakan kepada penduduknya
kesempitan dan penderitaan agar mereka (tunduk dengan) merendahkan diri.
Ṡumma
baddalnā makānas-sayyi'atil-ḥasanata ḥattā ‘afau wa qālū qad massa
ābā'anaḍ-ḍarrā'u was-sarrā'u fa akhażnāhum bagtataw wa hum lā
yasy‘urūn(a).
Kemudian,
Kami ganti penderitaan itu dengan kesenangan (sehingga keturunan dan
harta mereka) bertambah banyak. Lalu, mereka berkata, “Sungguh, nenek
moyang kami telah merasakan penderitaan dan kesenangan.” Maka, Kami
timpakan siksaan atas mereka dengan tiba-tiba, sedangkan mereka tidak
menyadari.
Wa
lau anna ahlal-qurā āmanū wattaqau lafataḥnā ‘alaihim barakātim
minas-samā'i wal ardḍi wa lākin każżabū fa akhażnāhum bimā kānū
yaksibūn(a).
Sekiranya
penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, niscaya Kami akan
membukakan untuk mereka berbagai keberkahan dari langit dan bumi. Akan
tetapi, mereka mendustakan (para rasul dan ayat-ayat Kami). Maka, Kami
menyiksa mereka disebabkan oleh apa yang selalu mereka kerjakan.
Awa amina ahlul-qurā ay ya'tiyahum ba'sunā ḍuḥaw wa hum yal‘abūn(a).
Atau,
apakah penduduk negeri-negeri itu merasa aman dari siksa Kami yang
datang pada waktu duha (waktu menjelang tengah hari) ketika mereka
sedang bermain?
Ataukah
belum juga jelas bagi orang-orang yang mewarisi suatu negeri setelah
(lenyap) penduduknya, bahwa seandainya Kami menghendaki, Kami
benar-benar akan menimpakan (siksa) kepada mereka karena dosa-dosanya?
Kami akan mengunci hati mereka sehingga mereka tidak dapat mendengar
(pelajaran).
Tilkal-qurā
naquṣṣu ‘alaika min ambā'ihā, wa laqad jā'athum rusuluhum
bil-bayyināt(i), famā kānū liyu'minū bimā każżabū min qabl(u), każālika
yaṭba‘ullāhu ‘alā qulūbil-kāfirīn(a).
Negeri-negeri
(yang telah Kami binasakan) itu Kami ceritakan sebagian kisahnya
kepadamu (Nabi Muhammad). Sungguh, rasul-rasul mereka telah datang
dengan membawa bukti-bukti yang nyata kepada mereka. Akan tetapi, mereka
tidak mau beriman pada apa yang telah mereka dustakan sebelumnya.
Demikianlah Allah mengunci hati orang-orang yang kafir.
Ṡumma ba‘aṡnā mim ba‘dihim mūsā bi'āyātinā ilā fir‘auna wa mala'ihī fa ẓalamū bihā, fanẓur kaifa kāna ‘āqibatul-mufsidīn(a).
Kemudian,
Kami utus Musa setelah mereka dengan membawa tanda-tanda (kekuasaan)
Kami kepada Fir‘aun dan pemuka-pemuka kaumnya. Lalu, mereka
mengingkarinya. Perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang
berbuat kerusakan.
Ḥaqīqun ‘alā allā aqūla ‘alallāhi illal-ḥaqq(a), qad ji'tukum bibayyinatim mir rabbikum fa arsil ma‘iya banī isrā'īl(a).
Wajib
atasku tidak mengatakan (sesuatu) terhadap Allah, kecuali yang hak
(benar). Sungguh, aku datang kepadamu dengan membawa bukti yang nyata
dari Tuhanmu. Maka, lepaskanlah Bani Israil (pergi) bersamaku.”
Dia
(Musa) menjawab, “Lemparkanlah (lebih dahulu)!” Maka, ketika
melemparkan (tali-temali), mereka menyihir mata orang banyak dan
menjadikan mereka takut. Mereka memperlihatkan sihir yang hebat
(menakjubkan).
Maka, terbuktilah kebenaran dan sia-sialah segala yang mereka kerjakan.
119
فَغُلِبُوْا هُنَالِكَ وَانْقَلَبُوْا صٰغِرِيْنَۚ
Fa gulibū hunālika wanqalabū ṣāgirīn(a).
Mereka dikalahkan di tempat itu dan jadilah mereka orang-orang yang hina.
120
وَاُلْقِيَ السَّحَرَةُ سٰجِدِيْنَۙ
Wa ulqiyas-saḥaratu sājidīn(a).
Para penyihir itu tersungkur dalam keadaan sujud.278)
Catatan Kaki
278) Mereka langsung bersujud kepada Allah Swt. karena meyakini bahwa seruan Nabi Musa a.s. itu benar dan bukanlah sihir sebagaimana dugaan mereka semula.
121
قَالُوْٓا اٰمَنَّا بِرَبِّ الْعٰلَمِيْنَۙ
Qālū āmannā birabbil-‘ālamīn(a).
Mereka berkata, “Kami beriman kepada Tuhan semesta alam,
Qāla
fir‘aunu āmantum bihī qabla an āżana lakum, inna hāżā lamakrum
makartumūhu fil-madīnati litukhrijū minhā ahlahā, fa saufa ta‘lamūn(a).
Fir‘aun
berkata, “Mengapa kamu beriman kepadanya sebelum aku memberi izin
kepadamu? Sesungguhnya ini benar-benar tipu muslihat yang telah kamu
rencanakan di kota ini untuk mengusir penduduknya. Kelak kamu akan
mengetahui (akibat perbuatanmu ini).
Wa mā tanqimu minnā illā an āmannā bi'āyāti rabbinā lammā jā'atnā, rabanā afrig ‘alainā ṣabraw wa tawaffanā muslimīn(a).
Engkau
(Fir‘aun) tidak menghukum kami, kecuali karena kami beriman kepada
ayat-ayat Tuhan kami ketika ayat-ayat itu datang kepada kami.” (Mereka
berdoa,) “Ya Tuhan kami, limpahkanlah kesabaran kepada kami dan
matikanlah kami dalam keadaan muslim (berserah diri kepada-Mu).”
Wa
qālal-mala'u min qaumi fir‘auna atażaru mūsā wa qaumahū liyufsidū
fil-arḍi wa yażaraka wa ālihatak(a), qāla sanuqattilu abnā'ahum wa
nastaḥyī nisā'ahum, wa innā fauqahum qāhirūn(a).
Para
pemuka dari kaum Fir‘aun berkata, “Apakah engkau akan membiarkan Musa
dan kaumnya sehingga mereka berbuat kerusakan di negeri ini (Mesir) dan
dia (Musa) meninggalkanmu dan tuhan-tuhanmu?” (Fir‘aun) menjawab, “Akan
kita bunuh anak-anak laki-laki mereka dan kita biarkan hidup anak-anak
perempuan mereka. Sesungguhnya kita berkuasa penuh atas mereka.”
Qāla
mūsā liqaumihista‘īnū billāhi waṣbirū, innal-arḍa lillāh(i), yūriṡuhā
may yasyā'u min ‘ibādih(ī), wal-‘āqibatu lil-muttaqīn(a).
Musa
berkata kepada kaumnya, “Mohonlah pertolongan kepada Allah dan
bersabarlah. Sesungguhnya bumi (ini) milik Allah. Dia akan mewariskannya
kepada siapa saja yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya.
Kesudahan (yang baik) adalah bagi orang-orang yang bertakwa.”
Qālū
ūżīnā min qabli an ta'tiyanā wa mim ba‘di mā ji'tanā, qāla ‘asā
rabbukum ay yuhlika ‘aduwwakum wa yastakhlifakum fil-arḍi fa yanẓura
kaifa ta‘malūn(a).
Mereka
(kaum Musa) berkata, “Kami telah ditindas (oleh Fir‘aun) sebelum engkau
datang kepada kami dan setelah engkau datang.” (Musa) menjawab,
“Mudah-mudahan Tuhanmu membinasakan musuhmu dan menjadikan kamu penguasa
di bumi lalu Dia akan melihat bagaimana perbuatanmu.”
Fa
iżā jā'athumul-ḥasanatu qālū lanā hāżihī, wa in tuṣibhum sayyi'atuy
yaṭṭayyarū bimūsā wa mam ma‘ah(ū), alā innamā ṭā'iruhum ‘indallāhi wa
lākinna aksṡarahum lā ya‘lamūn(a).
Maka,
apabila kebaikan (kemakmuran) datang kepada mereka, mereka berkata,
“Kami pantas mendapatkan ini (karena usaha kami).” Jika ditimpa
kesusahan, mereka lemparkan sebab kesialan itu kepada Musa dan
orang-orang yang bersamanya. Ketahuilah, sesungguhnya ketentuan tentang
nasib mereka (baik dan buruk) di sisi Allah, tetapi kebanyakan mereka
tidak mengetahui.
Wa qālū mahmā ta'tinā bihī min āyatil litasḥaranā bihā, famā naḥnu laka bimu'minīn(a).
Mereka
(kaum Fir‘aun) berkata (kepada Musa), “Bukti apa pun yang engkau bawa
kepada kami untuk menyihir kami dengannya, kami tidak akan beriman
kepadamu.”
Fa
arsalnā ‘alaihimuṭ-ṭūfāna wal-jarāda wal-qummala waḍ-ḍafādi‘a wad-dama
āyātim mufaṣṣalāt(in), fastakbarū wa kānū qaumam mujrimīn(a).
Maka,
Kami kirimkan kepada mereka (siksa berupa) banjir besar, belalang,
kutu, katak, dan darah (air minum berubah menjadi darah) sebagai
bukti-bukti yang jelas dan terperinci. Akan tetapi, mereka tetap
menyombongkan diri dan mereka adalah kaum pendurhaka.
Ketika
azab (yang telah diterangkan itu) menimpa mereka, mereka pun berkata,
“Wahai Musa, mohonkanlah untuk kami kepada Tuhanmu sesuai dengan
janji-Nya kepadamu. Jika engkau dapat menghilangkan azab itu dari kami,
niscaya kami akan beriman kepadamu dan pasti akan kami biarkan Bani
Israil pergi bersamamu.”
Fantaqamnā minhum fa agraqnāhum fil-yammi bi'annahum każżabū bi'āyātinā wa kānū ‘anhā gāfilīn(a).
Maka,
Kami membalas mereka (dengan siksa yang lebih berat). Kami tenggelamkan
mereka di laut karena mereka telah mendustakan ayat-ayat Kami dan
mereka adalah orang-orang yang lengah terhadapnya.
Wa
auraṡnal-qaumal-lażīna kānū yustaḍ‘afūna masyāriqal-arḍi wa
magāribahal-latī bāraknā fīhā, wa tammat kalimatu rabbikal-ḥusnā ‘alā
banī isrā'īl(a), bimā ṣabarū, wa dammarnā mā kāna yaṣna‘u fir‘aunu wa
qaumuhū wa mā kānū ya‘risyūn(a).
Kami wariskan kepada kaum yang selalu tertindas itu, bumi bagian timur dan bagian baratnya279)
yang telah Kami berkahi. (Dengan demikian,) telah sempurnalah firman
Tuhanmu yang baik itu (sebagai janji) untuk Bani Israil disebabkan
kesabaran mereka. Kami hancurkan apa pun yang telah dibuat Fir‘aun dan
kaumnya serta apa pun yang telah mereka bangun.280)
Catatan Kaki
279) Seiring runtuhnya kerajaan Fir‘aun, negeri Syam, Mesir, dan sekitarnya yang dahulu dikuasai Fir‘aun kini diwarisi oleh Bani Israil.
280) Yang dimaksud dengan bangunan-bangunan Fir‘aun yang dihancurkan Allah Swt. adalah bangunan-bangunan yang mereka dirikan dengan memperbudak Bani Israil, seperti kota Ramses, menara yang dibangun Haman atas perintah Fir‘aun.
Wa
jāwaznā bibanī isrā'īlal-baḥra fa atau ‘alā qaumiy ya‘kufūna ‘alā
aṣnāmil lahum, qālū yā mūsaj‘al lanā ilāhan kamā lahum ālihah(tun), qāla
innakum qaumun tajhalūn(a).
Kami
menyeberangkan Bani Israil (melintasi) laut itu (dengan selamat).
Ketika mereka sampai kepada suatu kaum yang masih tetap menyembah
berhala, mereka (Bani Israil) berkata, “Wahai Musa, buatlah untuk kami
tuhan (berupa berhala) sebagaimana tuhan-tuhan mereka.” (Musa) menjawab,
“Sesungguhnya kamu adalah kaum yang bodoh.”
Qāla agairallāhi abgīkum ilāhaw wa huwa faḍḍalakum ‘alal-‘ālamīn(a).
Dia
(Musa) berkata (kepada kaumnya), “Apakah aku mencarikan untukmu tuhan
selain Allah, padahal Dialah yang telah melebihkan kamu atas segala umat
(pada masa itu)?”
Wa
iż anjainākum min āli fir‘auna yasūmūnakum sū'al-‘ażāb(i), yuqattilūna
abnā'akum wa yastaḥyūna nisā'akum wa fī żālikum balā'um mir rabbikum
‘aẓīm(un).
(Ingatlah
wahai Bani Israil) ketika Kami menyelamatkan kamu dari para pengikut
Fir‘aun yang menyiksa kamu dengan siksaan yang paling buruk. Mereka
membunuh anak-anakmu yang laki-laki dan membiarkan hidup anak-anakmu
yang perempuan. Pada yang demikian itu terdapat cobaan yang besar dari
Tuhanmu.
Wa
wā‘adnā mūsā ṡalāṡīna lailataw wa atmamnāhā bi‘asyrin fa tamma mīqātu
rabbihī arba‘īna lailah(tan), wa qāla mūsā li'akhīhi hārūnakhlufnī fī
qaumī wa aṣliḥ wa lā tattabi‘ sabīlal-mufsidīn(a).
Kami
telah menjanjikan Musa (untuk memberikan kitab Taurat setelah
bermunajat selama) tiga puluh malam. Kami sempurnakan jumlah malam itu
dengan sepuluh (malam lagi). Maka, lengkaplah waktu yang telah
ditentukan Tuhannya empat puluh malam. Musa berkata kepada saudaranya,
(yaitu) Harun, “Gantikanlah aku dalam (memimpin) kaumku, perbaikilah
(dirimu dan kaummu), dan janganlah engkau mengikuti jalan orang-orang
yang berbuat kerusakan.”
Wa
lammā jā'a mūsā limīqātinā wa kallamahū rabbuh(ū), qāla rabbi arinī
anẓur ilaik(a), qāla lan tarānī wa lākininẓur ilal-jabali fa inistaqarra
makānahū fa saufa tarānī, falammā tajallā rabbuhū lil-jabali ja‘alahū
dakkaw wa kharra mūsā ṣa‘iqā(n), falammā afāqa qāla subḥānaka tubtu
ilaika wa ana awwalul-mu'minīn(a).
Ketika
Musa datang untuk (bermunajat) pada waktu yang telah Kami tentukan
(selama empat puluh hari) dan Tuhan telah berfirman (langsung)
kepadanya, dia berkata, “Ya Tuhanku, tampakkanlah (diri-Mu) kepadaku
agar aku dapat melihat Engkau.” Dia berfirman, “Engkau tidak akan
(sanggup) melihat-Ku, namun lihatlah ke gunung itu. Jika ia tetap di
tempatnya (seperti sediakala), niscaya engkau dapat melihat-Ku.” Maka,
ketika Tuhannya menampakkan (keagungan-Nya) pada gunung itu,281)
gunung itu hancur luluh dan Musa pun jatuh pingsan. Setelah Musa sadar,
dia berkata, “Maha Suci Engkau. Aku bertobat kepada-Mu dan aku adalah
orang yang pertama-tama beriman.”
Catatan Kaki
281) Menurut sebagian mufasir, yang ditampakkan itu adalah kebesaran dan kekuasaan Allah Swt. Sementara itu, sebagian yang lain menafsirkan bahwa yang tampak itu adalah cahaya-Nya. Bagaimanapun juga, tampaknya Allah Swt. tidaklah seperti tampaknya makhluk. Tampaknya Allah mestilah sesuai dengan sifat-sifat-Nya yang tidak dapat diukur dengan pikiran manusia.
Qāla yā mūsā inniṣṭafaituka ‘alan-nāsi birisālātī wa bikalāmī, fa khuż mā ātaituka wa kum minasy-syākirīn(a).
Dia
berfirman, “Wahai Musa, sesungguhnya Aku memilih (melebihkan) engkau
dari manusia (yang lain) untuk membawa risalah dan berbicara (langsung)
dengan-Ku. Maka, berpegang teguhlah pada apa yang Aku berikan kepadamu
dan jadilah kamu termasuk orang-orang yang bersyukur.”
Wa
katabnā lahū fil-alwāḥi min kulli syai'im mau‘iẓataw wa tafṣīlal
likulli syai'(in), fa khużhā biquwwatiw wa'mur qaumaka ya'khużū
bi'aḥsanihā, sa'urīkum dāral-fāsiqīn(a).
Kami telah menuliskan untuk Musa pada lauh-lauh (Taurat)282)
segala sesuatu sebagai pelajaran dan penjelasan untuk segala hal. Lalu
(Kami berfirman kepadanya,) “Berpegang teguhlah padanya dengan
sungguh-sungguh dan suruhlah kaummu berpegang padanya dengan
sebaik-baiknya.283) Aku akan memperlihatkan kepadamu (kehancuran) negeri orang-orang fasik.”284)
Catatan Kaki
282) Lauh adalah kepingan dari batu atau kayu yang bertuliskan kitab Taurat yang diterima Nabi Musa a.s. setelah bermunajat di Gunung Sinai.
283) Utamakanlah hal-hal yang wajib dahulu daripada yang sunah dan mubah.
284) Allah Swt. akan memperlihatkan negeri orang-orang fasik seperti Fir‘aun, ‘Ad, dan Samud yang hancur bersama mereka akibat kejahatan dan kefasikan mereka.
Sa'aṣrifu
‘an āyātiyal-lażīna yatakabbarūna fil-arḍi bigairil-ḥaqq(i), wa iy
yarau kulla āyatil lā yu'minū bihā, wa iy yarau sabīlar-rusydi lā
yattakhiżūhu sabīlā(n), wa iy yarau sabīlal-gayyi yattakhiżūhu
sabīlā(n), żālika bi'annahum każżabū bi'āyātinā wa kānū ‘anhā
gāfilīn(a).
Aku
akan memalingkan orang-orang yang menyombongkan diri di bumi tanpa
alasan yang benar dari tanda-tanda (kekuasaan-Ku). Jika mereka melihat
semua tanda-tanda itu, mereka tetap tidak mau beriman padanya. Jika
mereka melihat jalan kebenaran, mereka tetap tidak mau menempuhnya.
(Sebaliknya,) jika mereka melihat jalan kesesatan, mereka menempuhnya.
Demikian itu adalah karena mereka mendustakan ayat-ayat Kami dan mereka
selalu lengah terhadapnya.
Wal-lażīna każżabū bi'āyātinā wa liqā'il-ākhirati ḥabiṭat a‘māluhum, hal yujzauna illā mā kānū ya‘malūn(a).
Orang-orang
yang mendustakan tanda-tanda (kekuasaan) Kami dan adanya pertemuan
akhirat, sia-sialah amal mereka. Bukankah mereka (tidak) akan dibalas,
kecuali (sesuai dengan) apa yang telah mereka kerjakan.
Wattakhaża
mūsā mim ba‘dihī min ḥuliyyihim ‘ijlan jasadal lahū khuwār(un), alam
yarau annahū lā yukallimuhum wa lā yahdīhim sabīlā(n), ittakhażūhu wa
kānū ẓālimīn(a).
Kaum
Musa, setelah kepergian (Musa ke Gunung Sinai), membuat (sembahan
berupa) patung anak sapi yang bertubuh dan dapat melenguh (bersuara)285)
dari perhiasan emas mereka. Apakah mereka tidak mengetahui bahwa
(patung) anak sapi itu tidak dapat berbicara dengan mereka dan tidak
dapat (pula) menunjukkan jalan (kebaikan) kepada mereka? (Bahkan,)
mereka menjadikannya (sebagai sembahan). Mereka adalah orang-orang
zalim.
Catatan Kaki
285) Mereka membuat patung anak sapi dari emas. Menurut sebagian mufasir, suara yang menyerupai suara sapi itu muncul akibat embusan angin yang masuk ke dalam rongga patung itu dengan teknik yang dikenal oleh Samiri waktu itu. Sebagian lagi menafsirkan bahwa patung itu benar-benar menjadi tubuh sapi yang bernyawa dan mengeluarkan suara.
Wa
lammā suqiṭa fī aidīhim wa ra'au annahum qad ḍallū, qālū la'il lam
yarḥamnā rabbunā wa yagfir lanā lanakūnanna minal-khāsirīn(a).
Setelah
mereka (sangat) menyesali perbuatannya dan mengetahui bahwa mereka
benar-benar sesat, mereka berkata, “Sungguh, jika Tuhan kami tidak
memberi rahmat kepada kami dan tidak mengampuni kami, pastilah kami
menjadi orang-orang yang merugi.”
Wa
lammā raja‘a mūsā ilā qaumihī gaḍbāna asifā(n), qāla bi'samā
khalaftumūnī mim ba‘dī, a‘ajiltum amra rabbikum, wa alqal-alwāḥa wa
akhaża bira'si akhīhi yajurruhū ilaih(i), qālabna umma
innal-qaumastaḍ‘afūnī wa kādū yaqtulūnanī, falā tusymit biyal-a‘dā'a wa
lā taj‘alnī ma‘al-qaumiẓ-ẓālimīn(a).
Ketika
Musa kembali kepada kaumnya dalam keadaan marah lagi sedih, dia
berkata, “Alangkah buruknya perbuatan yang kamu kerjakan selama
kepergianku! Apakah kamu hendak mendahului janji Tuhanmu?”286)
Musa pun melemparkan lauh-lauh (Taurat) itu dan memegang kepala
(menjambak) saudaranya (Harun) sambil menariknya ke arahnya. (Harun)
berkata, “Wahai anak ibuku, kaum ini telah menganggapku lemah dan hampir
saja mereka membunuhku. Oleh karena itu, janganlah engkau menjadikan
musuh-musuh menyorakiku (karena melihat perlakuan kasarmu terhadapku).
Janganlah engkau menjadikanku (dalam pandanganmu) bersama kaum yang
zalim.”
Catatan Kaki
286) Maksud pertanyaan ini adalah mempertanyakan ketidaksabaran menanti kedatangan Nabi Musa a.s. kembali setelah bermunajat kepada Tuhan, sehingga kaumnya membuat patung anak sapi untuk disembah sebagaimana menyembah Allah Swt.
Qāla rabbigfirlī wa li'akhī wa adkhilnā fī raḥmatik(a), wa anta arḥamur-rāḥimīn(a).
Dia
(Musa) berdoa, “Ya Tuhanku, ampunilah aku dan saudaraku serta
masukkanlah kami ke dalam rahmat-Mu. Engkaulah Maha Penyayang dari semua
yang penyayang.”
Innal-lażīnattakhażul-‘ijla sayanāluhum gaḍabum mir rabbihim wa żillatun fil-ḥayātid-dun-yā, wa każālika najzil-muftarīn(a).
Sesungguhnya
orang-orang yang menjadikan (patung) anak sapi (sebagai sembahan) kelak
akan menerima kemurkaan dan kehinaan dari Tuhan mereka dalam kehidupan
di dunia. Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang
mengada-ada.
Orang-orang
yang mengerjakan keburukan, kemudian setelah itu bertobat dan beriman,
sesungguhnya Tuhanmu, setelah (tobat) itu, Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.
Wa lammā sakata ‘am mūsal-gaḍabu akhażal-alwāḥ(a), wa fī nuskhatihā hudaw wa raḥmatul lil-lażīna hum lirabbihim yarhabūn(a).
Setelah
amarah Musa mereda, dia mengambil (kembali) lauh-lauh (Taurat) itu. Di
dalam tulisannya terdapat petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang
takut kepada Tuhannya.
Wakhtāra
mūsā qaumahū sab‘īna rajulal limīqātinā, falammā akhażathumur-rajfatu
qāla rabbi lau syi'ta ahlaktahum min qablu wa iyyāy(a), atuhlikunā bimā
fa‘alas-sufahā'u minnā, in hiya illā fitnatuk(a), tuḍillu bihā man
tasyā'u wa tahdī man tasyā'(u), anta waliyyunā fagfir lanā warḥamnā wa
anta khairul-gāfirīn(a).
Musa
memilih tujuh puluh orang dari kaumnya untuk (memohon tobat kepada
Kami) pada waktu yang telah Kami tentukan. Ketika mereka ditimpa gempa
bumi, Musa berkata, “Ya Tuhanku, jika Engkau kehendaki, tentulah Engkau
membinasakan mereka dan aku sebelum ini. Apakah Engkau akan membinasakan
kami karena perbuatan orang-orang yang kurang akal di antara kami?
(Penyembahan terhadap patung anak sapi) itu hanyalah cobaan dari-Mu.
Engkau menyesatkan siapa yang Engkau kehendaki dengan cobaan itu dan
Engkau memberi petunjuk siapa yang Engkau kehendaki.287) Engkaulah Pelindung kami. Maka, ampunilah kami dan berilah kami rahmat. Engkaulah sebaik-baik pemberi ampun.”
Catatan Kaki
287) Perbuatan mereka membuat patung anak sapi dan menyembahnya itu adalah suatu cobaan dari Allah Swt. untuk menguji mereka, siapa yang kuat imannya dan siapa yang ragu-ragu. Orang yang lemah imannya mengikuti Samiri dan menyembah patung anak sapi itu. Akan tetapi, orang yang kuat imannya tetap teguh pendiriannya.
Waktub
lanā fī hāżihid-dun-yā ḥasanataw wa fil-ākhirati innā hudnā ilaik(a),
qāla ‘ażābī uṣību bihī man asyā'(u), wa raḥmatī wasi‘at kulla syai'(in),
fa sa'aktubuhā lil-lażīna yattaqūna wa yu'tūnaz-zakāta wal-lażīna hum
bi'āyātinā yu'minūn(a).
Tetapkanlah
untuk kami kebaikan di dunia ini dan di akhirat. Sesungguhnya kami
kembali (bertobat) kepada Engkau. (Allah) berfirman, “Siksa-Ku akan Aku
timpakan kepada siapa yang Aku kehendaki dan rahmat-Ku meliputi segala
sesuatu. Akan Aku tetapkan rahmat-Ku bagi orang-orang yang bertakwa dan
menunaikan zakat serta bagi orang-orang yang beriman pada ayat-ayat
Kami.”
Al-lażīna
yattabi‘ūnar-rasūlan nabiyyal-ummiyyal-lażī yajidūnahū maktūban
‘indahum fit-taurāti wal-injīli ya'muruhum bil-ma‘rūfi wa yanhāhum
‘anil-munkari wa yuḥillu lahumuṭ-ṭayyibāti wa yuḥarrimu
‘alaihimul-khabā'iṡa wa yaḍa‘u ‘anhum iṣrahum wal-aglālal-latī kānat
‘alaihim, fal-lażīna āmanū bihī wa ‘azzarūhu wa naṣarūhu wattaba‘un
nūral-lażī unzila ma‘ah(ū), ulā'ika humul-mufliḥūn(a).
(Yaitu,)
orang-orang yang mengikuti Rasul (Muhammad), Nabi yang ummi (tidak
pandai baca tulis) yang (namanya) mereka temukan tertulis di dalam
Taurat dan Injil yang ada pada mereka. Dia menyuruh mereka pada yang
makruf, mencegah dari yang mungkar, menghalalkan segala yang baik bagi
mereka, mengharamkan segala yang buruk bagi mereka, dan membebaskan
beban-beban serta belenggu-belenggu yang ada pada mereka.288)
Adapun orang-orang yang beriman kepadanya, memuliakannya, menolongnya,
dan mengikuti cahaya terang yang diturunkan bersamanya (Al-Qur’an),
mereka itulah orang-orang beruntung.
Catatan Kaki
288) Dalam syariat Nabi Muhammad saw. tidak ada lagi beban berat yang dipikulkan kepada Bani Israil, seperti ketentuan membunuh diri untuk bertobat, kewajiban kisas pada pembunuhan yang disengaja dan tidak tanpa adanya alternatif membayar diat (ganti rugi), memotong anggota badan yang melakukan kesalahan, dan membuang atau menggunting kain yang terkena najis.
Qul
yā ayyuhan-nāsu innī rasūlullāhi ilaikum jamī‘anil-lażī lahū
mulkus-samāwāti wal-arḍ(i), lā ilāha illā huwa yuḥyī wa yumīt(u), fa
āminū billāhi wa rasūlihin-nabiyyil-ummiyyil-lażī yu'minu billāhi wa
kalimatihī wattabi‘ūhu la‘allakum tahtadūn(a).
Katakanlah
(Nabi Muhammad), “Wahai manusia, sesungguhnya aku ini utusan Allah bagi
kamu semua, Yang memiliki kerajaan langit dan bumi, tidak ada tuhan
selain Dia, serta Yang menghidupkan dan mematikan. Maka, berimanlah kamu
kepada Allah dan Rasul-Nya, (yaitu) nabi ummi (tidak pandai baca tulis)
yang beriman kepada Allah dan kalimat-kalimat-Nya (kitab-kitab-Nya).
Ikutilah dia agar kamu mendapat petunjuk.”
Wa min qaumi mūsā ummatuy yahdūna bil-ḥaqqi wa bihī ya‘dilūn(a).
Di
antara kaum Musa terdapat suatu umat yang memberi petunjuk (kepada
manusia) dengan (dasar) kebenaran dan dengan itu (pula) mereka berlaku
adil.289)
Catatan Kaki
289) Mereka memberi petunjuk dan menuntun dengan berpedoman pada petunjuk dan tuntunan Allah Swt. Dalam hal mengadili perkara, mereka selalu mencari keadilan dengan berpedoman pada petunjuk dan tuntunan Allah Swt.
Wa
qaṭṭa‘nāhumuṡnatai ‘asyrata asbāṭan umamā(n), wa auḥainā ilā mūsā
iżistasqāhu qaumuhū aniḍrib bi‘aṣākal-ḥajar(a), fambajasat minhuṡnatā
‘asyrata ‘ainā(n), qad ‘alima kullu unāsim masyrabahum, wa ẓallalnā
‘alaihimul-gamāma wa anzalnā ‘alaihimul-manna was-salwā, kulū min
ṭayyibāti mā razaqnākum, wa mā ẓalamūnā wa lākin kānū anfusahum
yaẓlimūn(a).
Kami
membagi mereka (Bani Israil) menjadi dua belas suku yang tiap-tiap
mereka berjumlah besar. Kami wahyukan kepada Musa ketika kaumnya meminta
air kepadanya, “Pukullah batu itu dengan tongkatmu!” Maka, memancarlah
dari (batu) itu dua belas mata air. Sungguh, setiap suku telah
mengetahui tempat minumnya masing-masing. Kami naungi mereka dengan awan
dan Kami turunkan kepada mereka manna dan salwa.290)
(Kami berfirman), “Makanlah yang baik-baik dari rezeki yang telah Kami
anugerahkan kepadamu.” Mereka tidak menzalimi Kami, tetapi merekalah
yang selalu menzalimi dirinya sendiri.
Wa
iżā qīla lahumuskunū hāżihil-qaryata wa kulū minhā ḥaiṡu syi'tum wa
qūlū ḥiṭṭatuw wadkhulul-bāba sujjadan nagfir lakum khaṭī'ātikum,
sanazīdul-muḥsinīn(a).
(Ingatlah)
ketika dikatakan kepada mereka (Bani Israil), “Tinggallah di negeri ini
(Baitulmaqdis) dan makanlah dari (hasil bumi)-nya di mana saja kamu
kehendaki, serta katakanlah, ‘Bebaskanlah kami dari dosa,’ lalu
masukilah pintu gerbangnya sambil membungkuk! (Jika kamu melakukan itu
semua,) niscaya Kami mengampuni kesalahan-kesalahanmu.” Kami akan
menambah (karunia) kepada orang-orang yang berbuat kebaikan.
Fa baddalal-lażīna ẓalamū minhum qaulan gairal-lażī qīla lahum fa arsalnā ‘alaihim rijzam minas-samā'i bimā kānū yaẓlimūn(a).
Maka, orang-orang yang zalim di antara mereka mengganti (perkataan itu) dengan perkataan yang tidak diperintahkan kepada mereka.291) Lalu, Kami timpakan kepada mereka azab dari langit karena mereka selalu berbuat zalim.
Catatan Kaki
291) Mereka diperintah untuk mengucap, “ḥiṭṭah” (yang artinya ‘lepaskanlah kami dari dosa’), tetapi mereka mengubah sambil mencemooh dan mengucapkannya menjadi, “ḥinṭah” (yang artinya ‘gandum’).
Was'alhum
‘anil-qaryatil-latī kānat ḥāḍiratal-baḥr(i), iż ya‘dūna fis-sabti iż
ta'tīhim ḥītānuhum yauma sabtihim syurra‘aw wa yauma lā yasbitūn(a), lā
ta'tīhim - każālika - nablūhum bimā kānū yafsuqūn(a).
Tanyakanlah kepada mereka tentang negeri292) yang terletak di dekat laut ketika mereka melanggar aturan pada hari Sabat,293)
(yaitu) ketika datang kepada mereka ikan-ikan (yang berada di sekitar)
mereka bermunculan di permukaan air. Padahal, pada hari-hari yang bukan
Sabat ikan-ikan itu tidak datang kepada mereka. Demikianlah Kami menguji
mereka karena mereka selalu berlaku fasik.
Catatan Kaki
292) Negeri dekat laut di sini adalah kota Eilah yang terletak di pantai Laut Merah, antara kota Madyan dan Gunung Sinai.
293) Menurut aturan, mereka tidak boleh bekerja pada hari Sabat karena hari itu dikhususkan untuk beribadah. Aturan ini ditetapkan oleh Allah Swt. kepada orang-orang Yahudi sesuai dengan permintaan mereka. Mereka dilarang mengail ikan pada hari itu, tetapi sebagian mereka melanggar dengan cara yang licik. Mereka tidak mengail, tetapi menggali kolam sehingga air masuk bersama ikan ke dalamnya dan mereka menangkapinya pada hari berikutnya.
Wa
iż qālat ummatum minhum lima ta‘iẓūna qaumā(n), allāhu muhlikuhum au
mu‘ażżibuhum ‘ażāban syadīdā(n), qālū ma‘żiratan ilā rabbikum wa
la‘allahum yattaqūn(a).
(Ingatlah)
ketika salah satu golongan di antara mereka berkata, “Mengapa kamu
menasihati kaum yang akan dibinasakan atau diazab Allah dengan azab yang
sangat keras?” Mereka menjawab, “Agar kami mempunyai alasan (lepas
tanggung jawab) kepada Tuhanmu294) dan agar mereka bertakwa.”
Catatan Kaki
294) Yakni alasan bahwa mereka telah melaksanakan perintah Allah Swt. untuk memberi peringatan.
Maka,
setelah mereka melupakan apa yang diperingatkan kepada mereka, Kami
selamatkan orang-orang yang mencegah (orang berbuat) keburukan dan Kami
timpakan kepada orang-orang yang zalim azab yang keras karena mereka
selalu berbuat fasik.
Wa
iż ta'ażżana rabbuka layab‘aṡanna ‘alaihim ilā yaumil-qiyāmati may
yasūmuhum sū'al-‘ażāb(i), inna rabbaka lasarī‘ul-‘iqāb(i), wa innahū
lagafūrur raḥīm(un).
(Ingatlah)
ketika Tuhanmu memberitahukan bahwa sungguh Dia akan mengirimkan kepada
mereka (Bani Israil) orang-orang yang akan menimpakan seburuk-buruk
azab kepada mereka sampai hari Kiamat. Sesungguhnya Tuhanmu sangat cepat
hukuman-Nya dan sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Wa
qaṭṭa‘nāhum fil-arḍi umamā(n), minhumuṣ-ṣāliḥūna wa minhum dūna
żālik(a), wa balaunāhum bil-ḥasanāti was-sayyi'āti la‘allahum
yarji‘ūn(a).
Kami
membagi mereka di bumi ini menjadi beberapa golongan. Di antaranya ada
orang-orang yang saleh dan ada (pula) yang tidak. Kami menguji mereka
dengan berbagai kebaikan dan keburukan agar mereka kembali (pada
kebenaran).
Fa
khalafa mim ba‘dihim khalfuw wariṡul-kitāba ya'khużūna ‘araḍa
hāżal-adnā wa yaqūlūna sayugfaru lanā, wa iy ya'tihim ‘araḍum miṡluhū
ya'khużūh(u), alam yu'khaż ‘alaihim mīṡāqul-kitābi allā yaqūlū ‘alallāhi
illal-ḥaqqa wa darasū mā fīh(i), wad-dārul-ākhiratu khairul lil-lażīna
yattaqūn(a), afalā ta‘qilūn(a).
Kemudian,
setelah mereka, datanglah generasi (yang lebih buruk) yang mewarisi
kitab suci (Taurat). Mereka mengambil harta benda (duniawi) yang rendah
ini (sebagai ganti dari kebenaran). Lalu, mereka berkata, “Kami akan
diampuni.” Jika nanti harta benda (duniawi) datang kepada mereka
sebanyak itu, niscaya mereka akan mengambilnya (juga). Bukankah mereka
sudah terikat perjanjian dalam kitab suci (Taurat) bahwa mereka tidak
akan mengatakan kepada Allah, kecuali yang benar, dan mereka pun telah
mempelajari apa yang tersebut di dalamnya? Negeri akhirat itu lebih baik
bagi mereka yang bertakwa. Maka, tidakkah kamu mengerti?
Wal-lażīna yumassikūna bil-kitābi wa aqāmuṣ-ṣalāh(ta), innā lā nuḍī‘u ajral-muṣliḥīn(a).
Orang-orang
yang berpegang teguh pada kitab suci (Taurat) dan melaksanakan salat,
sesungguhnya Kami tidak akan menyia-nyiakan pahala orang-orang saleh.
Wa
iż nataqnal-jabala fauqahum ka'annahum ẓullatuw wa ẓannū annahū wāqi‘um
bihim, khużū mā ātainākum biquwwatiw ważkurū mā fīhi la‘allakum
tattaqūn(a).
(Ingatlah)
ketika Kami mengangkat gunung (dari akarnya) ke atas mereka,
seakan-akan (gunung) itu awan dan mereka yakin bahwa (gunung) itu akan
jatuh menimpa mereka. (Kami berfirman kepada mereka,) “Peganglah dengan
teguh apa yang telah Kami anugerahkan kepadamu serta ingatlah selalu
(amalkanlah) apa yang tersebut di dalamnya agar kamu bertakwa.”
Wa
iż akhaża rabbuka mim banī ādama min ẓuhūrihim żurriyyatahum wa
asyhadahum ‘alā anfusihim, alastu birabbikum, qālū balā - syahidnā - an
taqūlū yaumal-qiyāmati innā kunnā ‘an hāżā gāfilīn(a).
(Ingatlah)
ketika Tuhanmu mengeluarkan dari tulang punggung anak cucu Adam,
keturunan mereka dan Allah mengambil kesaksiannya terhadap diri mereka
sendiri (seraya berfirman), “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab,
“Betul (Engkau Tuhan kami), kami bersaksi.” (Kami melakukannya) agar
pada hari Kiamat kamu (tidak) mengatakan, “Sesungguhnya kami lengah
terhadap hal ini,”
Au taqūlū innamā asyraka ābā'unā min qablu wa kunnā żurriyyatam mim ba‘dihim, afatuhlikunā bimā fa‘alal-mubṭilūn(a).
atau
agar kamu (tidak) mengatakan, “Sesungguhnya nenek moyang kami telah
mempersekutukan (Tuhan) sejak dahulu, sedangkan kami adalah keturunan
yang (datang) setelah mereka. Maka, apakah Engkau akan menyiksa kami
karena perbuatan para pelaku kebatilan?”295)
Catatan Kaki
295) Supaya orang-orang musyrik itu tidak mengatakan bahwa nenek moyang mereka dahulu telah mempersekutukan Tuhan, sedangkan mereka tidak tahu-menahu bahwa mempersekutukan Tuhan itu salah. Mereka tidak dapat berkilah bahwa yang mereka lakukan hanyalah meniru nenek moyang mereka sehingga mereka tidak patut disiksa.
Watlu ‘alaihim naba'al-lażī ātaināhu āyātinā fansalakha minhā fa atba‘ahusy-syaiṭānu fa kāna minal-gāwīn(a).
Bacakanlah
(Nabi Muhammad) kepada mereka (tentang) berita orang yang telah Kami
anugerahkan ayat-ayat Kami kepadanya. Kemudian, dia melepaskan diri dari
(ayat-ayat) itu, lalu setan mengikutinya (dan terus menggodanya)
sehingga dia termasuk orang yang sesat.
Wa
lau syi'nā larafa‘nāhu bihā wa lākinnahū akhlada ilal-arḍi wattaba‘a
hawāh(u), fa maṡaluhū kamaṡalil-kalb(i), in taḥmil ‘alaihi yalhaṡ au
tatrukūhu yalhaṡ, żālika maṡalul-qaumil-lażīna każżabū bi'āyātinā,
faqṣuṣil-qaṣaṣa la‘allahum yatafakkarūn(a).
Seandainya
Kami menghendaki, niscaya Kami tinggikan (derajat)-nya dengan
(ayat-ayat) itu, tetapi dia cenderung pada dunia dan mengikuti hawa
nafsunya. Maka, perumpamaannya seperti anjing. Jika kamu menghalaunya,
ia menjulurkan lidahnya dan jika kamu membiarkannya, dia menjulurkan
lidahnya (juga). Demikian itu adalah perumpamaan orang-orang yang
mendustakan ayat-ayat Kami. Maka, ceritakanlah kisah-kisah itu agar
mereka berpikir.
Wa
laqad żara'nā lijahannama kaṡīram minal-jinni wal-ins(i), lahum qulūbul
lā yafqahūna bihā wa lahum a‘yunul lā yabṣirūna bihā wa lahum āżānul lā
yasma‘ūna bihā, ulā'ika kal-an‘āmi bal hum aḍall(u), ulā'ika
humul-gāfilūn(a).
Sungguh,
Kami benar-benar telah menciptakan banyak dari kalangan jin dan manusia
untuk (masuk neraka) Jahanam (karena kesesatan mereka). Mereka memiliki
hati yang tidak mereka pergunakan untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan
memiliki mata yang tidak mereka pergunakan untuk melihat (ayat-ayat
Allah), serta memiliki telinga yang tidak mereka pergunakan untuk
mendengarkan (ayat-ayat Allah). Mereka seperti hewan ternak, bahkan
lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lengah.
Wa lillāhil-asmā'ul-ḥusnā fad‘ūhu bihā, wa żarul-lażīna yulḥidūna fī asmā'ih(ī), sayujzauna mā kānū ya‘malūn(a).
Allah
memiliki Asmaulhusna (nama-nama yang terbaik). Maka, bermohonlah
kepada-Nya dengan menyebut (Asmaulhusna) itu dan tinggalkanlah
orang-orang yang menyalahartikan nama-nama-Nya.296) Mereka kelak akan mendapat balasan atas apa yang telah mereka kerjakan.
Catatan Kaki
296) Jangan hiraukan orang-orang yang menyembah Allah Swt. dengan menyebut nama-nama yang tidak sesuai dengan sifat-sifat keagungan-Nya atau dengan memakai Asmaulhusna, tetapi dengan maksud menodai nama Allah Swt. atau mempergunakan Asmaulhusna untuk nama-nama selain Allah Swt.
Wal-lażīna każżabū bi'āyātinā sanastadrijuhum min ḥaiṡu lā ya‘lamūn(a).
Orang-orang
yang mendustakan ayat-ayat Kami akan Kami biarkan mereka
berangsur-angsur (menuju kebinasaan) dari arah yang tidak mereka
ketahui.297)
Catatan Kaki
297) Pembiaran tersebut dicontohkan seperti orang yang berbuat maksiat, tetapi hidupnya terlihat makin sukses, sehingga dia makin berani berbuat maksiat. Dia tidak sadar bahwa apa yang dia lakukan justru menuntunnya menuju kebinasaan.
183
وَاُمْلِيْ لَهُمْ ۗاِنَّ كَيْدِيْ مَتِيْنٌ
Wa umlī lahum, inna kaidī matīn(un).
Aku memberi tenggang waktu kepada mereka. Sesungguhnya rencana-Ku sangat teguh.
Awalam
yanẓurū fī malakūtis-samāwāti wal-arḍi wa mā khalaqallāhu min syai'iw
wa an ‘asā ay yakūna qadiqtaraba ajaluhum, fa bi'ayyi ḥadīṡim ba‘dahū
yu'minūn(a).
Apakah
mereka tidak memperhatikan kerajaan langit dan bumi dan segala apa yang
Allah ciptakan dan kemungkinan telah makin dekatnya waktu (kebinasaan)
mereka? Lalu, berita mana lagi setelah ini yang akan mereka percayai?
Mereka
menanyakan kepadamu (Nabi Muhammad) tentang kiamat, “Kapan terjadi?”
Katakanlah, “Sesungguhnya pengetahuan tentangnya hanya ada pada Tuhanku.
Tidak ada (seorang pun) yang dapat menjelaskan waktu terjadinya selain
Dia. (Kiamat) itu sangat berat (huru-haranya bagi makhluk yang) di
langit dan di bumi. Ia tidak akan datang kepadamu kecuali secara
tiba-tiba.” Mereka bertanya kepadamu seakan-akan engkau mengetahuinya.
Katakanlah (Nabi Muhammad), “Sesungguhnya pengetahuan tentangnya hanya
ada pada Allah, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.”
Qul
lā amliku linafsī naf‘aw wa lā ḍarran illā mā syā'allāh(u), wa lau
kuntu a‘lamul gaiba-lastakṡartu minal-khair(i) - wa mā massaniyas-sū'(u)
- in ana illā nażīruw wa basyīrul liqaumiy yu'minūn(a).
Katakanlah
(Nabi Muhammad), “Aku tidak kuasa mendatangkan manfaat maupun menolak
mudarat bagi diriku, kecuali apa yang Allah kehendaki. Seandainya aku
mengetahui yang gaib, niscaya aku akan berbuat kebajikan
sebanyak-banyaknya dan bahaya tidak akan menimpaku. Aku hanyalah pemberi
peringatan dan pembawa berita gembira bagi kaum yang beriman.”
Dialah
yang menciptakan kamu dari jiwa yang satu (Adam) dan darinya Dia
menjadikan pasangannya agar dia cenderung dan merasa tenteram kepadanya.
Kemudian, setelah ia mencampurinya, dia (istrinya) mengandung dengan
ringan. Maka, ia pun melewatinya dengan mudah. Kemudian, ketika dia
merasa berat, keduanya (suami istri) memohon kepada Allah, Tuhan mereka,
“Sungguh, jika Engkau memberi kami anak yang saleh, pasti kami termasuk
orang-orang yang bersyukur.”299)
Catatan Kaki
299) Hal ini tidak berkenaan dengan Nabi Adam, melainkan dengan sebagian keturunannya.
Kemudian, setelah Dia memberi keduanya seorang anak yang saleh, mereka menjadikan sekutu bagi Allah300) dalam (penciptaan) anak yang telah Dia anugerahkan kepada mereka. Maka, Maha Tinggi Allah dari apa yang mereka persekutukan.
Catatan Kaki
300) Dalam pandangan orang musyrik, kelahiran anak mereka bukan semata-mata karunia Allah Swt., tetapi juga atas berkat berhala-berhala yang mereka sembah. Oleh karena itulah, mereka menamakan anak-anak mereka dengan Abdul Uzza, Abdu Manat, Abdusy Syams, dan sebagainya.
Wa lā yastaṭī‘ūna lahum naṣraw wa lā anfusahum yanṣurūn(a).
(Berhala)
itu tidak dapat memberikan pertolongan kepada mereka (para
penyembahnya) dan (bahkan) kepada dirinya sendiri pun ia tidak dapat
memberi pertolongan.
Wa in tad‘ūhum ilal-hudā lā yattabi‘ūkum, sawā'un ‘alaikum ada‘autumūhum am antum ṣāmitūn(a).
Jika
kamu (orang-orang musyrik) menyeru mereka (berhala-berhala itu) untuk
memberi petunjuk kepadamu, mereka tidak akan memenuhi seruanmu. Sama
saja (hasilnya) buatmu, apakah kamu menyeru mereka atau berdiam diri.
Innal-lażīna tad‘ūna min dūnillāhi ‘ibādun amṡālukum fad‘ūhum falyastajībū lakum in kuntum ṣādiqīn(a).
Sesungguhnya
berhala-berhala yang kamu seru selain Allah adalah makhluk (yang lemah)
seperti kamu. Maka, serulah mereka, lalu biarlah mereka memenuhi
seruanmu, jika kamu orang yang benar.
Alahum
arjuluy yamsyūna bihā am lahum aidiy yabṭisyūna bihā am lahum a‘yunuy
yubṣirūna bihā am lahum āżānuy yasma‘ūna bihā, qulid‘ū syurakā'akum
ṡumma kīdūni falā tunẓirūn(i).
Apakah mereka (berhala) mempunyai kaki untuk berjalan, mempunyai tangan untuk memegang dengan keras,301)
mempunyai mata untuk melihat, atau mempunyai telinga untuk mendengar?
Katakanlah (Nabi Muhammad), “Panggillah (berhala-berhalamu) yang kamu
anggap sekutu Allah, kemudian lakukanlah tipu daya (untuk
mencelakakan)-ku dan jangan kamu tunda lagi.
Catatan Kaki
301) Kata yabṭisyūn di sini bermakna ‘keras’, maksudnya ‘menampar’, ‘merusak’, ‘memukul dengan kasar’, dan sebagainya.
Wa in tad‘ūhum ilal-hudā lā yasma‘ū, wa tarāhum yanẓurūna ilaika wa hum lā yubṣirūn(a).
Jika
kamu menyeru mereka (berhala-berhala) untuk memberi petunjuk, mereka
tidak dapat mendengarnya. Kamu mengira mereka memperhatikanmu, padahal
mereka tidak melihat.”
Innal-lażīnattaqau iżā massahum ṭā'ifum minasy-syaiṭāni tażakkarū fa iżā hum mubṣirūn(a).
Sesungguhnya
orang-orang yang bertakwa, jika mereka dibayang-bayangi pikiran jahat
(berbuat dosa) dari setan, mereka pun segera ingat (kepada Allah). Maka,
seketika itu juga mereka melihat (kesalahan-kesalahannya).
Wa
iżā lam ta'tihim bi'āyatin qālū lau lajtabaitahā, qul inamā attabi‘u mā
yūḥā ilayya mir rabbī, hāżā baṣā'iru mir rabbikum wa hudaw wa raḥmatul
liqaumiy yu'minūn(a).
Jika
engkau (Nabi Muhammad) tidak membacakan satu ayat kepada mereka, mereka
berkata, “Mengapa tidak engkau buat sendiri ayat itu?” Katakanlah,
“Sesungguhnya aku hanya mengikuti apa yang diwahyukan Tuhanku kepadaku.
(Al-Qur’an) ini adalah bukti-bukti yang nyata dari Tuhanmu, petunjuk,
dan rahmat bagi kaum yang beriman.”
Ważkur rabbaka fī nafsika taḍarru‘aw wa khīfataw wa dūnal-jahri minal-qauli bil-guduwwi wal-āṣāli wa lā takum minal-gāfilīn(a).
Ingatlah
Tuhanmu dalam hatimu dengan rendah hati dan rasa takut pada waktu pagi
dan petang, dengan tidak mengeraskan suara, dan janganlah kamu termasuk
orang-orang yang lengah.
Innal-lażīna ‘inda rabbika lā yastakbirūna ‘an ‘ibādatihī wa yusabbiḥūnahū wa lahū yasjudūn(a).
Sesungguhnya
(malaikat) yang ada di sisi Tuhanmu tidak menyombongkan diri dari
ibadah kepada-Nya dan mereka menyucikan-Nya. Hanya kepada-Nya mereka
bersujud.303)
Catatan Kaki
303) Ini adalah salah satu ayat sajdah yang disunahkan bagi kita untuk bersujud setelah membaca atau mendengarnya, baik di dalam salat maupun di luar salat. Sujud ini dinamakan sujud tilawah.
Traktir creator minum kopi dengan cara memberi sedikit donasi. Silahkan Pilih Metode Pembayaran